"Sedang apa kamu?"
"Anjing!" nata terperanjat kaget melihat lelaki memakai Almamater merah dengan rotan ditangannya.
"Sedang apa kamu Lokananta?" Tanyanya lagi.
Nata menyengir kuda. 'Mati gue apes berkali-kali.' Batin nata.
"Gue-gue cuman jalan-jalan, iya jalan-jalan,_" ucap nata gelagapan.
Lelaki itu memincingkan matanya berusaha mencari jawaban. "Kamu menemui santri putra ya?"
"Nggak!" jawab nata cepat.
"Lalu kenapa bisa jalan-jalan sampai disini?"
Nata tidak menjawab dan malah melihat ke belakang dhalem yang tadi terdapat Gus Khaibar, dilihatnya sudah tidak ada mungkin kedalam. Dengan secepat cahaya nata ngacir melarikan diri dari pertanyaan demi pertanyaan pengurus keamanan itu.
"HEY... LOKANANTA!" seru pengurus tadi melihat nata yang sudah hampir menghilang dari pandangannya. "Huh... biarlah saya lelah dengan santriwati itu," gumamnya letih.
Nata menumpu kedua tangannya pada lutut, kala sudah melewati belakang dhalem, Nata sekarang berada di samping dhalem. Nafasnya memburu "huh... huh... gue males kalo kayak gini!"
Nata melanjutkan langkahnya menuju asrama. Waktu semakin petang hendak magrib.
Gus Khaibar baru saja mengambil wudhu hendak ke masjid. Terlihat dari sebagian kaosnya yang basah dan rambut dan wajahnya meneteskan air. Gus Khaibar memakai baju Koko putih tak lupa juga peci, setelah itu ia berlalu menuju masjid.
"Gus...!"
Gus Khaibar menoleh melihat siapa yang telah memanggilnya. "Gus, assalamualaikum." salam orang tersebut menunduk takdzim.
"Waalaikumsalam. Ada apa kang?" Tanya Gus Khaibar kepada kang barizi salah satu pengurus keamanan Satri putra.
"Afwan Gus, saya ingin melapor, bahwa saya melihat Lokananta di dekat asrama putra, dan saya juga melihat santri putra dari tempat nata, seperti mereka baru saja bertemu." Lapor kang barizi akan kejadian nata tadi. Ia berpikir pikir jika terus dibiarkan nata tidak akan jera, tetapi hukuman apa yang belum ia dapat semua sudah.
Terdengar helaan nafas kasar dari Gus Khaibar. "Baik kang, saya yang akan memberinya pelajaran," putus Gus Khaibar yang diangguki kang barizi dan berlalu dari hadapan Gus Khaibar.
"Kenapa kamu tidak pernah jera Ning."
***
Selepas sholat isya' Gus Khaibar memerintahkan seorang santriwati yang ia temui tadi untuk memanggil nata dan mengapiri dhalem. Ia sedang menunggu kehadiran wanita yang katanya istrinya itu.
Disisi lain nata menendang-nendang udara, ia dipanggil saat hendak mengaji, seharusnya ia senang karena tidak harus bercekcok karena hampir tidak pernah setoran, tetapi ia kesal lantaran dipanggil Gus Khaibar ke dhalem. "Dasar Gusem, gabut banget deh."
Setelah sampai di dhalem nata langsung masuk layaknya rumah sendiri beruntung tidak ada kyai Abi maupun Ning Abidah. Ia terus melangkah hingga keujung dhalem tepat pada kamar Gus Khaibar.
"TOK...TOK...TOK!!" Nata mengetuk pintu sangat brutal dengan kedua tangannya.
"Astaghfirullah!" kaget Gus Khaibar setelah membuka pintu.
"Lo mau apa sih manggil-manggil gue mulu?!" protes nata menatap tajam Gus Khaibar yang juga menatapnya.
"Jika kamu tidak melakukan kesalahan maka saya malas memanggil kamu Ning," jawab Gus Khaibar sedikit menekan kata malas dalam ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOKANANTA (TERBIT)
Humor(CERITA SUDAH DI BUKUKAN DAN PRAT MASIH LENGKAP) UNTUK PEMBELIAN CEK DI INSTAGRAM: @Laila21070 Ini kisah LOKANANTA Ning yang lahirnya tidak diharapkan orangtuanya sendiri, diasingkan dari pesantren abinya. Pergaulan bebas dan sifat yang bertolak be...