4. Numpang Ngecas di 7B

17 6 0
                                    

Mereka bertiga pun memberanikan diri untuk keluar dari kelas dan berbaur dengan warga penghuni Sahitkala yang sesungguhnya. Walaupun di dalam lubuk hati Rajen terdapat serpihan rasa keterpaksaan, karena rasa laparnya juga yang mendukung-mau tak mau ia harus pergi ke kantin outdoor pada saat jam istirahat, yang pastinya bakal banyak orang disana.

Rainaf sudah mulai terkumpul jiwa kepercayaan dirinya, begitupula dengan Redion; seakan mereka berdua telah siap untuk menyapa seisi sekolah. Rajen hanya meringis kala melihat keramaian kantin dari kejauhan sorot pandangnya. Sejujurnya ia tak benci keramaian, hanya saja ia khawatir dengan pandangan orang-orang terhadap dirinya.

Rainaf tak lama menyadari Rajen yang sedaritadi tampak sedikit murung dan gelisah dibelakangnya. Pemuda itu pun tersenyum dan langsung merangkul Rajen. Dengan senyuman terbaik Rainaf satu itu, mampu membuat Rajen mengangkat kedua maniknya yang tadinya nampak lelah.

Redion juga turut menyemangati Rajen, "Jen, bayangin kalo kamu itu raja iblis berkhodam pohon pisang Sauqi!" serunya Redion. Tak lama, Rainaf memitingnya.

"Udah lagi, lama-lama Sauqi muak terus nebang pohonnya cok." celetuk Rainaf disusul dengan tawa dari ketiganya. Kini posisi Rainaf berada di tengah dan kedua lengannya merangkul kedua sahabatnya itu. Mereka pun menyusuri koridor yang mengarah langsung ke area kantin sekolah.

"Waw, semerbak harum adinda seblak sampai sini banget yah..." ucap Rainaf dengan matanya yang terpejam sekilas, menikmati wewangian seblak yang mampir ke indera penciumannya.

Redion pun berakting sama, "Waw, begitupula dengan yang mulia nasi bakar..."
mendengar pernyataan tersebut, Rainaf mengangguk setuju dan mengacungkan jempolnya.

Rajen mencoba untuk menyetarakan humor kedua sahabatnya itu, "Hmm~ jagung rebus~" ucapnya seraya mengendus-endus aroma. Lantas Rainaf dan Redion serentak menoleh kearah Rajen.

"Woi, mana ada jagung rebus!" kompaknya, alhasil Rajen mengerutkan keningnya. Mana boleh tidak ada menu jagung bakar di sekolah barunya itu, sedangkan jagung rebus adalah menu rutin baginya.

"Serius sih!" seru Rajen tak terima.
"Dua rius, Jen! Lo pikir ni angkringan?"
"Hehe..."
"Ha he ha he, Udah nyampe kantin aja kita ini, bor." Rainaf melepaskan kedua rangkulannya dan seakan membenarkan dasinya. Karena hari ini, ia akan bertemu dengan segerombolan manusia anomali.

"Ya Tuhan, liatnya gitu amat dah, kek udah melakukan sebuah perbuatan yang tercela aja gw!" Redion menutup mulutnya saat beberapa orang berpapasan dengannya dengan senggolan mautnya. Rajen terkekeh, "Sabar sabar,"

Sesampainya mereka di kantin outdoor SAHITKALA yang berkonsepkan pasar malam, membuat ketiga sahabat itu terperangah lebar. Dengan kedua manik yang berbinar-binar, seolah menandakan melebihi ekspektasi mereka terhadap sekolah yang baru saja mereka pijaki ini.

"Nap, Yon.. i-itu Hidden gem!!" seru Rajen seraya menunjuk kearah pemandangan didepannya saat ini.
"Hidden paradise ini, Jen!" sahut Redion yang masih terpesona akan surga dunia itu.
"Aih... kek gini mah gw bingung mau jajan apa, cok." Rainaf tampak antusias saat pemandangan tersebut. Ia pun langsung menarik lengan Rajen dan Redion untuk segera berburu makanan yang lebih enak di kantin outdoor.

"Dengan SPP sebejibun itu, worth it sih." ucap Redion yang tiba-tiba udah nyampe aja di stand sate obong. Disusul dengan Rainaf yang udah bawa potato spiral dan es lumut. aja. "Ya 'kan, Yon? Gw bilang juga apa." Rainaf senyum sumringah, karena ia benar-benar sangat menikmati kehidupannya di hari senin berkah ini.

Redion tersenyum kering, "Bilang apa geh?"
"Apasih tolol-" Rainaf mendorong lengan Redion, lalu mereka secara spontan terdiam dan mencari keberadaan Rajen yang tiba-tiba ngilang dari jangkauan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NO TITLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang