2. Sendiri Dalam Ramai

27 5 0
                                    

Di dalam suasana kelas 7A yang begitu ribut dan tampak akur secara bersamaan dengan kegiatannya masing-masing itu tak dapat mengganggu gugat rutinitas Rajen yang tengah mengerjakan tugas yang telah diberikan sebelumnya oleh wali kelasnya yang kerap dipanggil Daddy Cobi lewat perantara tangan kanannya, yaitu Markus si ketua kelas.

Walaupun sang guru tak masuk kelas—bukan berarti ia dapat membuang waktu berharganya untuk belajar.

Namun, dalam artian yang lain; bagi Rajen, belajar bukanlah suatu kewajiban juga—tetapi hal tersebut adalah sebagian spacenya yang sangat penuh dan harus dikosongkan sesegera mungkin agar Rajen mendapatkan sebuah puncak kebebasannya.

Ya, gak jauh beda dengan penyimpanan data di handphonenya yang udah sepenuh paket-paket di sortir DC Cakung. Rajen sangat gak sabaran dengan sesuatu yang menumpuk, hal itu perlahan bisa membuatnya semakin burnout.

Rajen yang dalam mode nge-push tugas dengan penuh khidmat, sekilas netra elangnya melirik Susu kotak stroberi yang terpampang jelas didepannya.

Susu kotak stroberi yang diberikan oleh Gival sebagai bentuk perkenalan diantara mereka untuk kedua kalinya. Ia menatap dingin, lalu kembali menulis hingga tugas catatannya rampung, karena Rajen sudah tak tahan lagi untuk bermalas-malasan, yaitu tidur siang.

"Aelah, Nap!! Lancar bener mainnya!!"

"Bisa diem gak lo, Rainaf Prananta?!"

"Padahal baru tipis-tipis lho..." Rainaf tersenyum sombong seraya menggigit bibir  bawah sampingnya—membuat kegantengan paripurna Rainaf terlihat jelas.

Di sisi lain itu, Murid-murid sefrekuensi yang berisiknya totalitas banget sedang berkumpul membuat lingkaran yang besar disamping bangku Rajen.

Mereka sedang bermain kartu UNO berjamaah secara besar-besaran dan tanpa ampun. Karena mereka memainkan kartu UNO No Mercy milik Rainaf—yang berhasil menggaet banyak penggemar UNO lainnya untuk mabar, main bareng. Walaupun permainan kali ini benar-benar mempertaruhkan mental dan dompet demi salah satu pemenang diawal permainan.

Bisa dikatakan bahwa dalam hitungan detik, Rainaf telah kenal dengan seisi kelas karena kepribadiannya yang super duper mega Extrovert yang memiliki beragam cara untuk melakukan proses pendekatan itu.

"Mampus dah. Block 7, UNO!!" Rainaf memasang 7 kartu yang dapat skakmat dan membuat semua temannya mati kutu. Rainaf pun tertawa lepas karena teman-temannya malah collect kartu, sedangkan dia tinggal satu kartu lagi.

"Kartunya banyak amat! Situ mau jualan?" ejeknya Rainaf dengan tawa. Dan membuat semua teman-temannya mengejeknya kembali. Sesi kongek-mengkongek itu ngga akan ada rampungnya dan membuat suasana kelas menjadi ributnya kebangetan.

"Kocokan kartu Rainaf bau bener, jelek-jelek semua! Yang ada dia ajanih yang hoki" seru cowok ber-nametag Dzakwan yang dikenal sebagai wakil ketua kelas itu.

"Rainaf melakukan pencucian kartu coy!" sahut Pandu tak terima.

"Kacau ini, jangan-jangan lo dapet +10" sang ketua kelas, Markus tak mau kalah atas sesi protes-memprotes ini, ia langsung menatap Rainaf penuh sinis.

"Ini kartu-kartu saya—ya suka-suka saya. UNO GAME!!" Rainaf melemparkan kartunya yang tinggal satu tersebut. Ia pun bangkit dari duduknya dan selebrasi.

"Wleee~ lorang semua wajib traktirin gw Seblak Teh Fira 2 minggu—Eh, eh, eh! No Comment, Kartu kalian lebih dari 20 lho, auto kalah dong~" Rainaf mencoba untuk menyangkal segala protesan yang ingin teman-temannya itu lontarkan.

Namun semua teman-temannya itu terlanjur sujud penuh penyesalan, melempar karu kesembarang arah dan tak terima atas kemenangan  Rainaf diawal permainan.

NO TITLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang