5. Pindah ke Istana

28 5 0
                                    

Malam itu Rhys benar-benar pergi dari rumahnya. Setelah keluarga Adalvino pulang, ia berpamitan kepada seisi rumah, kecuali Duke Loey yang sejak tadi mengurung diri di ruang kerjanya. Sementara itu, Neola dan Welda sudah sesenggukan. Rhys memeluknya bergantian, memasang telinga untuk mendengarkan pesan-pesan ibunya.

Adapun sang kakak-Wiler mendukung penuh keputusan Rhys mengikuti sayembara. Bahkan laki-laki itu mengatakan dengan yakin jika adiknya dapat mengalahkannya. Wiler mendukung dan berada di pihak Rhys. Kakaknya itu berujar jika tidak akan pernah menganggap Rhys sebagai saingannya, sekalipun nanti mereka akan saling melawan di sayembara.

"Aku pamit."

Rhys menaiki Kala dan meletakkan kantong besar berisi tiga potong baju di depannya. Sengaja ia tidak membawa banyak, meski dirinya membeli baju-baju semua itu dengan hasil jerih payahnya sendiri. Perjalanan rumah-istana cukup memakan waktu. Ia juga kasihan melihat Kala jika keberatan membawa barangnya. Selain itu ia tidak membawa apapun. Benar-benar hanya peralatan medis, buku akademi, baju tiga potong, dan Kala.

Dilihatnya sekali lagi wajah-wajah yang akan dirindukannya itu. Ibunya, adiknya, kakaknya. Jika Rhys mengaku pun, ia pasti akan merindukan ayahnya juga. Namun dirinya bisa apa? Rhys mengusap kedua matanya yang hampir meneteskan air mata. Ia tersenyum, sebelum melambaikan tangan dan memacu kudanya membelah malam.

Sekitar satu jam, Rhys berhasil memarkirkan Kala di kandang kuda istana. Laki-laki itu menepuk kepala Kala beberapa kali, sebelum meninggalkan kuda jantan itu. Ia berjalan melewati kastil utara menuju kastil barat dengan membawa kantong besar di pundaknya.

Situasi di istana sangatlah sepi, mengingat hari mulai larut. Jade sudah mengatakan jika ia tidak bisa menjemput Rhys seperti biasa karena terdapat tugas yang harus ia kerjakan. Laki-laki itu mengatakannya dalam surat balasan saat Rhys memberitahu kepindahannya.

"Hahhh, akhirnya aku tidak akan kesepian lagi."

Kedatangan Rhys disambut Byullie dan Dallie yang berlari ke arah kakinya, diikuti Jade yang sudah berganti dengan piyama tidur.

"Kau tampak tenang namun kacau." Komentarnya sembari membantu Rhys membawa kantong besar berisi barang-barangnya.

"Keadaan rumah yang sangat kacau. Semoga keadaannya membaik setelah aku keluar dari sana."

"Kakakmu bagaimana?"

"Wiler?"

Jade mengangguk.

"Sejak awal dia mengikuti sayembara ini atas perintah ayahku. Dia sama sekali tidak keberatan jika aku menjadi lawannya. Wiler bahkan mendukungku untuk menang."

Langkah Rhys mengikuti Jade yang kini berhenti di depan ranjang kosong yang nantinya ia tempati. Laki-laki itu mengambil alih kantong yang tadi dibawa Jade, kemudian membukanya dan menata barang-barangnya di lemari. Seolah penasaran dengan cerita Rhys, Byullie dan Dallie ikut bergabung bersama mereka dengan bergelung di atas kasur Rhys.

"Syukurlah kalau begitu. Berarti hanya Duke Loey yang menentang keputusanmu untuk mengikuti sayembara."

Rhys tersenyum kecut. "Sejak dulu Jade, keputusanku selalu bertentangan dengannya."

Jade menghela napas gusar sembari melayangkan tatapan prihatin ke rekannya. "Kau pasti bisa menjalani ini seperti yang sudah-sudah, Dokter Rhys. Sekarang istirahatlah karena besok upacara sayembara dilakukan dari pagi."

***

Sejak tiga puluh menit yang lalu, Rhys bergabung di dalam barisan bersama peserta sayembara lain. Berdasarkan tes fisik dan tes pengetahuan saat pendaftaran, tersisa lima puluh orang yang akan mengikuti kompetisi di lingkungan istana. Peserta sayembara diperbolehkan untuk menginap di kastil timur yang memang sudah disediakan pihak kerajaan untuk keperluan sayembara. Kompetisi akan dilakukan dengan sepuluh tahap, setiap tahapnya dapat mengeliminasi sebanyak lima peserta.

How To Be Your King? | Renjun & RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang