225°

178 35 33
                                    









Dunia dimana kita bisa bersama itu mustahil.

Tidak, mungkin hanya separuhnya saja.

“Apa aku pernah mendapatkan sesuatu yang seperti itu? Apakah usaha mengkhianati hasil? Kenyataannya hasil yang tidak tahu diri.”




[Name] tidak pernah menyukai Ran.







Itu seperti ada orang yang suatu hari seolah-olah sudah pasti untuk masuk kedalam hidupmu dengan status utama.

Padahal skenario hidup itu begitu panjang dan berlika-liku.

Pikiran seorang [Name] yang selalu menghadap lurus apa yang ada di depan matanya mengernyit pada orang-orang delulu yang menganggap dirinya berhak atas kepemilikan yang mustahil tersebut.

Tidak, dia tak peduli.




Gadis itu menyandarkan dirinya pada pintu.

Dia tak pernah peduli, karena kakaknya juga menyukai gadis itu.

Tapi, hanya ... Kenapa?





Kenapa?




Kau korbankan semuanya untuk gadis itu.

Bahkan aku.







“Niisan, bisakah kau mengajariku ini?” [Name] berusia 10 tahun kala itu. Shinichi yang sedang membuka novel melirik. “Mana?”

[Name] menyodorkan sebuah soal matematika. Shinichi hanya ber ooh. Dia segera menunjukkan caranya dengan baik. Tersenyum.

“Niisan kau keren!”




“Tentu saja! Aku ini adalah Holmes tahu! Holmes!”

“Apa..? Holmes? Tidak, Holmes lebih hebat lagi!” sahut [Name] tidak terima nama Holmes itu disamakan dengan Shinichi.

“Apa— heh!? Dasar kurang ajar,” tawa Shinichi sambil mengusak rambut adiknya.





“Shinichi! Argh, bukankah kau bilang akan menemaniku untuk pertandingan karate!?” suara itu membuat mereka menoleh.

“Ahaha, Ran,” Shinichi hanya mengangkat tangan. “Aku tak ingat pernah bilang begitu.”

“Terserah! Baik, aku pergi!”

“...”

“Oi ... Oi ... Tunggu dong! Iya baiklah! Aku ikut!”

“Kau bilang akan mentraktirku ramen bukan ketika aku menang? Kau pikir aku lupa dengan janjimu??”








‘Matematikaku belum selesai...’



[Name] menarik nafas panjang. Dia menatap kesendirian pada ruangan luas. Benar-benar luas. Ya, kesepian.

Tak ada siapapun.

“....”




‘Aku penasaran apa dia mengetuk pintu.’





Dia pikir dia dekat. Aku tidak nyaman.







[Name] melepaskan sepatunya dan melangkah masuk. “Tadaima ...”

“Ah! [Name], selamat datang, kau mengerjakan ekskul hari ini bukan? Makanlah dulu,” Ran, gadis itu tersenyum. [Name] melebarkan matanya.

“....”

Shinichi jelas-jelas masih ada klub bola. Lalu apa yang gadis ini lakukan di rumahnya sendirian dengan celemek?

‘Aku tahu kalian dekat,’ [Name] memejamkan mata dan berpaling. “Aku akan istirahat cepat hari ini. Terimakasih.”




Reflection | Kudou ShinichiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang