Fitnah

854 31 5
                                    

"Halah, mana ada maling ngaku!"

"Liat aja tas gue kalo nggak percaya, orang gue nggak tau." elak nata. Ia memang disini sendiri tadi namun nata tidak melakukan apapun apalagi mencuri dan bahkan melihat tas mereka saja tidak.

Ina yang tadi mengatakan bahwa nata yang bersalah akhirnya melangkah mendekati kursi nata dan meraih tas miliknya. Nata diam agar membuktikan bahwa ia tidak bersalah.

Ina meraba isi tas nata. "Ini, ini nih liat jamnya disini!" Pekik Ina membuat nata dan yang lainnya terkejut.

"Nggak, itu bukan gue, gue nggak tau apa-apa," ucap nata berusaha meyakinkan mereka bahwa ini bukan salahnya.

"Coba liat." Lina mendekat kepada Ina dan memeriksa benarkah jam itu miliknya. tentu kala lina melihat itu memanglah jam tangan pemberian neneknya. "Iya, ini jam tangan aku."

"Udah bawa aja ke kantor," sahut salah satu dari mereka.

"Iya bawa aja," sambung satunya lagi.

Terdapat dua santriwati lainnya yang menghampiri nata dan mencekal kedua tangan nata. "apa-apaan, lepasin, gue nggak nyuri!" nata berusaha memberontak melepas cekalan tangan mereka tetapi nihil kekuatan nata tidak seberapa.

Nata terus saja memberontak kala ia diseret paksa menuju kantor pengurus. "Lepasin..." Rengek nata tetap berusaha melepaskan diri. Beberapa santriwati keluar melihat apa yang sedang terjadi mengapa begitu ramai.

"Lokananta kenapa lagi?"

"Nggak tau, tapi denger-denger dia nyuri sih."

Saat nata telah sampai dikantor pengurus tentu membuat beberapa pengurus merasa heran. "Kenapa ini, kenapa kalian menyeret nata?"

"Dia mencuri gelang emas Lina kak," ujar Ina. tentu hal itu membuat pengurus itu terkejut walau nata anak yang nakal tetapi ia tidak berpikir sejauh ini.

"Apa benar nata?" Tanya kakak pengurus itu memastikan.

Nata menggeleng pelan, matanya membasah keringat dingin membasahi telapak tangannya walau tidak salah ia tetap merasakan shok. "Ng-gak kak, ak-u Nggak tau apa-apa," jawab nata gugup.

"Halah mana ada maling ngaku," sahut Ina menatap tajam kearah nata.

"Iya kak, memang benar nata yang mencurinya," sambung mereka.

"Astaghfirullah, nata, kamu ini sampai kapan akan melakukan kesalahan, hah!?" Pengurus tersebut sudah tersulut amarah ia juga lelah mendengar setiap pelanggaran yang nata lakukan.

Nata menunduk dalam ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi sekuat apapun ia meyakinkan tetap mereka yang menang.

"Ceritakan kronologinya Ina," titah kakak pengurus tersebut.

Ina menceritakan dari awal nata tidak ikut keluar ketika mereka keluar hingga dimana jam Lina hilang dan ditemui didalam tas nata.

"Kamu buat apa menaruh jam itu didalam tas Lina?" Tanya kakak pengurus itu menyerngitkan keningnya heran.

"Saya selalu pake itu kak, tapi tadi saya ingin sekalian BAB, dan berinisiatif melepaskan disana karena sudah tidak tahan dan berpikir siapa yang akan mencurinya disini tidak ada pencuri, begitu kak," jelas Lina.

BRAK!

Kakak pengurus itu memukul keras meja yang menjadi penghalang antara ia dan nata. "Nata, kenapa kamu melakukan hal keji ini nata, Gus Khaibar sangat tidak berkenan apabila santrinya ada yang mencuri. Mencuri satu jarum dipesantren itu bisa mencuri sapi setelah keluar dari pesantren dan kamu, kamu malah mencuri jam tangan emas, ingin menjadi apa kamu nantinya nata!"

LOKANANTA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang