• CHAPTER 01

155 31 6
                                    

-CHAPTER 01-
( GARIS DUA)

-

Beberapa Minggu sejak kejadian itu, Nayra jatuh sakit. Ia merasakan demam, mual, dan pusing di kepalanya. Tentu itu membuat dia menjadi takut, takut jika dia sedang hamil anak Davian. Ahh, semoga saja ini hanya sakit biasa.

"Kalo Lo masih belum sembuh, gak usah masuk sekolah dulu deh." Ujar Arion, adik tiri Nayra. Meski Nayra kakak tirinya, dia sangat menyayangi kakak nya itu.

Anak itu berusia 16 tahun, tapi dia sudah bandel dan kadang suka membantah Laras. Dia hanya akan menurut pada Nayra karena di saat dia di marahi oleh Laras, ada Nayra yang selalu menasehati nya dengan lembut.

"Gak bisa Yon, gue udah nggak masuk satu Minggu. Masa nggak masuk lagi?"

"Ya kan gurunya pasti bisa maklumi." Jawab Arion sambil terus memijat kaki Nayra.

"Udah deh Yon, Lo keluar aja. Gue mau tidur."

"Minta duit dong kak, mau pergi gue sama temen-temen."

"Malem-malem gini Lo pergi? Gak inget pernah di amuk bang Ian?"

"Ck! Ngambek gue sama Lo kak!"

Keesokan paginya.

"Hati-hati ya rel, Nayra kepalanya masih pusing." Ujar Laras pada Jarrel.

"Iya Tante, Nayra pasti baik-baik aja kok sama saya."

Jarrel lalu memasuki mobilnya dan bersiap untuk berangkat ke sekolah.

Di perjalanan, Jarrel merasakan ada yang aneh dengan kekasihnya itu. Karena sejak tadi Nayra diam sambil melamun.

"Kamu kenapa sayang? Masih sakit kepalanya, hm?" Tanya Jarrel sambil fokus menyetir.

Nayra lalu tersadar dari lamunannya, "Hah? kamu ngomong sesuatu?"

"Aku tanya, kamu masih pusing kepala nya?"

"Iya, tapi cuma sedikit."

"Yakin mau sekolah? Kalo kamu nggak kuat bipang ke aku, nanti aku anterin ke rumah lagi."

Nayra mengangguk, "Aku gapapa rel."

Jarrel sebenarnya khawatir dengan Nayra, tapi karena ia tetap ingin sekolah dia bisa apa?

...........

Sesampainya di sekolah, Jarrel mengatar kekasihnya itu sampai ke kelasnya. Tapi di koridor sekolah, mereka berdua berpapasan dengan Davian dan juga kekasihnya.

Nayra langsung menggandeng tangan Jarrel dengan erat, demi apapun dia sakit hati jika harus melihat wajah laki-laki itu.

"Sayang, kenapa?"

"Apa ada yang sakit?"

Nayra menggeleng, wanita itu menunduk agar tak melihat Davian dan juga pacarnya yang sedang asyik bercanda sambil tertawa.

Setelah mereka pergi, baru lah Nayra berani mengangkat kepalanya kembali.

"Kamu kenapa? Pusing lagi?"

NAYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang