Bab 4 Failed

38 5 0
                                    

Happy Reading

🌹🌹🌹


Brak

"Sh*t!" suara bantingan keras yang tiba-tiba membuat Glencya yang tengah duduk di tempatnya dengan tenang dan menyalin tugas dari teman kelasnya yang lain, tersentak kaget dan mengumpat keras.

Tidak hanya Glencya, semua orang hanya ada di ruang kelas juga turut kaget mendengar suara keras yang berasal dari bantingan tas. Pelaku yang membuat suara keras dan membuat kaget banyak orang di kelas hanya diam tanpa meminta maaf karena membuat ulah di pagi hari.

Semua orang yang melihat siapa yang membanting tas itu hanya mengelus dada sebelum kembali melanjutkan kegiatan mereka tanpa menegur atau mengomentari tindakan yang dilakukan pelaku. Awalnya mereka akan menegur si pelaku, tapi terhenti saat melihat siapa pelaku itu.

Pelaku itu adalah Sheva. Karena itu, mereka memilih tidak melanjutkan kata-kata yang akan mereka keluarkan. Terlebih saat mereka melihat wajah dari Sheva yang menunjukkan raut kesal yang sangat ketara. Akhirnya mereka memilih jalan aman untuk kelangsungan hidup mereka di sekolah, terutama kelas.

"Kurang kerjaaan banget sih, lo! Pagi-pagi bikin gaduh!" Glencya menatap Sheva dengan raut wajah yang sangat kesal karena dirinya terkejut.

Sheva hanya melirik sekilas Glencya dengan ekor mata tanpa membalas. Kedua tangannya bersedekap di dada dengan wajah yang masih kesal. Pandangan mata Sheva menatap intens ke papan tulis seolah dirinya sedang menatap seseorang yang membuat ia kesal. Aura yang dikeluarkannya juga membuat orang yang ada di ruangan itu memilih menjaga jarak darinya.

Glencya yang tidak mendapat tanggapan dari Sheva, segera mendekat dan meneliti dengan cermat kondisi sahabatnya itu. Ia menatap Sheva dari atas ke bawah. Kondisi tubuh Sheva normal saat Glencya melihatnya. Bahkan masih seperti sebelum-sebelumnya, putih dan mulus. Hanya satu yang berbeda, yaitu wajahnya yang tidak enak dipandang dan aura yang sahabatnya itu keluarkan.

"Lo kenapa? Si j*l*ng itu bikin ulah lagi sama lo?" Glencya mencoba bertanya akan sebab sahabatnya menunjukkan raut seperti itu.

"No!" Sheva menjawab singkat tanpa menatap wajah Glencya.

"Terus?" Glencya menaikkan sebelah alisnya masih menatap Sheva.

"Heh! Jawab! Jangan diam!" Glencya yang kesal memukul keras bahu Sheba karena sahabatnya yang tidak kunjung berbicara.

"Ngapain sih, lo!" Sheva mengelus bahunya yang dipukul Glencya.

"Makanya jawab! Punya masalah bukannya cerita, malah diam.ana banting tas di meja pagi-pagi lagi. Bikin orang jantungan tau, gak! Syukur ini orang-orang di kelas pada sehat. Coba kalo punya riwayat jantung? Lo mau tanggung jawab? Hah?" Sheva memutar kedua matanya mendengar Glencya yang mengomeli dirinya.

"Diam!" Sheva mengangkat jari telunjuknya ke depan wajah Glencya agar sahabatnya berhenti berbicara.

"Iya, udah. Sekarang jawab! Kenapa pagi-pagi lo udah banting tas?" Glencya menurunkan jari telunjuk Sheva dari depan wajahnya.

"Lo masih ingat sama rencana gue kemarin?" Sheva mulai menatap Glencya saat berbicara.

"Ingat. Yang lo mau deketin itu laki-laki kulkas, kan? Yang lo minta gue buat kirim nomor tuh orang?" Glencya menganggukkan kepala saat mengingatnya.

"Seratus buat lo," Sheva membenarkan apa yang diucapkan oleh sahabatnya, Glencya.

"Masalahnya di mana?" Glencya menunjukkan raut wajah bingung saat bertanya.

Yes! You're Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang