Selalu ada jalan

0 0 0
                                    

Jika ada kesalahan dalam kosa kata, maaf tapi naskah belum di edit

Terima kasih

Selamat membaca


Aku hanya diam saja tanpa berniat membalas ucapannya.

"Neng." dia menjeda ucapannya dan membuat Tissa langsung memalingkan wajah ke arah lain.

"Saya GK mengambil uangnya pak RT, jadi tolong lepaskan tangan saya!" ucapnya dan membuat pak RT melepaskannya.

"Silahkan pak Riko lihat sendiri!" dia menyerahkan ponsel kepada pak Riko, dengan malas pak Riko pun menerima dan menontonnya.

Plakkk!

"Sialan Tissa jadi selama ini kau mencuri uang milik toko, padahal saya sudah memberikan kamu uang tip banyak dari saya." aku tercengang saat tiba-tiba pak Riko langsung menampar wajahnya dengan kencang bahkan wajah dia terlihat bekas tamparannya.

"Pak... itu enggak bener!"

"Heh dasar jalang, lo jangan ngaco yah!" dengan kesal dia hendak menampar namun aku bisa tahan. "Tissa selama ini aku diam saja. Di saat kami bekerja kamu masih asik dengan ponselmu, di saat barang datang kamu juga masih asik dengan ponsel, dan ketika ketika kami bergantian kasir dan shif kamu masih bisa mencuri dan kami harus yang memotong gaji." ucapku dengan lantang kepadanya dan aku lihat dia langsung tergagap saat semua kebusukannya dibongkar.

"Itu enggak mungkin!" dia menggelengkan kepala dan menatapku dengan gelisah.

"Lo bohong Aruna!" aku menahan tawa dan menatapnya dengan sinis.

"Terserah apa yang kamu bilang tapi yang jelas aku sudah menyerahkan bukti ke pak Riko. Biar dia yang mengurusnya." ucapku kepadanya dan Tissa langsung mendekat ke arah pak Riko.

"Dan untuk pak Riko, saya mengundurkan diri dari pekerjaan ini."

Setelah itu aku langsung pergi dan meninggalkan mereka semuanya.

"Saya juga mengundurkan diri pak!" Aku menoleh ke belakang dan rupanya Dian juga mengundurkan diri dan tersenyum kepadaku sembari mengacungkan jempolnya.

Ditemani terik matahari, aku beristirahat dulu di warung pinggir jalan. " Nak apakah kamu benar-benar tidak mencuri uang milik toko?" tanya kakekku dengan menanti kedatangan makanan yang kami sudah pesan.

"Kakek aku tidak mengambilnya sama sekali, meskipun aku memiliki gaji kecil tapi itu bukan hakku!" ucapku dengan menatap sendu ke arahnya. "Nak, kakek rasa lebih baik kita bersama ibumu. Biar kamu tidak terlalu lelah mengurus semuanya!" aku langsung tersentak kaget saat mendengar namanya.

"Apa maksud kakek?" tanyaku dan dia menghembuskan nafas dengan kasar.

"Kakek merasa menjadi beban untukmu!" dia memalingkan muka ke arah lain dan membuat aku menghembuskan nafas dengan kasar.

"Apa maksud kakek, kakek bukan beban untukku!" aku menatapnya dengan sendu dan juga merasakan bahwa kakek sudah memiliki pemikiran seperti itu.

"Kakek mengerti tapi kakek merasa akhir-akhir ini kamu bekerja dengan giat, bahkan kamu juga tiap malam mengerjakan pekerjaan cuci gosok di rumah!" aku meneguk es teh yang ada di depan.

"Kakek tidak perlu berpikir seperti itu karena memang aku sekarang lagi menabung untuk mengundurkan diri dari toko!" jawabku sehingga membuat dia menyipitkan mata tanda tidak percaya kepadaku.

"Tap...tapi ...."

"Permisi ini makanannya!" belum sempat dia menyelesaikan ucapannya tiba-tiba dipotong oleh pegawai karena makanan sudah datang.

The hurt is real (LUKA DAN CINTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang