5 - Stay

222 33 2
                                    

Kim Jiwon menenggak habis satu botol air mineral hanya dalam waktu beberapa detik. Rupanya perempuan itu benar-benar kehausan. Ketiga orang itu kini tengah duduk bersisian. Soohyun yang berada di tengah merasa canggung.

"Mobilnya sudah pergi."

Park Sunghoon menarik napas panjang. Dia menyandarkan punggungnya di balik puing-puing. Matanya mengedar, menatap satu pemandangan mengerikan di hadapannya. Api merambat dengan cepat meskipun dua perusak tadi sudah mati. Di sebelahnya, Soohyun ikut sibuk memandangi pemandangan menyedihkan itu tanpa bisa berbuat apa-apa.

Menyadari tak ada yang membuka suara, Sunghoon menekan perasaan gengsinya, sekaligus amarahnya. "Kau membuatku takut."

Soohyun membasahi bibirnya yang kering, merasa bersalah. "Aku minta maaf."

"Jangan meminta maaf jika kau akan mengulanginya lagi." balasnya dingin. Sunghoon bahkan tak melirik lawan bicaranya sedikitpun. Kepalanya tertunduk, menyembunyikan perubahan pada raut wajahnya. "Kukira kau benar-benar akan pergi tadi.."

"Aku benar-benar minta ma—"

"Ayo pergi dari sini! Udaranya mulai tidak enak." Sunghoon bangkit, menepuk pelan celananya yang berdebu. Kepalanya menoleh ke arah samping. "Tunggu apalagi? Cepat bangun!"

Merasa terpanggil, Jiwon mendongakkan kepalanya. "Kau mengajakku?"

"Kau alasan si bodoh ini meninggalkan mobil. Mana mungkin kami pergi tanpamu."

Tangan Soohyun terulur di hadapannya. Sunghoon sudah melangkah lebih dulu, menjauhi kawasan posko yang hampir seluruh tendanya kini penuh dengan kobaran api. Selama sesaat, Jiwon hanya memandangi uluran itu tanpa berkedip, sebelum akhirnya ia terima dengan perasaan sedikit sungkan.

Soohyun membantunya berdiri. "Apa kau terluka lagi?"

Jiwon menggeleng pelan, dia menoleh pada Soohyun yang memandangnya dengan khawatir. "Tidak. Hanya saja, sepertinya luka kemarin terbuka lagi."

Perempuan itu dapat melihat Soohyun yang menggigit bibirnya frustasi. Lelaki itu menggaruk kepalanya bingung, lalu kemudian dia nampak menyadari sesuatu. Soohyun menatap Jiwon yang kini menunjukkan raut wajah keheranan.

"Tunggulah sebentar disini, aku akan segera kembali!" kemudian lelaki itu berlari pergi.

"H-Hei! Kau mau kemana?" Jiwon setengah berteriak. Tenggorokannya terasa panas sejak tadi, suaranya kini sangat serak dan buruk.

Sunghoon yang sejak tadi berjalan di depan menghela napasnya lelah. Tanpa pikir panjang, lekaki itu berlari dengan cepat menyusul Soohyun yang kini entah dimana keberadaannya.

Jiwon hanya diam disana. Menatap kedua sosok itu yang kini menghilang dari jarak pandangnya. Perempuan itu tetap disana. Tanpa bergeser satu inci pun. Dia hanya diam. Menatap langit malam yang kini terlihat terang seolah matahari akan segera terbit. Perempuan itu berdiri disana. Tetap menunggu dalam diamnya. Meski tak ada jaminan kalau dia tak akan ditinggalkan. Mungkin dia akan sendiri lagi, seperti sebelumnya. Juga yang sebelum-sebelumnya.

Tapi ada satu hal yang ingin Jiwon percayai. Ada sesuatu yang berbeda, yang membuat perempuan itu tetap berdiri disini meskipun tahu kalau dia mungkin akan ditinggalkan lagi. Jiwon ingin mempercayai sesuatu itu, meskipun ia sendiri tidak tahu apa yang ingin ia percayai.

Waktu lima menit yang sangat terasa. Waktu yang bergulir kian melambat. Jiwon dapat merasakan perasaan takut itu mulai menyelubungi hatinya yang mudah sekali hancur. Bayang-bayang ingatannya mulai terputar dengan samar. Mereka semua mengucapkan kalimat itu sebelum pergi.

"Jadi, kenapa aku tetap menunggu disini?"

Jiwon merogoh kantong celananya. Meraih sesuatu dari dalam sana. Sebuah liontin dengan corak kamelia. Perempuan itu menggenggamnya erat lalu memejamkan mata sambil menarik napas dalam-dalam, mencoba meneguhkan hatinya. Saat ia sudah siap, matanya menatap ke depan dengan tajam.

WIS(H)OPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang