-Jika terdapat typo mohon tandai!
Selamat membaca!.Erangan kesakitan terdengar di gang sepi yang kecil. Seorang pria paruh baya terlihat sedang berbaring di tanah sambil memegang lengannya yang terpotong akibat kedua orang atau... bukan manusia yang berdiri di hadapannya?.
"Tuan... Saya sudah menemukan tempatnya berada." Seorang wanita berucap dengan nada datar kepada seorang pria berambut putih.
"Oh? Itu bagus, sangat bagus."
Sang pria tersenyum miring. Menginjak tangan pria paruh baya yang berbaring itu, tidak mempedulikan teriakan kesakitan dari manusia tersebut.
"Dia sudah terlalu lama di dunia manusia, Abbys sepertinya sangat mencintai pria itu. Sangat di sayangkan dia harus keluar dari Celestial."
Manik merah darahnya mendingin seringai mengerikan semakin melebar di wajah tampannya.
"Oleh karena itu aku datang untuk menjemputmu, ciptaan Aaron. Mainan ku... Vielion."
Dia bersenandung senang sebelum kemudian berbalik menghadap sang tangan kanannya tersebut.
"Celine bersihkan pria ini, kita tidak ingin adanya manusia rendahan sepertinya tahu keberadaan mahluk suci seperti kita ini bukan?"
Celine terdiam akan ucapan sang ketuanya itu, namun beberapa saat kemudian dia mulai mengangguk.
"Baiklah, saya mengerti tuan Matvey."
Matvey tersenyum sebelum perlahan menghilang dari tempat itu meninggalkan wanita itu sendirian bersama sang pria paruh baya.
"Maafkan aku.." Celine bergumam pelan sebelum kemudian menggores tangannya sehingga darahnya menetes di atas pria parah baya tersebut.
"TIDAK! A-AKU MOHON AMPUNI AKU! M-MAAFKAN AKU TELAH MENCOBA MENGANGGU MU! TIDAK JANGANNN-!!!."
Perlahan demi perlahan tubuh pria itu meleleh daging, organ, bahkan tulangnya menjadi cair akibat darah dari wanita tersebut.
"Maafkan aku... Aku akan berdoa untuk mu, semoga jiwa mu tenang."
Dengan sedih Celine menatap ke arah kumpulan daging yang mencair itu, sebelum kemudian ikut menghilang dari gang kecil yang sepi tersebut.
* * *
Akhirnya setelah beberapa hari aku bisa kembali ke apartemen ku, rasanya sangat tidak nyaman tinggal di rumah orang lain...
"Ini tempat tinggal kak Viel?"
Aluna yang berada di gendongan ku perlahan turun berkeliaran menyusuri apartemen milikku. Aku memutuskan membawa Aluna seperti ucapan ku ke Zell beberapa hari yang lalu, karena Pria mesum itu sangat tidak bisa berurusan dengan anak kecil dan Zera dia pasti sangat sibuk.
"Maaf jika tempat tinggal ku terlalu kecil, karena aku tinggal sendirian jadinya tidak perlu terlalu besar."
Ketika mendengar ucapan ku gadis itu langsung menggelengkan kepalanya, dia menatapku serius dengan mata bulatnya itu.
"Tidak! Una suka ini, tempat tinggal kak Viel terlihat nyaman dan tenang. Una jadi semakin menyukainya!"
Aku tersenyum sebelum kemudian mendudukkan Aluna di sofaku.
"Tunggu lah disini, aku akan menyiapkan mu makanan."
Belum sempat aku berjalan tubuhku di tahan oleh tangan kekar milik Zell, ah.. aku lupa jika kedua saudara itu ikut.
"Biarkan Zera saja yang memasak, aku takut jika gadis itu akan keracunan makanan sama seperti ku dan Zera dulu.."
Merasakan pipiku yang memanas aku hanya bisa mengangguk, membiarkan wanita itu memasak untuk kami.
Setelah di ingat-ingat kembali, aku merasa bersalah kepada Zera dan Zell membuat mereka memakan makanan ku. Sepertinya aku memang harus menjauh dari dapur, lagi pula indra perasa ku tidak terlalu peka.
Aku memperhatikan Zell yang tampak sedang di dandani oleh Aluna, rambutnya di ikat dua membuat ku terkekeh akan pemandangan itu.
Setelah beberapa saat menunggu akhirnya Zera selesai memasak, hidangan nasi goreng hangat di letakkan di atas meja.
"Wah ini sangat enak kak Zera!"
Aluna berucap dengan mulut penuh dengan makanan nasi goreng. Zell yang melihat itu berdecak pelan, kemudian mengelap mulut sang gadis kecil menggunakan tisu.
"Jika mulut mu tengah penuh jangan berbicara, kau bisa saja tersedak."
Aluna hanya tersenyum lebar sambil memberikan gerakan tangan hormat. "Baiklah om Zell!."
"O-OM?? AKU MASIH MUDA!"
"Ucap seseorang yang sudah berumur berabad-abad."
Zera dengan nada datar berucap sambil memasukan sesendok nasi goreng ke mulutnya.
"Zera?!! Kakak tidak menyangka akan hal ini, kamu sangat jahat terhadap kakak mu sendiri.."
Pria itu menyenderkan tubuhnya dengan dramatis ke arah adik perempuannya yang duduk di sampingnya tersebut, membuat Zera merasa risih.
Sementara aku hanya terdiam menatap ke arah tiga orang itu, entah mengapa perasaan ku tidak enak.
'semoga saja tidak terjadi sesuatu..'
.
.
.
_____________
Saya lupa kalo punya novel... ehe~Bonus pict:
Matvey dan Vielion, padahal om Viel sedang asyik-asyiknya tidur. Eh di datengin sama om-om meresahkan. (Author lanjut menghilang)
-01/07/2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Past Desire
Action"penyesalan selalu ada di akhir, namun apa kah kau masih bisa untuk memperbaiki masalah yang kau buat?" "Aku tidak tahu akan hal itu, aku... Aku bukan lah seorang pengkhianat." "Kau menghancurkan segalanya! Kau telah rusak, Vielion!." Air mataku yan...