✥KOTA DAN LAMPU MERAH (O2)

1.4K 60 2
                                    

"jadilah kamu sendiri"
-Ananda Albara Saputra

KOTA DAN LAMPU MERAH
Mobil Bara berhenti di bangunan rumah bercat hijau dua tingkat dengan taman bunga di hadapannya, sederhana tapi tenang. Abi sudah masuk ke dalam mobil dan membawa Rafael untuk duduk di pangkuannya. Sesuai janji keduanya saat di kantin, ia akan membantu bocah berandal di sampingnya.

Mereka pergi ke mall terdekat saja. Abi menatap Bara dengan horor, mereka hanya membeli kebutuhan bocah 3 tahun bukan bocah seumuran mereka. Tidak seharusnya mereka sampai di mall terbesar di kota seperti ini, memang mall besar sangat dekat dengan kawasan rumahnya tapikan ini sangat mahal.

"Apa?" Tanya Bara melihat tingkah Abi seperti orang aneh. "Kenapa sih Bi? Ada yang salah."

"Bar pulang aja yuk gue masih ada baju bekas masih kecil pasti cocok buat Rafael."

Bara menatap Abi sekilas langsung berjalan masuk di ikuti oleh Abi dari belakang. Memang apa salah dengan mall ini? Semuanya bagus, fasilitas juga sudah memadai tidak ada rumor bahwa mall ini jelek dan sebagainya.

Mereka masuk ke toko baju anak-anak. Tugas Abi hanya menentukan mana yang perlu dan tidak perlu sehabisnya Bara akan berkata;bungkusin aja semuanya pak minimal 10 baju lah. Bagaimana Abi bisa berkata-kata, baju untuk anak kecil di mall sudah bisa membeli baju orang dewasa di mall lainnya.

Selesai semuanya, sudah pasti Bara akan membawa keduanya makan terlebih dahulu. Mereka singgah di restoran Korea mumpung ia lagi pengen makan makanan luar negeri.

"Mau apa?"

"Pengen makan nasi aja Bar. Please kasian sama Rafael kalau makan beginian."

Berujung mereka ada di meja KFC. Tangan Abi tidak berhenti menyuapi si kecil dengan lahap memakan nasi dan nugget dari KFC sesekali Abi akan menaruh sayuran di dalamnya dari burger milik Bara. Ia mengambil sedikit saja agar Rafael tidak terlalu terkejut dengan rasa sayuran.

Sebenarnya Bara sudah bosan menunggu Rafael dan Abi selesai makan. Ia hanya duduk memandang orang-orang berlalu-lalang dengan kegiatan masing-masing. Terkadang Bara menatap Rafael kesal karena makan terlalu lama.

"Gue ke toilet sebentar gapapa?"

Abi mendongak kepalanya dan menganggukan kepalanya tanda jika ia bisa. "Jangan lama-lama gue takut sendirian bareng sama El."

"Iya."

Meninggal Rafael sudah kenyang tinggal menunggu Bara dari toilet saja. Abi sendiri saja tidak mengetahui dimana toilet di sini, boro-boro datang ke mall paling mentok ia akan datang ke minimarket saja untuk membeli kebutuhan rumah.

Drtt.

Handphone Bara berbunyi di atas meja menandakan ada seseorang menelpon namun tidak ada nama tertera di sana. Sesampainya laki-laki tinggi itu kembali benda pipih itu terus berbunyi.

"Siapa?"

"Gak tau gak ada namanya."

"Hm jangan di jawab." Balasnya berjalan ke luar, gantian sekarang Bara yang menggendong Rafael sambil membawa barang belanjaan. "Tck, ujan Bi mau pulang atau gimana??"

"Aku pulang naik bus aja deh kalian berdua langsung pulang aja."

"Gue anter aja dari pada naik bus malam-malam beginian hujan juga deras banget."

"Tapi nanti lo sama El malah bolak-balik gue yakin rumah kita gak searah."

"Rela ngebahayain anak orang? Lo tanggung jawab gue Bi kan lo datang sama gue pulang juga sama gue lah."

𝗣𝗮𝗽𝗮 𝗠𝘂𝗱𝗮 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang