Siapa sih yang tidak mau kaya?
Jangan munafik, semua orang ingin kaya. Tapi hampir kebanyakan semua orang ingin kaya tanpa mengalami proses susahnya, terutama para wanita.
Caranya? Tentu saja menjerat pria kaya agar mau menikahinya, dan hidup menjadi istri pengusaha kaya raya.
Tinggal modal cantik, menarik, mendekatinya secara perlahan, dan dengan cepat menyandang sebagai istri CEO kaya. Hidup mewah tanpa kekurangan, tidak perlu kerja tentu saja itu impian semua wanita.
Termasuk Im Jia.Gadis yang semasa kecilnya yatim piatu dan harus hidup dibesarkan oleh kerabat ibunya, tentu saja mengalami kepahitan dan ketidak adilan sejak kecil.
Meskipun diurusi dan dibesarkan, tapi tante Jia memperlakukan dia dengan semena-mena.
Tante Jia sangat tidak bijak menggunakan uang asuransi kedua orang tua Jia yang meninggal kecelakaan saat Jia berumur 5 tahun.
Bahkan di usia Jia yang seharusnya bisa berkuliah di usia 18 tahun, dia harus mengkandaskan mimpinya karena tidak memiliki biaya.
Padahal menurut asuransinya itu, Jia masih bisa berkuliah dengan uang peninggalan orang tuanya
Tapi lagi-lagi ini kesalahan tantenya sebagai wali Jia saat itu, dia beberapa kali sering judi yang menyebabkan uang yang bukan hak nya ikut melayang.
Jia saat ini hanya bisa bekerja part time di sebuah swalayan kecil, karena memang sulit untuk bekerja di kantoran dengan ijazah sekolah menengah atas saja.
"Jia, Jia kemarilah." Mrs. Im, tante Jia tiba-tiba menghampiri Jia yang barusan pulang dari pekerjaannya. Jia bahkan belum sempat meletakkan tas nya.
Tante Jia sebenarnya juga bekerja tapi karena mungkin usianya yang sudah mulai berumur dia gampang capek, jadi Jia mau tidak mau membantunya dengan mengambil beberapa part time setiap harinya. Hampir seluruh biaya kehidupan mereka dibiayai oleh Jia.
"Wae imo?" jawab Jia setelah dia meletakkan tas dan menaruh sepatunya ke dalam rak.
Jia menenteng beberapa tas kresek berisi bahan belanjaan untuk kebutuhan makan mereka sehari-hari
"Kau baca berita tidak? Anak dari presdir Faith Corps kabarnya pulang dari Amerika setelah menyelesaikan kuliahnya."
Jia tampak tidak tertarik dan menaruh barang belanjaan yang barusan dia beli ke kulkas. "Lalu?"
"Ini kesempatanmu. Kau cantik Jia. Kau harus bisa gaet dia agar mau berpacaran denganmu, lalu kau bisa menikahinya. Dengan begitu kau tidak perlu bekerja keras lagi. Kita bisa hidup dalam gelimangan harta."
Jia mendesah berat.
Sebenarnya Mrs. Im itu bukan orang jahat, hanya saja dia itu pemalas dan ceroboh. Dia ingin mendapatkan semuanya dengan cara instan"Lalu caranya agar aku bisa menggaet dia bagaimana? Bahkan semua orang tidak pernah melihat wajahnya. Media tidak pernah menyiarkan itu, dan mereka menutupi identitas orang itu."
"Ini.. Ini.. mereka akan membangun perusahaan baru. Perusahaan kecil sih, tapi tidak apa khan? Melamarlah menjadi sekretarisnya, lalu dekati dia pakai cara apapun terserah."
"Tidak mau ah. Imo, aku ini lulusan SMA, bagaimana bisa melamar menjadi sekretaris di perusahaan tersebut. Pasti tidak akan diterima."
Jia tampak tidak peduli dia membereskan sisa-sisa sampah dari tas belanjaannya. Sementara tante Jia yang tidak peka akan hal itu, bukannya membantu Jia membereskan barang-barang itu malah masih sibuk menatap selembar koran dan memikirkan sesuatu
"Pasti ada cara. Kau bisa memalsukan CV mu dan ijazahmu waktu melamar kerja, apa kek asal kau bisa bekerja disana."
"Tidak, aku tidak berani. Pemalsuan ijazah itu hukumannya bisa dipenjara. Imo mau aku dipenjara? Nanti yang mengurusi imo siapa kalau aku di penjara?"
"Kan misalnya... Lagian kalau tidak ketahuan ya tidak apa. Menurutku kadang HRD atau siapapun jarang kok mengkroscek dan memastikan ijazah itu asli atau tidak?"
Jia mulai begah dengan ucapan tantenya, dia meletakkan gelas di dapur sambil sedikit menyentak
"Imo!! Tidak cukupkah semua pengorbananku kepadamu?! Selama ini aku diam saja karena menghormatimu. Aku tahu kau selama ini kau menggunakan uang asuransi appa dan eommaku untuk kebutuhan pribadimu. Dan sekarang aku harus bekerja untukmu!! Masih kurangkah? Sehingga kau menyuruhku menjadi jalang untuk mendekati pria kaya?!" nada Jia meninggi
Mrs. Im terdiam, kemudian bulir bening menetes membasahi pipinya. Dia tidak menyangka keponakan kesayangannya tega mengatakan itu walaupun sebenarnya memang kenyataannya seperti itu.
"A-aku hanya- Aku hanya ingin kau bahagia, kalau tidak mau juga tidak apa-apa." Mrs. Im menghapus airmatanya dan pergi masuk ke dalam kamar
Jia sangat tidak enak karena sudah membentaknya, dia pun menyusul tantenya ke kamar yang tampak tertidur, mendekati dan memeluknya
"Imo~ah..""Maafkan kalau selama ini imo merepotkanmu... Imo memang tidak bisa menjadi orangtuamu, Imo memang egois."
Mrs. Im berbicara tanpa menatap Jia, Jia masih mendekap tantenya dari belakang.
Tiba-tiba pandangan Jia jatuh pada kertas dekat nakas, dia melepas pelukannya. Membuka kertas itu kemudian membacanya.
Ternyata itu adalah hasil lab yang menunjukkan tantenya sedang sakit keras, Mrs. Im mengidap kanker rahim.
Dari hasil lab harusnya dia melakukan perawatan tapi Mrs. Im tampaknya tidak melakukannya, karena disitu tertera biaya yang tidak murah
"Imo tidak mau membebankan hal itu kepadamu. Sudah jangan dipikirkan. Kau bekerja seperti biasa saja. Bekerja yang baik dan benar." ucap Mrs. Im sambil mengambil kertas hasil lab tersebut.
"Keluarlah, imo lelah. Imo mau tidur."
Jia menangis setelah keluar dari kamar itu. Maksud Mrs. Im sebenarnya baik. Bagaimanapun Jia tidak bisa mengumpulkan uang sebanyak itu untuk membiayai pengobatan tantenya. Bekerja part time hanya cukup untuk biaya hidup mereka.
"Baiklah kalau imo ingin aku menjadi orang kaya secara instan, aku akan mendekati orang tesebut dan menikahinya." gumamnya sendiri.
*****