Prolog

71 22 0
                                    

Happy Reading

🌹🌹🌹

Duar

Duar

Duar

Suara ledakan yang begitu besar terdengar di keheningan malam. Beberapa warga segera keluar dari rumah mereka untuk melihat apa yang terjadi.

Masyarakat melihat sebuah rumah mewah berlantai dia yang terbakar dilalap oleh api yang begitu besar. Api berkobar menyebar hampir seluruh rumah itu. Pecahan kaca yang terkena api terlempar sampai di jalan raya.

Masayarakat berbondong-bondong membawa air untuk membantu memadamkan api. Salah satu dari mereka ada yang menelepon pemadam kebakaran untuk segera datang.

"Bawa air yang banyak!"

"Cepat suruh pemadam kebakaran datang!"

Masyarakat bolak-balik membawa air untuk memadamkan api. Mereka berusaha sekuat mungkin untuk memadamkannya.

"Tolong! Bantu selamatkan tuan dan nyonya Ozias!" Seorang pelayan wanita dengan kondisi wajah yang sudah hitam terkena asap api. Pakaiannya pun menghitam dengan sobekan di beberapa bagian. Ia menunjuk ke dalam rumah saat mengatakan hal itu.

Ternyata rumah yang sedang terbakar hebat di malam hari ini adalah rumah dari keluarga Ozias. Keluarga yang terkenal dengan kekayaannya. Bukan hanya di dalam negeri, melainkan di luar negeri juga ada. Pemimpin keluarga Ozias, yaitu tuan Ozias memamng dikenal oleh orang-orang sebagai orang yang bekerja keras. Terbukti dari perusahaannya yang sudah bercabang dimana-mana. Tuan Ozias juga dikenal masyarakat sekitar sebagai orang yang berhati baik dan menyayangi keluarga.

"Kenapa berlari sendiri keluar?" tanya satpam setelah menyiram api itu dengan seember air.

"Aku tidak bisa sendiri menyelamatkan mereka. Nona juga masih di dalam. Aku tidak tau dimana mereka. Sudah aku cek di kamarnya, tetapi dia tidak ada," jelas pelayan itu dengan badan yang gemetar panik dan air mata yang keluar.

"Tenangkan dirimu terlebih dahulu," ucap satpam itu seraya mendudukan pelayan itu untuk duduk di pos satpam yang tidak begitu jauh.

Beberapa menit kemudian, suara sirine pemadam kebakaran terdengar mendekati rumah itu. Terdapat tiga mobil pemadam yang memasuki halaman rumah itu. Petugas kebakaran segera keluar dan menyiapkan alat untuk memadamkannya.

Masyarakat sekitar segera menjauhkan diri saat pemadam melakukan tugas mereka. Mereka melihat mobil pemadam yang pertama dan kedua, memadamkan api di bagian lantai dua rumah. Sedangkan mobil ketiga memadamkan lantai satu rumah itu.

Pemadaman itu membutuhkan waktu hampir dua jam agar benar-benar padam. Keadaan rumah sudah tidak berbentuk seperti rumah yang biasa mereka lihat. Yang biasanya rumah itu terlihat megah dan mewah, sekarang rumah itu hanya terlihat seperti rumah yang sudah lama tidak terpakai dan terbengkalai. Kaca yang sudah pecah, dinding yang sudah menghitam, kain yang sudah menghitam tidak terbentuk, dan pintu yang sudah tidak terpasang seperti sedia kala.

Beberapa petugas segera masuk ke dalam rumah untuk mengevakuasi korban kebakaran yang masih terjebak di dalamnya. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk memastikan bahwa tidak ada lagi korban yang masih di dalam rumah itu. Mereka telah membawa keluar korban kebakaran untuk diletakkan di luar rumah. Tepat di depan rumah itu.

Masyarakat yang melihat itu, merasa kaget, prihatin, dan kasihan dengan apa yang terjadi di keluarga itu. Mereka tidak menyangka kejadian ini akan menimpa keluarga Ozias yang terkenal dengan sifat keluarga mereka yang baik dan dermawan. Memang takdir tidak ada yang tau, batin masyarakat melihat kondisi korban yang ada di depan mereka.

Terhitung ada enam korban dewasa dan satu anak kecil yang berhasil dievakuasi dari kejadian kebakaran. Bisa ditebak jika anak kecil itu adalah nona dari keluarga Ozias. Kondisi tubuh korban yang sudah tidak berbentuk karena terkena kobaran api. Wajah mereka yang melepuh karena api dan tubuh mereka yang menghitam dengan beberapa bagian tubuh yang mengelupas akibat terkena api yang menyambar.

