8. Tentang Arta

203 42 2
                                    

Tuhan baik banget ya, tapi kitanya aja kurang bersyukur.

ARTALA SING SEMBAGI

∆∆∆∆

Lelaki itu menetralkan cahaya yang masuk menembus kelopak matanya, ia bangkit mengambil ponsel milikya untuk melihat jam berapa sekarang.

"Jam 2 siang." ucapnya setengah sadar. Lelaki itu membulatkan kedua matanya ketika ia tersadar akan sesuatu yang ia lupakan.

"GUE TELAT." ia langsung mengambil handuk dan berlari menuju kamar mandi yang berada di hotel itu. Seharusnya ia mendengarkan ucapan kedua orang tuanya yang menyuruh berangkat dari rumahnya saja.

"Mau gak mau gue beli tiket lagi," lirihnya. Ia turun dari taxi yang sengaja ia pesan untuk menuju bandara. Mencoba membuka ponselnya untuk memberi kabar kepada kedua orang tuanya kalau ia tertinggal pesawat.

"Mati lagi." ucapnya sedikit kesal, kini ia memilih memasuki bandara yang ternyata di sana sudah seperti lautan manusia, banyak yang menangis bahkan ada beberapa yang pingsan. Arta mengerutkan keningnya bingung apa yang sudah terjadi?

"Duh toilet di mana lagi, nih tubuh gak bisa di ajak kerja sama banget." ujarnya, ia memilih meninggalkan koper dirinya di dekat kursi tunggu.

∆∆∆∆

"Kata orang-orang yang melihat kejadian jatuhnya pesawat itu, kemungkinan gak ada yang selamat." ucap Gilang kepada teman-temannya.

"Masih ada keajaiban kan? pasti Arta selamat." kata Davin

"Semoga."

"Vin, lo tenang kita berdoa sama Tuhan semoga Arta di beri keselamatan." tutur Athar.

"Lo masih punya utang indomie sama gue ta, jangan mati dulu gue gak ikhlas." celetuk Johan

Sedangkan di sisi lain sang empu yang di khawatirkan seluruh keluarga dan teman-temannya malah asik mencari makanan untuk dirinya sarapan, setelah ia keluar dari toilet perutnya merasa lapar karena ia belum sempat memakan apapun.

"Makasi." ia kembali berjalan menuju tempat di mana koper miliknya ia tinggal, namun matanya tertuju pada satu objek yang tak asing bagi dirinya.

"Samperin gak ya? tapi kalo bukan Johan malu abiez. Mending gue makan dah laper bat."

"Kalau gak di samperin takut itu si Johan nanti di cap sombong sama tuh anak tetangga."

"Tapi Johan ngapain juga kesini anjir? bukannya dia udah sekolah gak mungkin kan liburan?"

"Ini juga, kenapa bandara udah kek lautan manusia. Ada apa si? ketinggalan berapa abad gue astaga."

"Handphone gue juga mati, lupa gue cas."

Arta mengoceh sendirian, ia benar benar tak tahu apa yang terjadi di sini. Padahal ia hanya tidur hingga jam 2 siang sudah seperti tertinggal ber abad-abad. Rasa penasarannya tak bisa ia bendung lagi, dirinya memberanikan diri untuk bertanya pada salah satu orang di sana.

"Mas maaf mau tanya, ini ada apa ya? rame banget."

"Oh itu mas, pesawat AirAsia QZ8501 jatuh di lautan Kalimantan dan sampai sekarang belum ada kabar." pungkas seseorang itu. Arta hanya mengangguk paham ini sebabnya keadaan bandara seperti lauratan manusia. Arta melanjutkan perjalanan sambil memakan makanan miliknya, ia belum menyadari bahwa pesawat yang di kabarkan jatuh itu pesawat yang seharusnya ia tumpangi.

SELF HEALING || Zayyan Xodiac Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang