Aku berpegangan erat ke arah tubuh Zell, malaikat sialan itu akan mendapatkan benjolan di kepalanya nanti.Kami tiba di gedung kosong yang terbengkalai, Zell langsung saja menurunkan ku dari gendongannya.
"Kau-!"
Mulutku di bungkam oleh tangan kekarnya dan senyum polos menyebalkan.
"Mau protesnya nanti saja, Viel ku sayang. Kita urus dulu jiwa kotor yang pendendam itu."
Dengan seringai licik, dia langsung saja berlari ke arah jiwa kotor itu yang baru saja sampai mengejar kami.
Zell langsung saja mengeluarkan pisau kecilnya dan bergerak dengan lincah sambil mengarahkan serangan ke jiwa kotor tersebut.
"AGHHH-!"
Jiwa kotor itu berteriak kesakitan saat pisau kecil milik Zell menebas kedua tangannya. Yah bagaimanapun kekuatan gelap akan lemah terhadap hal yang suci, begitu juga sebaliknya.
Tiba-tiba saja kabut hitam menutupi seluruh tempat, yang membuat Zell mundur ke arah ku.
"Wah... Jiwa kotor ini sangat pintar, sepertinya dia tahu jika aku pengguna serangan dekat."
Aku menghela nafas pelan "Itu sudah jelas dengan kau menggunakan pisaumu, apa lagi para jiwa kotor itu dulunya adalah manusia yang di penuhi dendam."
Dia terdiam sebentar sambil menatapku sebelum kemudian tersenyum. Apa-apaan itu, tingkahnya membuatku merinding.
"Kau tahu... Kita tidak bisa melakukan sesuatu dalam kehidupan dengan sendirinya, kita pasti butuh bantuan orang lain. Benarkan Viel?"
Aku menghela nafas pelan, lalu mengeluarkan senjata tombak dengan kekuatan gelap ku.
"Lakukan dengan cepat." Ucapku dengan ketus, membuat dia terkekeh.
Setelah itu kemudian Zell mengeluarkan kekuatan cahayanya yang menerangi beberapa bagian gedung terbengkalai itu.
Tubuh jiwa kotor tersebut telah membagi dirinya menjadi dua, yang membuat aku langsung saja menyerang salah satu dari mereka.
Gerakkan jiwa kotor itu lumayan lincah Yang membuatku sedikit sebal, sehingga aku langsung saja menyerangnya menggunakan sihir gelap ku.
Perlahan jiwa kotor itu meleleh dan menghilang menjadi cahaya neon yang indah dan jernih, kabut hitam di sekitar gedung terbengkalai itu juga perlahan menghilang.
"Berarti Zell juga sudah mengalahkannya.." gumamku pelan sebelum kemudian membalikkan tubuhku.
Aku bisa melihat Zell yang tengah berlari ke sini, sebelum kemudian memelukku dengan erat.
"Ya ampunnn, sudah lama sekali tidak seperti ini. Aku jadi merindukan masa lalu." Ucapnya sambil menggesekkan pipiku ke pipinya.
"Hentikan itu, dasar angel mesum."
Aku dengan kesal menjauhkan wajah Zell, dia benar-benar suka sekali menempel entah itu ke pria maupun perempuan.
"Sudah lah, aku ingin kembali ke apartemen ku."
Langkahku terhenti saat mendengar ucapan Zell selanjutnya.
"Apartemen? Bukan kah apartemen mu sudah hancur, begitu juga beberapa alat rumahmu?"
Ucapannya itu membuatku teringat kondisi apartemenku yang sudah hancur berantakan ketika aku bangun dari tidur. Membuatku sedikit menggeretakkan gigi ku dengan sebal.
"Karena kau tidak punya tempat tinggal... Bagaimana jika kau menetap terlebih dahulu di rumahku, sampai apartemen mu benar kembali, hm?" Ucapnya dengan nada menantang dan tatapan liciknya itu.
"Angel mesum yang sialan dan bajingan..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Past Desire
Боевик"penyesalan selalu ada di akhir, namun apa kah kau masih bisa untuk memperbaiki masalah yang kau buat?" "Aku tidak tahu akan hal itu, aku... Aku bukan lah seorang pengkhianat." "Kau menghancurkan segalanya! Kau telah rusak, Vielion!." Air mataku yan...