Rasa bersyukur

0 0 0
                                    


NASKAH BELUM DI REVISI DAN MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN DALAM TYPO


Aku terenyuh saat anakku makan dengan lahap bahkan dia sudah menambah dua kali untuk sarapan kali. "Apakah kamu, tidak malu memiliki ibu yang seperti ini?" tanyaku dengan memandang sayu dan anakku mengangkat kepala. "Maksud ibu, aku malu memiliki ibu seperti ibu?" tanyanya dan aku pun menganggukan kepala dengan pelan.

"Apa yang membuat aku malu dengan ibu, bahkan aku sangat menyayangi ibu." katanya dengan melanjutkan makanannya lagi dan membuat aku menarik kursi di depannya. Tanganku meraih tangannya dan menggenggam dengan erat, "Maaf jika ibu memiliki kekurangan dan juga tidak bisa memenuhi semua keinginanmu tapi yakin ibu berjuang semampu ibu nak!" dia hanya tersenyum dengan tipis dan masih melanjutkan sarapannya.

"Belajar yang baik dan rajin." ucapku dan dia menganggukan kepala.

"Ibu.. terima kasih sudah memberikan segalanya untuk Arlot. Nanti kalau Arlot udah gede, Arlot akan memberikan segalanya untuk ibu." ujarnya dengan wajah penuh senyum dan aku hampir menangis saat mendengar kata-katanya bahkan aku baru pertama kali merasakan apa itu cinta seorang ibu kepada anaknya. "Ucap ibu, berbuatlah baik dengan begitu kamu akan menemukan kebaikan juga."

Rumah sudah selesai dan aku saat ini harus pergi berbelanja karena hari masakan akan dikirim sore hari.

"Bu saya beli cabe satu kilo yah," ujarku dengan memberikan cabe yang sudah aku pilih.

"Baik, tunggu sebentar."

"Heh jalang." aku tersentak kaget saat rambutku ditarik dengan kencang oleh seseorang yang aku hafal dengan suaranya.

"Aww..sakit... lepaskan." ujarku dengan berusaha menarik rambut yang dia dia tarik dengan kencang.

"Sialan ya lo jalang." dengan kasar aku pun melepaskan jambakan rambut dan menatap ke arah Tissa yang sedang menatapku dengan marah dan wajah sudah memerah.

"Apa?" tanyaku dengan menghela nafas dengan kasar.

"Gara-gara lo, gue harus didenda dua puluh juta!" aku memalingkan wajah ke arah lain.

"Lah kan emang itu bukan milik kamu sendiri." jawabku dengan menatapnya dengan jengah.

"Heh.. loh tuh janda." dia mendekat ke arahku dengan membisikkan ke arahku dengan pelan dan setelah aku langsung tertawa terbahak-bahak.

"Lah emang siapa yang masih perawan?" tanyaku dengan menatapnya dan aku lihat dia semakin kesal denganku.

"Aruna lo tuh cantik tapi sayang lo tuh janda di usia muda, apa lo enggak malu?" tanyanya dengan suara kencang sehingga membuat beberapa orang berkumpul.

Aku menutup mulut dan berusaha menahan tawaku. "Kamu saja mengakui bahwa aku cantik lantas kenapa harus malu dengan status jandaku?" tanyaku dan membuat dia mengepalkan kedua tangannya.

"Sialan lo aruna." setelah itu dia pergi dengan amarah yang membuat aku menggelengkan kepala.

"Neng ada apa?" tanya ibu-ibu penjual sayur dan bertanyaku. Aku menoleh ke arahnya menggelengkan kepala. " Tidak ada apa-apa ko bu!" setelah itu aku langsung memilih belanjaan sayur kembali.

Aku sudah beres mempersiapkan makanan dan sudah siap akan mengantarkan makanan ke tempat bu lurah. "Ibu mau pergi kemana?" tanya Arlot yang saat ini tengah memakai baju santainya.

"Ibu akan mengantarkan ini ke rumahnya Bu lurah, kamu jangan main jauh-jauh ya?" dia menganggukan kepala.

"Baiklah ibu, tapi aku ingin menitip sesuatu boleh?" ucapnya dan aku menganggukan kepala.

The hurt is real (LUKA DAN CINTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang