10

2.9K 277 4
                                    

Pria itu menghentikan langkahnya saat ingin pergi dari sana. Namun ia tetap berpikir positif, tidak mungkin caine berbicara padanya. Dia kembali melangkahkan kakinya sebelum-

"Rion Kenzo"

Rion membeku, dia ketahuan. Tamat lah riwayatnya.

.....

"Sini" perintah caine

Rion berjalan mendekat dengan langkah pelan, kepalanya ia tundukkan kebawah tak berani menatap caine.

"Sejak kapan Lo di situ?" Tanya caine yang sedang membuka bungkus rokoknya.

"D-dari tadi" jawab Rion dengan gugup

"Sopan kah begitu?" Tanya caine dengan nada rendah dan dengan mulut yang menghembuskan asap rokok.

Rion tak bersuara, dia hanya menggelengkan kepalanya dengan pandangan yang senantiasa menatap sepatunya.

"Apakah gw ga lebih menarik dari sepatu Lo?"

"T-tidak" jawab Rion tidak setuju dengan ucapan caine.

"Terus kenapa Lo lebih milih liat sepatu Lo dari pada wajah gw?"

Caine mendengus saat tak mendengar jawaban dari Rion. Tangan nya mencengkram pipi Rion, ia dongak kan wajah lugu itu agar menatapnya.

"Lo denger semua?"

"Maaf" jawab Rion merasa bersalah

Caine melepas cengkeramannya di pipi Rion, dia memalingkan wajahnya kearah lain.

"A-aku tidak bermaksud untuk menguping, aku awalnya hanya ingin makan bekalku di sini, tapi ternyata ada kau dan.... orang tadi"

"Aku minta maaf, seharusnya aku pergi saat melihat kalian dari awal, tapi aku malah mendengarkan pembicaraan kalian" lanjut Rion menjelaskan dengan tidak enak.

Caine mengalihkan pandangannya kearah Rion, dapat ia lihat lelaki itu tidak berbohong ketika hanya ingin memakan bekalnya. Karena ditangan Rion terdapat tempat makan berwarna ungu dengan aksen hitam.

"Aku minta maaf"

"Hm"

"Bagaimana jika kita makan bersama?" Tawar Rion sembari mengangkat kotak bekalnya.

"Bole-" ucapan caine terpotong karena gerakan tiba-tiba dari Rion yang memegang pipinya.

"Pipi kamu.. ayo aku obati dulu" ucap Rion panik.

Pria itu nampak khawatir, wajahnya menoleh ke segala arah, sampai ia menghentikan pandangannya tepat kearah kursi panjang di sana yang terdapat kotak P3k. sepertinya kotak yang tadi akan digunakan perempuan itu untuk mengobati caine.

Rion menarik tangan caine dan menuntun pria manis itu untuk duduk. Dia berjongkok di depan caine, tangannya dengan telaten mengobati wajah caine.
Ternyata pelipis pria manis itu juga terluka.

"Apakah sakit?" Tanya Rion merasa heran dengan caine yang tidak ada respon sama sekali.

"Cuma segini mana sakit" balas caine dengan sombong.

"Akh!" Teriak caine kesakitan.

Plak!

"Kalo di teken ya sakit bodoh!" Seru caine sembari menepuk pundak Rion kencang. Bagaimana tidak sakit, pria bersurai ungu itu menekan kuat luka di pelipis nya.

"Hehehe" tawa Rion tak bersalah

"Dasar gila!" Caine mengerutkan bibirnya imut, ia memalingkan wajahnya dengan bersedekap dada.

mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang