Hai, yeorobun.
Ucap bismillah sebelum baca.
Tandai kalau ada typo.
Happy reading!!
🧑🏻🍳🧑🏻🍳
Semenjak tahu tentang lomba memasak itu, aku jadi lebih sering berlatih memasak. Aku lebih sering pergi ke perpustakaan untuk mencari resep masakan dari buku dan majalah terbaru daripada membaca buku pelajaran untuk persiapan ujian kenaikan kelas. Lebih sering menonton acara masak-memasak di TV saat libur sekolah daripada membaca buku pelajaran.
Akhir-akhir ini aku juga jarang pergi les karena aku memilih untuk berlatih memasak. Ali yang sebenarnya kesal padaku karena aku sering membolos les pun pasrah karena aku meyakinkan dia bahwa aku tidak akan ketahuan.
Dia bilang seharusnya aku tetap mengikuti les, tidak sampai melupakan pelajaranku. Namun, aku sudah meyakinkan dia bahwa aku akan baik-baik saja. Akhirnya pun dia pasrah. Dia juga yakin bahwa aku bisa mendapatkan nilai yang tinggi.
Sekarang aku sedang berada di pasar tradisional yang ada di dekat rumahku. Sebenarnya, bahan-bahan dasar memasak ada di rumah; aku hanya beli beberapa bahan yang kurang saja. Mumpung ayah dan ibu sedang tidak ada di rumah, maka aku bisa berlatih memasak.
"Ricko, mau beli apa?" sapa Cahaya. Ya, aku memang sedang di tokonya karena aku berniat membuat dessert lagi kali ini.
"Oh, itu, bahan-bahan untuk bikin kue, sih. Kebetulan per tepung-an di rumah habis. Aku mau buat Milk Bath Cheese Cake," jawabku.
"Waah, keren banget. Aku suka Milk Bath Cheese Cake. Termasuk dessert kesukaan aku, sih. Beberapa kali aku beli di pusat kota," ucap Cahaya sambil mengambil barang yang aku minta tadi.
"Oh, ya? Aku belum pernah coba, sih. Aku baru nemu resepnya tadi pagi di majalah perpustakaan."
Cahaya mengangguk. "Apalagi pakai kejunya yang banyak. Beuh, enak banget itu."
Aku terkekeh melihat dia begitu antusias setelah mendengar nama dessert itu. Se enak itu, kah? Aku jadi tidak sabar.
"Kamu kayak gak ada istirahatnya untuk belajar masak, ya. Baru tadi pagi dapat resep, eh, ini langsung mau dieksekusi," ucap Cahaya.
Setelah mengucapkan itu, dia pun datang membawa barang yang aku inginkan.
"Haha, iya, nih. Semangatnya lagi membara," ucapku. Memang tak ada yang tahu aku mau ikut lomba memasak, kecuali Rika dan Ali. Cahaya pun tak tahu, walaupun dia salah satu orang yang tahu aku hobi memasak. Toh, untuk apa Cahaya tahu?
"Keren. Eh, ini aja, nih? Ada yang kurang?" tanya Cahaya sambil menunjuk barang yang aku beli.
"Oh, iya. Keju di rumah kayaknya tinggal sedikit, deh. Tambah keju satu, ya."
Cahaya pun pergi untuk mengambil keju.
"Okeee."
**
Mumpung ayah dan ibu sedang pergi keluar, aku berlatih memasak sore ini. Rika, sebagai pelanggan setiaku, sedang duduk santai di atas kursi dapur. Biasa, dia sambil membaca buku sambil menunggu aku selesai masak.
Tak lama, hanya sekitar satu jam, aku menyelesaikan masakanku. Aku mencium aroma yang sangat sedap. Begitu juga dengan adikku. Lihatlah, dia langsung menutup bukunya dan bersiap melahap dessert yang baru saja aku letakkan di atas meja.
"Sepertinya enak, Bang," ucap Rika tak sabar. Dia buru-buru mengambil sendok dan memakan dessert tersebut.
"Siapa dulu, dong, yang buat? Abang!" ujarku percaya diri.
Melihat Rika yang sangat lahap memakan itu membuatku tersenyum senang. Sepertinya kali ini masakanku tidak gagal.
Aku juga manusia yang punya kesalahan. Tentunya, aku pernah gagal saat mencoba masakan baru. Aku pasti tertawa jika mengingat kejadian itu. Soalnya, si Ali yang mencoba kala itu. Dia menggerutu sebab rasanya sangat asin dan sedikit gosong.
"Ini enak banget, Abang. Rika jadi yakin banget Abang besok bisa menang," ucap Rika di sela makannya. Dia mengambil minum karena dirasa haus. Makanan manis memang membuat cepat haus. Ya, kan?
"Semoga aja. Abang harus banyak berlatih lagi. Alhamdulillah kalau memang enak."
Giliran aku yang mencoba. Yap, beneran enak. Alhamdulillah, batinku.
**
"Lo udah belajar buat ulangan sejarah nanti?" tanya Ali di sampingku. Dia sedang membuka-buka buku sejarah. Terlihat wajahnya yang fokus itu, tapi juga terlihat frustasi.
"Belum, sih. Amanlah. Lagian pas dijelasin gue paham, kok. Masih nyantol di kepala," jawabku sambil melanjutkan membaca majalah yang pastinya bagian resep masakan. Tak lupa kucatat juga.
"Lo, kok, jadi santai gitu? Ulangan sejarah dua bab, cuy. Yakin, aman? Lagian istirahat masak dulu gak papa kali." Ali yang kesal melihatku terlalu fokus membaca majalah pun menepuk pundakku.
"Aman, Li. Gue masih ingat materinya, kok. Lo percaya gue, kan?" tanyaku tanpa melihat ke arah Ali.
"Terserah Lo, deh. Dasar orang jenius. Kagak belajar aja bisa ngerjain tanpa beban. Lah, gue? Udah belajar dari malam masih aja gugup." Ali menggerutu sendiri. Aku yang mendengarnya pun tidak minat menanggapi. Hanya menggeleng pelan.
🧑🏻🍳🧑🏻🍳
Gimana sama bab ini? Seru?
Semoga suka! Makasih banyak yang sudah menyempatkan membaca.
Ucap alhamdulilah setelah baca bab ini.
Terima kritik dan saran, yaa.
Jangan lupa vote and comment.
⬇️🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
Dapur Impianku
Short StoryRicko adalah anak orang kaya yang hobi memasak. Dia selalu menyempatkan untuk selalu belajar memasak, bahkan memasak untuk adiknya hampir tak pernah absen. Dia suka bereksperimen di dapur. Suatu hari, sang adik bertanya kenapa dia tidak ikut lomba m...