01. Kegiatan di hari Senin

87 12 6
                                    

Tahun 2010.


Mataku terbuka dengan cepat saat aku menyadari bahwa tirai di jendelaku terbuka. Semburat sinar matahari yang terang mulai memasuki kamar, menyilaukan mataku yang masih tertutup pelan. Aku merasa nyaman dalam tidurku namun, aku tahu bahwa ini adalah hari Senin dan waktunya untuk pergi ke sekolah.

Tubuhku tersentak dan aku langsung duduk tegak di tempat tidur. "Astaga, jam berapa ini?" Aku melirik ke arah jam dinding, dan detik-detik bergerak sangat lambat. Pukul setengah 06.56, aku masih punya sedikit waktu untuk bersiap-siap sebelum harus berangkat. Aku segera masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum memakai seragam sekolah.

Begitu aku masuk ke dalam dan menutup pintu kamar mandi, tiba-tiba teriakan keras ibuku membahana, menembus ruangan kamar mandi, "Youngjae! Saatnya bangun!"

Kemudian, aku terkejut pun langsung merespon dengan pekikan juga, "Apa?! Aku sedang mandi. Aku tahu bahwa ini adalah Hari Senin dan saatnya untuk berangkat sekolah."

"Ya sudah, cepat mandinya. Masih ada waktu untuk sarapan," respon ibu. Setelah itu aku mendengar pintu kamar tertutup dengan keras. Itu berarti, ibu sudah pergi. Ya Tuhan, dia benar-benar membuatku tergesa-gesa, padahal sekolah dimulai pukul delapan.

Daripada memikirkan yang membuatku merasa sebal, aku langsung bergegas menuju kran air dan dengan terburu-buru menyalakannya. Mata air hangat mengalir dari shower, mengalihkan pikiranku dari kejadian tadi. Aku fokus pada tugas mendesak untuk mandi dan membersihkan diri secepat yang aku bisa.

Sambil air mengalir membasahi tubuhku, aku dengan cepat mengambil sabun dan mulai menggosok seluruh tubuhku dengan teliti. Aroma harum dari sabun itu mengisi ruangan, memberikan sedikit ketenangan dalam momen-momen hektikku. Sehabis mandi, dengan cepat-cepat aku melangkah menuju lemari baju untuk mencari seragam sekolah.

Gerakan yang cepat, aku membuka lemari dan menemukan seragam sekolahku yang telah rapi digantung di dalamnya. Dengan cepat, aku mengenakan seragam tersebut dan memastikan bahwa terlihat rapi dan siap untuk dipakai.

Setelah memakai seragam, aku bergegas mengambil tas sekolah yang sudah kusiapkan di meja. Aku memeriksa isinya, memastikan bahwa semua buku yang dibutuhkan sudah ada di dalamnya. Aku senang mengetahui bahwa persiapan semalam membuat proses pagi hari ini lebih efisien, tanpa adanya pemborosan waktu yang tidak perlu.

"Sudah siap, saatnya turun." Aku merealisasikan bahwa semua persiapan sudah selesai dan tiba saatnya untuk meninggalkan kamar. Dengan langkah mantap, aku meninggalkan kamar dan menuju tangga untuk turun ke lantai bawah.

Saat berada di tengah tangga, aku bisa melihat ibu dan ayahku yang sedang duduk bersama di ruang keluarga. Mereka terlihat akrab, sambil saling berbincang tentang hal-hal yang masih belum aku mengerti sepenuhnya. Ekspresi mereka terlihat ceria dan bahagia, dan suasana yang mengelilingi mereka penuh cinta dan kehangatan.

Aku merasa semangat saat melihat ayah di pagi hari, jadi aku dengan cepat berjalan untuk segera menyapanya. Namun, saat aku menginjak anak tangga terakhir, aku tidak sengaja membuat langkah yang terlalu cepat dan tidak stabil. Tubuhku tergelincir, dan aku merasakan diriku kehilangan keseimbangan. Dalam sekejap, aku menemukan diriku terjatuh menuju lantai dengan tersungkur. Suara dentuman kecil terdengar saat kakiku menabrak lantai, dan aku merasakan sedikit ketidaknyamanan di bagian lututku.

Ayahku yang mendengar suara saat aku terjatuh, segera ia berbalik dan melihat ke arahku dengan ekspresi kekhawatiran yang melintas di wajahnya. "Youngjae? Ya ampun." Melihatku terjatuh, ayahku langsung mendekatiku dengan cepat dan membantuku untuk bangkit.

Aku merasakan bantuannya saat ayah dengan lembut memegang lengan dan mengulurkan tangannya untuk menarikku ke atas. Dalam sekejap, aku berhasil bangkit kembali ke posisi berdiri berkat pertolongannya yang sigap. Ayahku langsung memeriksa keadaanku dengan penuh perhatian, "Apakah kau baik-baik saja? Apa yang terasa sakit?" tanyanya sambil memandang wajahku dengan khawatir.

Who Are You? (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang