BAB 13

7 3 11
                                    

Holaa, apa kabar semua?
Hehehe, dua hari enggak update, ada yang kangen sama Ricko, atau Ali?

Dua hari itu aku 2M banget. Malas dan mentok. Ditambah mood-nya jelekk poll. Tapi alhamdulilah aku udah selesai nulis.

.
.
.
.
.

"Beruntungnya aku karena memiliki sesuatu yang membuatku susah untuk mengucapkan 'selamat tinggal'."

.
.

Happy reading!!




🧑🏻‍🍳🧑🏻‍🍳

Dua hari yang lalu ....

Ali lagi-lagi menggaruk kepalanya. Benar-benar pusing. Ujian matematika adalah ujian yang sangat sulit baginya. "Ngapain, sih, menghitung harga baju Udin, sudut-sudut? Aish, kesel!" ucap Ali kesal.  Ujian hidup aja udah berat, ditambah ujian matematika, beuuh.

Saat Ali baru mengerjakan soal ke-dua puluh, suara kursi bergerak terdengar sampai ke telinganya. "Woi, cepet banget! Pasti Ricko." Ali menebak yakin.

Ali masih marah kepada Ricko. Sebenarnya, bukan marah, lebih ke kecewa. Kenapa Ricko goblogh. Ali enggan menolehkan kepalanya ke belakang. Biarlah dia tau siapa yang sudah selesai saat dia berjalan ke depan.

"Benar, kan, Ricko. Itu anak bener-bener jenius," ucap Ali pelan. Ali langsung kembali fokus pada ujiannya. Biarlah waktu yang mengatur kapan mereka harus berbaikan. Dia masih merasa kecewa. Dia berusaha tak peduli.

Bel selesai ujian telah berbunyi. Anak-anak kelas mulai beranjak pergi mengumpulkan lembar jawabannya. Sama juga dengan Ali. Setelah mengumpulkan lembar jawabannya, Ali terlihat buru-buru untuk pulang.

Bruk!

Baru saja sampai pintu kelas Ali yang sedang buru-buru tak sengaja menabrak Dimas.

"Duh, siapa, sih?!" Dimas menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang menabraknya.

"Maaf, Mas. Gue buru-buru."

Dimas berdecak. "Yeu, hati-hati, dong. Mau ke mana, sih, buru-buru amat?"

Ali mengusap lengannya yang terbentur lantai kelas tadi. "Hehe, mau bantu Emak jaga warung."

Ali bangkit sambil mengambil tasnya yang jatuh. "Dah, ya, gue pergi. Maaf, yee. Bye!"
Ali pergi ke luar kelas.

Baru beberapa langkah ke luar kelas, Ali melihat Cahaya dan Ricko sedang mengobrol di depan. Ali mengalihkan pandangannya dari Ricko. Dia enggak peduli. Ali melanjutkan perjalanannya ke parkiran untuk mengambil sepeda.

Saat sampai parkiran, Ali dikejutkan dengan kehadiran Cahaya.

"Loh, Ali. Kok kamu di sini?"

Ali mengernyitkan dahinya tanda bingung. "Maksudnya?"

Cahaya membenarkan jilbabnya yang tertiup angin. Alis Cahaya terangkat sebelah. "Loh, bukannya Ricko mau ngajak kamu buat daftar lomba masak? Itu tadi si Ricko nungguin kamu depan kelas. Makanya, dia belum pulang."

Mata Ali melebar saat mendengar penjelasan Cahaya. Banyak pertanyaan yang muncul di benak Ali. Salah satunya adalah, "kenapa Cahaya bisa tau kalau Ricko mau ikut lomba? Ricko yang kasih tau?" batinnya.

Tak mendengar jawaban balik dari Ali, Cahaya pun menepuk pundak Ali dengan pelan. "Eh, Ali, malah melamun."

Ali tergagap. "L-lo, kok tau Ricko mau ikut lomba masak?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dapur Impianku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang