Telur

782 27 3
                                    

Nata berdecak sebal. Tidur nyamannya terganggu ia kira disini akan lebih leluasa tidur jika halangan, ternyata ia tetap harus berkegiatan.

Nata menyambar gayungnya yang berisi sabun lalu menuju hammam yang untungnya tidak usah mengantri.

"Nata, kamu sekarang kebagian piket masak." Seorang di belakang nata menoelnya dan mengatakan hal itu.

Nata menoleh pelan kebelakang. "Gue." tunjuk nata pada dirinya sendiri.

Santriwati itu mengangguk. "Iya, cepat yang lain sudah berangkat."

'Apes banget gue baru pagi-pagi.'

Setelah mencuci muka nata segera menuju dapur pesantren.

Nata menyelonong masuk tanpa salam membuat yang ada disana menggeleng pelan. "Gue kebagian apa?" Tanya nata melihat sekeliling.

"Kamu goreng telur sini!" Nata berjalan mendekat dan dititah mengoreng telur.

Terdapat satu kilo telur disana untuk di dadar. Nata menyeplok satu-satu hingga tandas.

Rentina nata tidak sengaja menangkap tiga butir telur berukuran sangat kecil disela meja kursi yang bolong. Imut.

Nata mengambilnya memutar-mutar seperti tidak asing. Ini telus tokek ya? Batin nata.

Terlintas ide jahil dalam benaknya nata dengan senyum seringai berpikir akan mencampurkan telus ayam dan telur tokek.

'Hmm... pasti sedap'

Nata melihat sekitar memastikan tidak ada yang melihat.

Plok

Nata memecahkan telur tokek itu layaknya telur ayam hingga tandas.

Nata tertawa tertahan agar tidak ada yang curiga. Nata menambahkan garam dan beberapa penyedap mengaduknya hingga tercampur.

Nata menggoreng telur itu berulang kali hingga tandas barulah ia memotong-motongnya.

***

Semua santriwati mengantri untuk mengambil jatah sarapannya sebelum sekolah. Saat nata mengantri dan melihat beberapa santri yang melahap telur buatannya disana ia cekikikan sendiri membuat ana dibelakangnya heran.

Nata mengambil jatahnya namun tanpa telur, tentu ia merasa jijik untuk memakan itu. Yasmina melihat nata menolak telur akhirnya ia yang mengambil dan memakannya.

Nata tertawa puas melihat seluruh santriwati menikmati telus ayam plus tokek.

Di pesantren darul Musthofa memang memiliki jadwal piket masak sehari dua kali, masing-masing santriwan juga sama seperti itu.

Setelah semua sarapan dan mandi mereka berlalu sekolah nata pun sama. Entahlah mungkin nata sekolah hanya mengambil hikmahnya saja.

Pelajaran usai bersamaan dengan suara adzan Dzuhur yang bersahutan di penjuru kota malang.

Nata dan yang lain bergegas sholat berjamaah. Dan setelah ini mereka masih memiliki jadwal sekolah madrasah. Memang jika dipesantren jadwal sangatlah padat tetapi itu bukan masalah karena berlelah-lelah sekarang bersenang-senang diakhirat kemudian.

Selepas adzan Dzuhur nata dipanggil ke dhalem oleh seorang abdi dhalem.

Nata berjalan pelan menuju dhalem dilihatnya mobil kyai Abi terparkir dihalaman dhalem. Mungkin sudah pulang pikir nata.

Nata masuk mengucapkan salam ia masih memiliki sedikit adab jika ada kyai Abi di dhalem beda lagi jika hanya Gus Khaibar.

"Kak, kamu disuruh langsung ke kamar Ning Abidah." Seorang abdi Dhalem menitah nata untuk langsung masuk, nata mengangguk mengiyakan.

LOKANANTA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang