Pagi ini Dika mengajakku gereja bareng. Ini hari pertama dia berani mengajakku gereja bersama. Jujur ya, gereja bareng Dika rasanya seneng banget. Kami duduk bersebelahan sedangkan Om John dan Tante Sonya beda tiga kursi dari kami.
Aku sangat shock ketika ibadah berlangsung, posisinya lagi penyembahan Dika menangis. Tidak ada suara isakan tangis, hanya saja air matanya terus mengalir. Sepertinya dia sedang ada masalah. Kadang aku juga kayak gitu. Kalau masalahku kayak nggak bisa kuselesaikan aku hanya bisa nangis sama Tuhan.
Aku tidak tahu sebesar apa masalahnya. Aku tidak tahu masalah apa yang sedang dialaminya. Dika selalu menutupi semuanya dariku. Padahal kami bisa dibilang teman dekat. Tapi, dia tidak mau berbagi cerita denganku mengenai masalahnya.
Saat itu juga aku langsung fokus penyembahan dan di saat itu juga aku mendoakan dia dalam hatiku. Aku hanya bisa bantu dalam doa saja.
Kalau bisa jujur juga, mungkin karena ini pertama kali bagiku ibadah bareng dengan cowok, aku kurang fokus ibadah. Mataku kadang melirik ke samping mengamati Dika. Dan hal yang aku senangi darinya adalah di saat khotbah dia tidak megang HP. Dia mencatat inti khotbah di buku kecilnya. Ia melihat khotbah dari Alkitab bukan dari HP.
Dia salah satu cowok yang unik menurutku. Aku sekali ibadah saja dengannya sudah dapat hikmah baru apalagi kalau sering. Eyaaa.
Sesekali Dika menegorku agar melihat ke depan. Aku ketahuan lirik-lirik dia pas ibadah makanya sampai ditegor. Tapi, cara Dika negor sangat lembut. Dah lah aku sudah tertarik padanya.Saat ibadah sudah selesai, aku dan Dika terpisah karena Dika harus pergi ke suatu tempat katanya. Akhirnya, aku pulang bareng Om John dan tante Sonya. Aku menceritakan apa yang aku rasain selama ibadah tadi. Tante Sonya terlihat antusias mendengarkan aku menjelaskannya beda dengan Om John yang rasaku ekspresinya biasa aja.
Sesampainya di rumah aku langsung ke kamar. Hari ini cuacanya cukup panas. Jadi, gaun yang kupaikai hari ini membuatku semakin gerah.
Usai mengganti baju, aku membuka hpku. Aku menggeser-geser layar hpku. Aku sedang melihat-lihat fotoku dengan tante Sonya dan Om John saat di gereja tadi. Saat menggeser-geser layar hpku lagi, ternyata ada dua fotoku dengan Dika juga. Padahal seingatku hanya pakai HP Dika saja tadi mengambil gambar kami.
Aku memperbesar foto itu soalnya terlihat lucu. Lucu sekali wajahku di sana. Aku juga baru sadar ternyata sealay itu aku foto dengan Dika tadi. Setelah aku mengamati fotoku aku mulai memperbesarfoto Dika.
Aku sedikit overthinking dengannya. Karena wajahnya terlihat pucat. Aku berusaha menghilangkan pikiran negatif jauh-jauh. Aku kasih 100/10 untuk outfit Dika hari ini. Badan tinggi, baju batik, senyum manis, mata sayunya lagi-lagi bisa menarik perhatianku. Satu yang kurang darinya badannya terlalu kurus. Tidak sesuai dengan tingginya.
Aku baru sadar juga kalau aku sebahu nya Dika ternyata. Badanku makin kecil kalau ada di sampingnya.
Tante Sonya mengajakku ke pantai siap makan siang. Aku sebenarnya sedikit malas karena pasti banyak banget orang dan aku nggak punya teman. Tapi, rugi juga kalau aku nggak ikut. Orang aku nggak ada kerjaan juga di rumah. Akhirnya, aku memilih ikut juga.
Saat diperjalanan aku mengirim pap ke Dika. Aku kasih tahu dia kalau kami sedang pergi ke pantai. Tapi, sayang Dika tidak aktif. Chat yang baru ku kirim masih ceklis satu.
Setelah sampai di pantai aku berjalan ke tepi pantai. Aku membiarkan ombak kecil itu menyentuh kakiku. Ihhh senang banget. Terakhir aku pergi ke pantai adalah satu tahun lalu karena kami liburan sekeluarga ke pantai.
Aku sengaja bawa kaca mata hita siapa tahu aku malah keinget sama keluarga. Ternyata dugaanku benar. Aku keingat sama keluargaku karena pernah ke pantai bareng-bareng. Aku langsung memakai kaca mata itu karena tidak bisa membendung air mataku.Aku hanya sebentar mewek. Setelahnya aku mencoba menerima semua kenyataan dan mulai bermain air. Setidaknya dengan basah-basahan seperti ini aku bisa lebih tenang.
Lumayan seru juga tadi pas di pantai. Aku tidak nyangka akan sehappy ini. Padahal dari rumah agak malas ikut, tapi ternyata semenyenangkan ini juga ya. Andai Dika ikut pasti dia juga bakal senang juga.
Setelah kami puas di pantai, kami makan di sana dulu sebelum pulang.
Intinya perut di isi baru bisa pulang.Di perjalanan pulang satu insiden terjadi di depan kami. Di sana ada kecelakaan. Mobil kami berhenti sebentar ingin melihat korban. Hanya om John yang turun. Dari warna mobilnya dan bentuknya itu seperti tidak asing bagiku. Itu seperti mobil Dika.
Sial. Apakah Dika yang kecelakaan? Jangan bilang dia. Aku takut jika sampai itu memang Dika. Aku membuka hpku dan melihat room chatku dengan Dika. Astaga. Kenapa masih ceklis satu sih? Dika kemana coba. Mana aku lupa nomor plat mobil Dika.
Aku gelisah di dalam mobil. Aku tidak berani ke luar melihat korban kecelakaan itu. Saat om John sudah masuk ke mobil aku langsung melayangkan satu pertanyaan.
"Om yang kecelakaan siapa?" Tanyaku tenang walaupun jantungku berdetak hebat.
"Om, gak kenal. Untung saja korban tidak luka parah, ambulance juga sudah mau datang," Jelas Om John sudah mengemudi mobil tapi dengan kecepatan sedang.Huhhh.. Akhirnya aku bisa bernafas lega. Aku tidak tahu lagi harus bilang apa kalau sampai yang kecelakaan itu adalah Dika.
"Kamu kenapa sayang," Tanya tante Sonya mungkin karena menyadari ekspresimu sedari tadi.
"Aku kira Dika. Soalnya mobil tadi mirip kayak mobil Dika," Jawabku dengan jujur.
"Kamu suka Dika?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Om John. Aku tidak berpikir kalau Om John akan menanyakan hal itu.Aku diam sebentar memikirkan jawaban yang seperti apa kuberikan. Apakah menjelaskan perasaan yang sedang aku rasain, atau malah menyangkal pernyataan Om John. Aku pun kalau ditanya seperti itu juga bingung harus jawab seperti apa.
"Sepertinya, Om. Dia bisa buat aku nyaman terus di sampingnya," Aku menjawab seadanya. Mungkin itu sudah jawaban yang tepat.
"Om rasa, kamu cukup berteman baik dengannya, Fanya. Jangan pakai perasaan kalau ingin berteman dengan laki-laki. Takutnya nanti dia akan menghindar kalau sampai dia tahu kamu suka padanya," Pernyataan Om John memang benar adanya. Aku tidak menyangkal itu. Mungkin Dika masih mau berteman denganku karena dia belum tahu perasaanku.
"Jadi gimana dong Om. Apa Fanya harus hapus perasaan padanya? Bagaimana kalau Dika juga suka sama Fanya?" Kan benar yang aku tanyakan. Kabar baiknya, gimana kalau Dika juga suka samaku? Berarti kami bisa bersama dong.
"Cowok kalau suka sama cewek, dia akan langsung nembak. Karena dia takut cewek yang dia suka diambil orang," Jelas Om John lagi. Hmmm. Pernyataan Om John yang ini juga tidak salah. Mungkin memang benar ya, dalam pertemanan jangan pakai perasaan.
Aku bakal coba deh untuk stop menyimpan perasaan pada Dika. Berteman seperti ini sudah lebih baik kok.
" Aku hanya ingin jatuh cinta denganmu. Aku suka kamu yang apa adanya. Yang bisa percaya sama dirinya sendiri." (Nanata).

KAMU SEDANG MEMBACA
Zefanya Brielle
RomanceNamaku Zefanya Brielle. Di umurku yang ke 24 tahun ini, aku hanya ingin menuntaskan dendamku. Tidak peduli apapun resikonya. Aku hanya ingin mereka mati. Nyawa ganti nyawa. Mereka bukan manusia. Bagaimana bisa mereka sudah membunuh semua keluargaku...