Kondisi korban membuat beberapa diantara ibu-ibu yang tidak kuat, segera berbalik menjauh untuk memuntahkan isi perut. Tidak kuat untuk melihat kondisi korban yang sudah bisa dipastikan sudah menjadi mayat.

Beberapa menit kemudian, mobil ambulance yang sudah dipanggil untuk mengevakuasi mayat korban kebakaran datang dengan suara sirine khas mereka. Ada tujuh monil yang datang sesuai dengan korban yang ada. Petugas segera keluar dan mendekati para korban untuk segera ditangani.

Petugas segera memindahkan para korban kebakaran itu ke dalam kantong jenazah yang sudah disiapkan. Memasukkan satu persatu ke dalam mobil untuk mereka bawa ke rumah sakit.

Tak jauh dari tempat kebakaran itu, sebuah mobil hitam terlihat terparkir di bawah pohon pinggir jalan. Kondisi yang gelap di jalan membuat orang-orang tidak menyadari hal itu.

"Bagaimana?" Seorang lelaki yang duduk di belakang bertanya kepada orang yang berada di depannya. Tatapan matanya tidak lepas dari rumah yang sudah terbakar itu.

"Sesuai rencana, Tuan. Semua keluarga itu sudah meninggal. Kondisi tubuh mereka juga sudah tidak berbentuk," jawab orang yang berada di depan kepada orang yang ternyata tuannya. Orang itu adalah orang kepercayaan dari lelaki yang ia panggil tuan.

"Bagus," lelaki yang dipanggil tuan itu mengeluarkan smirknya mendengar rencananya yang berhasil.

"Selanjutnya bagaimana, Tuan?" jawab orang kepercayaan lelaki yang dipanggil tuan.

"Kita kembali. Kalian urus orang itu agar tidak membuka suara mereka kepada publik," perintah lelaki yang dipanggil tuan kepada orang kepercayaannya.

"Baik, Tuan. Akan saya beritahu mereka untuk melaksanakan perintah," orang di depan menundukkan kepala mengerti ke arah tuannya. Kemudian ia menyalakan mobil untuk pergi dari tempat itu. Menghindari kecurigaan masyarakat sekitar.

Setelah mobil itu pergi, sebuah mobil hitam datang memasuki rumah keluarga Ozias. Terlihat dua orang paruh baya berbeda jenis kelamin keluar dari mobil itu.

"Apa yang terjadi?" tanya seorang paruh baya saat melihat kondisi ramai di rumah anaknya. Ternyata kedua paruh baya berbeda jenis kelamin itu adalah orang tua dari keluarga Ozias.

"Tuan besar," satpam yang melihat tuan dan nyonya besar segera datang menghampiri mereka berdua.

"Apa yang terjadi di sini?" wanita paruh baya itu maju ke hadapan satpam itu untuk menanyakan apa yang terjadi.

"Tuan itu.... It-it-it-" satpam itu terbata-bata untuk menjawab pertanyaan dari nyonya besarnya. Ia tidak tega untuk mengatakan hal yang sebenarnya terjadi. Bahwa anak, menantu, dan cucu mereka sudah tiada karena terbakar.

"Bicaralah!" perintah tegas dari yuann besarnya membuat satpam itu mau tidak mau memberitahu mereka apa yang sebenarnya terjadi.

"Rumah mengalami kebakaran. Tuan, nyonya, dan nona Ozias ditemukan sudah tidak bernyawa oleh petugas pemadam kebakaran," jelas satpam itu seraya menundukkan kepala. Takut dengan aura yang dikeluarkan oleh tuan besarnya. Tuan besarnya terlihat marah mendengar jawaban itu.

Nyonya besar segera mendekati petugas ambulance untuk melihat kondisi keluarga anaknya. Terutama cucu yang ia sayangi. Ia menangis sejadi-jadi saat kantong jenazah dibuka oleh petugas dan terlihat wajah anaknya. Ia memeluk mayat itu dengan tangisan yang masih ada.

Lelaki paruh baya itu berjalan mendekati istrinya yang masih memeluk mayat anaknya. Ia kemudian menoleh ke arah lantai dua, tepat di kamar cucunya berada. Ia menatap dengan lamat kamar itu.

🌹🌹🌹

Up cerita baru🎉

Cerita lain masih up ya, jadi stay tune buat baca🥰

See u

Yes! You're Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang