Bab Tak Berjudul 7

1 1 0
                                    


Kembali lagi dengan aku yang suka ngilang menulis naskah

wkwkwkwkwkwkwkwk

Cus lah baca



Cukup lama dia makan dan aku lirik sepertinya dia bukan berasal dari sini dan juga aku lirik dari pakaiannya dia terlihat mewah untuk seorang orang kaya. "Mas nya berasal darimana?" tanyaku dengan menatapnya dan sepertinya dia langsung mengerti maksudku.

"Saya berasal dari Jakarta."

"Terima kasih atas makannya, ini uangnya." dia menyerahkan uang merah kepadaku dan aku pun menolak.

"Tidak usah, itu gratis saya juga tidak memungut biaya seperpun." ujarku dan dia terlihat kaget dan menggelengkan kepala.

"Oh tentu saya harus bayar." dia memaksa dan aku tetap menolak.

"Tidak usah perlu." aku masih berusaha dengan keras bahwa aku menolak uang darinya dan dia langsung menarik tanganku dan langsung pergi begitu saja.

Aku menggaruk kepala karena juga bingung dengan sifatnya dan juga darimana dia berasal. "Nanti kalau ketemu, aku akan kasih kembalian uangnya." ujarku dengan suara kecil dan dia saat ini sudah menghilang dari pandanganku.

Aku sudah membereskan semua barangku dan aku juga harus segera pulang ke rumah. Mataku menyipit saat seseorang yang ku kenal ada di depan rumah.

Saat aku mengetahaui siapa orang tersebut aku langsung menghela nafas dengan kasar, "Mau apa lagi mereka?" tanyaku dengan suara pelan.

"Citttt." Suara motor yang sudah aku hentikan dan menatap ke arah mereka dengan pandangan malas. "Mau apalagi kalian datang ke sini?" tanyaku dengan melipat tangan dan menatap ke arahnya.

"Nak... ibu minta maaf sama kamu atas kesalahan ibu selama ini." aku memutar bola dengan malas dan mendekat ke arah mereka.

"Uang yang kemarin sudah habiskah?" tanyaku dengan berdecih kepadanya dan dia terlihat gugup sembari mengalihkan mata ke arah asal tidak bertemu denganku.

"Kak.. kakak gak bisa gitu dong." aku mengangkat alis dan menatapnya .

"Kenapa tidak boleh?" tanyaku dan aku lihat dia juga tidak bisa menjawab pertanyaan dariku.

"Sebenarnya tujuan kalian datang ke sini ada apa?" tanyaku dengan cape dan aku lihat dia semakin bingung dengan s=sikapnya.

"Bolehkah kami tinggal di sini?" izinnya sehingga membuat aku terkejut .

"Rumah kalian kenapa?"

"Kami sudah tidak memilki rumah. Tolong ibu nak. Kami hanya butuh beeberapa hari setelah itu kami akan pergi." pintanya dengan wajah memelas dan aku lihat beeberpa warga sudah sudah berada di depan. "Anda hanya akan sebentar saja?" tanyaku dan di menganggukan kepala.

'Baiklah masuk." ujarku dan setelah aku membuka pintu rumah yang terkunci.

"Rumah ini masih sama sejak kita terakhir ketemu ke sini." ujarnya dengan santai dan duduk di kursi sedangkan aku langsung memasukan barang dagangan milikku ke dalam rumah.

"Kamar ibu masih sama?" tanyanya, sontak membuat aku menghentikan langkahku dan mengangkat alis dengan bingung.

"Kamar yang mana?" tanyanya dan membuat dia berdecak dengan kesal.

"Itu kamar ibukan?" tunjuknya ke arah kamar yang terletak dekat dengan pintu masuk rumah ini, "Itu bukan kamar milkmu," sarkasku dengan masuk ke dalam dapur dan membuat dia menghela nafas dengan kasar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The hurt is real (LUKA DAN CINTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang