2 - A Carrot Soup

329 51 4
                                    

Situasinya menegangkan.

Para tentara—alias pasukan anti-vandal—kehabisan ide. Mereka terpaksa menurunkan senjata sebelum ada korban jiwa. Hanya ada hening dalam beberapa waktu. Semuanya saling memikirkan cara untuk keluar dari situasi ini.

Sebuah tangan teracung tinggi. Sunghoon menampakkan dirinya dari balik kerumunan pasukan. Pemuda itu tak lagi menenteng senjata apinya. Hanya berbekal niat dan rasa nekat yang tumbuh kuat dalam dirinya. Mungkin ia bisa mati. Meskipun begitu, tak ada penyesalan karena ia tak hanya diam saja.

Kim Soohyun menatapnya dengan ekspresi tak terbaca. Matanya melirik ke samping.

"Hei, perempuan kasar! Siapa namamu?" Kim Soohyun mengeluarkan kalimatnya dengan keras. Pasukan anti-vandal jadi bersiaga, diam-diam menyiapkan senapannya.

Perempuan itu hanya diam. Dia makin mengeratkan pegangannya pada bilah pisau, membuat Soohyun mengerjapkan mata kaget. Mata pisau yang dingin itu menyentuh permukaan leher Soohyun, membuat satu goresan kecil terbentuk disana. Aliran darah mulai mengalir, seperti keringat yang mengucur setelah olahraga di siang bolong.

Kim Soohyun menghela napasnya. Jemarinya meraih tangan si perempuan yang tak menggenggam apapun. "Astaga! Tanganmu dingin sekali. Apa kau butuh bantalan penghangat milikku? Tapi aku menyimpannya di dalam tenda. Kita bisa masuk ke dalam kalau kau mau. Selain itu, di dalam sana pun udaranya lebih hangat."

Tidak ada respon. Hanya tersisa rasa nyeri yang muncul akibat goresan pisau yang menempel makin dalam. Salah gerakan sedikit saja, nyawanya bisa melayang terbang.

Dia hampir kehabisan akal. Kim Soohyun memejamkan mata, menarik napas panjang. "Dengarkan aku baik-baik.."

Suara beratnya terdengar sangat kecil, seperti bisikan lembut yang dapat mengalihkan pikiran. Hanya perempuan itu yang dapat mendengarnya. "Lihat baik-baik caraku menolongmu."

Perempuan itu mendesis. Bibirnya bergerak untuk kali pertama. "Aku tak butuh bantuanmu."

"Tentu saja kau butuh." balas Kim Soohyun. Pemuda itu tersenyum jenaka.

"Hoi para tentara elite global!" salah satu tentara hampir menyeburkan tawanya, Apa-apaan sebutan konyol itu?

"Semuanya, letakkan senjata kalian di tanah sekarang! Jangan ada yang berani bergerak dari tempat."

Semuanya diam. Meskipun kebingungan, mereka hanya bisa menuruti apa yang diperintahkan Soohyun. Karena tak ada lagi yang bisa mereka lakukan selain itu. Hari semakin sore, matahari benar-benar akan tenggelam. Perusak lain akan berdatangan jika mereka tak segera menyelesaikan persoalan ini.

Kedua kaki Sunghoon memulai langkah, tetapi teriakan Soohyun membuatnya membeku. "Termasuk kau, Park Sunghoon! Kau tak diizinkan untuk bergerak."

"Kau mungkin belum tahu, Soohyun. Perempuan itu adalah-"

"Dia perusaknya, kan?" Soohyun tertawa kecil, tapi tatapan matanya menajam. Memandangi satu-satu tiap inci pasukan anti-vandal yang ada di hadapannya. "Tapi kalian semua juga bingung, bukan? Kenapa perusak yang kalian kejar bisa bertansformasi ulang menjadi manusia?"

Hanya ada hening yang melingkupi tempat itu. Semuanya setuju. Mereka semua, sejujurnya kebingungan.

"Ingat perkataanku yang satu ini." Soohyun berhenti sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya yang terjeda. "Jika kalian membunuhnya sekarang, kalian berarti membunuh seorang manusia. Bukan perusak."

..
..

Malam yang dingin, dengan sup hangat. Menu malam ini hanya sup. Tidak ada yang lain. Bahan persediaan makin menipis, sulit untuk mencari bahan makanan di tengah situasi seperti ini. Bahkan pemerintah pun berada diambang batas, bingung memikirkan bagaimana cara mengatasi situasi serba sulit dan serba abstrak ini.

WIS(H)OPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang