PROLOG

64 8 18
                                    

Hai, kembali lagi dengan cerita baruku yang semoga lancar sampai ending. Xixixi.  Happy reading!!

🧑🏻‍🍳🧑🏻‍🍳

Di sini, di tempat ini, seorang remaja lelaki akan membuktikan kemampuannya dalam memasak. Bertemu dengan orang-orang hebat, bertemu idolanya, dan memasak dengan waktu sesingkat mungkin? Waw, tak pernah dia sangka, akhirnya dia berada di fase ini.

Pukul 08.00 WIB nanti, sesi pertama akan dimulai. Oh iya, perkenalan namanya  Hendricko Rayana. Panggil saja Ricko. Tempatnya, barisan kedua dari depan dan kelima dari belakang. Karena ini babak pertama, maka challenge-nya adalah memasak menu bebas. Seperti menunjukkan keahlian, mungkin. Apakah mereka para peserta berhak untuk masuk ke babak selanjutnya.

Waktu pun dimulai

Ricko langsung berlari secepat mungkin ke tempat bahan-bahan dan alat yang dibutuhkannya untuk memasak nanti. Entah kenapa, badannya terasa berat. Padahal, Ricko sudah mengurangi porsi sarapannya tadi. Ah, sudahlah, Ricko harus bergerak cepat karena, waktu yang diberikan hanya 60 menit. Maka, dia ambil 10 menit untuk mempersiapkan alat-alat dan bahan-bahan masakannya.

Setelah itu, Ricko mulai dengan membuat adonannya, lalu mencetaknya bulat-bulat. Setelah itu, Ricko membuat saus kacangnya. Sudah tertebak Ricko membuat apa?

“Waktu kalian tinggal 5 menit lagi!” ujar chef idolanya.

Baiklah, semua masakan sudah tersusun serapi mungkin. Ricko berharap mendapatkan nilai yang sesuai ekspektasinya, ”Jangan remehkan menu hidangan ku. Gini-gini waktu kecil aku pernah tambah sampai lima kali,” lanjutnya dalam hati.

“Waktu kalian habis!”

“Silakan satu persatu maju ke depan dan bawa hidangan kalian!”

Peserta pertama maju dengan hidangannya. Waw, semua orang di sana terkejut dengan menu hidangannya. Semur udang? Tapi, terlihat seperti udang diberi kecap dan potongan cabai dengan bawang bombai doang. Demi apa? Terlihat wajah bingung di wajah para juri.
“Apa nama menu hidangan kamu?” tanya salah satu juri dengan tangan yang dilipat di depan dada.

“Udang blebek-blebek, Chef,” jawabnya dengan lantang.

“Ha? Yang benar saja kamu!” ujar para juri yang mengundang gelak tawa di ruangan itu.
“Kenapa kamu namakan udang blebek-blebek?” tanya chef idola Ricko.

“Karena itu seperti udang di-semur, Chef. Saya masak sampai kuahnya sedikit, tapi dengan banyak bumbu. Jadi, saat airnya sedikit, jadi terlihat blebek-blebek,” jawabnya dengan santai.

”Wah, berani amat dia,” ucap Ricko dalam hati.

Sebenarnya Ricko tak berani melihat ekspresi para juri saat mencicipi hidangan si udang blebek-blebek, tapi rasa penasarannya lebih tinggi daripada rasa takutnya.

“Not bad, but not good,” ucap chef idola Ricko. Setelah mencicipi hidangan si udang blebek-blebek.

“Lain kali kalau mau belajar masak jangan di sini. Di sini, tempatnya orang-orang yang sudah pandai masak! Rasa semur tidak seperti ini. Manisnya enggak serasi sama sekali,” komentar juri yang lain.

Next!”

Deg ... deg ...

Giliran Ricko yang maju ke depan untuk menyajikan masakannya. Ricko maju dengan tenang. Kini, Ricko akan membuktikan bahwa latihannya selama ini tidak sia-sia.

“Ricko, apa nama hidanganmu?” tanya sang juri.

Hufft, bismillah.”
“Cilok with Javanese Anchovy, Chef,” jawab Ricko dengan penuh percaya diri.

“Jelaskan kenapa kamu memilih untuk menghidangkan cilok?” ujar chef idola Ricko.

“Karena dari kecil saya suka banget sama yang namanya cilok. Jadi, saya memodifikasinya dengan bahan Anchovy (teri) dari Jawa. Karena, menurut saya teri dari Jawa itu berbeda dari ukurannya dan rasanya. Untuk saus kacangnya aku enggak cooper  terlalu halus biar terasa makan kacangnya.”

Bersamaan dengan Ricko menjelaskan hidangannya para juri satu persatu mencicipinya.

“Kamu tahu? Dulu saya juga suka makan cilok. Tapi, saya malas masaknya,” ujar chef Juna—chef idola Ricko.

“Jadi, chef … beli?” tanya Ricko.
“Enggak, dong. Saya minta buatkan ibu saya,” jawab chef itu dengan kekehan kecil.
“Tapi rasanya hampir sama dengan masakan kamu. Good,” ucap chef itu lagi yang membuat senyum Ricko merekah.

“Baiklah, kamu bisa kembali.”

“Next.”

Ini benar-benar permulaan yang sangat indah bagi Ricko. Di puji idolanya selama ini? Tak pernah ter bayangkan selama ini oleh Ricko. Saat semua telah selesai, maka selanjutnya pengumuman yang berhak masuk ke babak selanjutnya.

...

“Ricko, kamu berhak masuk ke babak selanjutnya. Selamat!” ucap para juri.

“Cilok enak, tahu! Enggak sia-sia aku pilih menu cilok,” soraknya dalam hati.

Saat Ricko berjalan ke depan untuk mengambil tanda kelulusan babak pertamanya dengan senyumnya yang sangat mengembang ....

“Riko, hei! Bangun!  Kenapa kamu senyum-senyum sambil teriak cilok? Kamu mimpi makan cilok?”

“H-ha? Kenapa badanku serasa berguncang? Gempa, kah?” tanya Ricko dalam hati.

Dengan cepat Riko membuka dan menutup matanya untuk menyesuaikan dengan cahaya yang masuk.

“Jadi, semua itu hanya mimpi? Aku masuk MasterChef cuman mimpi? Aku masak cilok, terus dimakan sama chef Juna juga mimpi?” lirih Ricko kecewa karena tau semua hanyalah bunga tidurnya.

“Ricko! Malah melamun. Cepat bangun! Ibu udah siapin sarapan di bawah. Udah jam tujuh, nanti kamu telat ke sekolah. Ini hari Senin, nanti telat upacara. Makanya, habis salat subuh, jangan tidur lagi! Segala mimpi cilok.” Sang ibu yang terus mengomel sambil beranjak keluar dari kamarnya.

“Iya, Bu,” jawabnya.

Lantas Ricko langsung buru-buru beranjak dari kasur menuju kamar mandi. Ingat, hari ini, hari Senin!

Gara-gara cilok, sial!

🧑🏻‍🍳🧑🏻‍🍳

Gimana sama prolognya? Ngebosenin? Saya masih pemula:(
Hehehe, canda.

Terima kritik dan saran. Senang banget pokoknya kalau ada yang kasih kritik dan saran.

Makasih banyak yang udah baca!

Jangan lupa vote and comment!
⬇️🌟

Dapur Impianku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang