❖HAMPARAN LANGIT BIRU (17)

386 27 2
                                    

manusia itu ibaratnya apa?
terlalu banyak ibarat juga jelek karena manusia itu macam-macam
-Ananda Albara Saputra

❖HAMPARAN LANGIT BIRU

"Lang, lo apa kabar?"

Untuk pertama kalinya Abi bertemu kembali dengan Gilang, sekian lama tidak bertemu laki-laki itu banyak berubah. Tidak ada lagi tatapan penuh penasaran dan pengetahuan yang ada hanya kekosongan saja. Perubahan ini cukup membuat Abi paham, sangatlah paham bahkan obat-obatan terlarang dapat mengubah manusia.

"Lang, Gilang. Hey, gue ada di depan lo Langga."

Tidak ada sahutan sama sekali. Gilang masih diam, duduk dengan kosong. "Lang please look to me, jangan gini gue pengen liat lo yang kek dulu bukan gini." Percuma, seberapa besar Abi memohon, Gilang tetap akan sama. Jarang ada yang bisa kembali normal, mungkin ada tapi mereka akan tetap kembali seperti dahulu. "Lang, gue mohon."

"Hiks lo lupa sama gue?" Tetap sama, Gilang tidak bergeming sama sekali hanya menatap kosong.

"G-gue Langga temen lo Lang. Liat gue bukan ke sana Lang, gue mohon hiks lo senang begini? Gilang, liat gue."

Percuma, percuma dan tetap akan percuma. Sekuat apapun berusaha Gilang tetap seperti ini. Kaisar dan Bian yang melihat Abi seperti itu hanya dapat membuang nafas pelan. "Bi kita balik sekarang ya."

"Hm." Abi memeluk Gilang sebentar untuk perpisahan. "Gue sayang sama lo, Lang. Hati-hati di sini ya, sehat terus. Gue pulang dulu lo baik-baik aja jangan sering ngamuk." Bisikan Abi berakhir barulah mereka keluar dari ruangan Gilang.

Di dalam mobil, Abi hanya dapat membuang nafas pelan. Ia harus menerima dengan keadaan Gilang, untuk melupakan saja tidaklah bisa. Gilang punya kisah tersendiri dari Abi.

Sehabis dari sepedaan di taman kota, mereka langsung menuju mall untuk berbelanja bahan-bahan makanan. Setelah dari sana Abi meminta untuk menemui Gilang, kan sudah lama tidak bertemu walaupun ya... Gilang akan diak tidak bersuara.

"Oke guys, Mari kita masak-masak!" Teriak Bian ketika sampai di rumah Abi.

Memang benar rumah Abi adalah tempat eksperimen memasak bagi ketiganya. "Kita bagi-bagi tugas apa masak bareng?" Tanya Kaisar sudah lebih dahulu berjalan masuk ke dalam rumah.

"Bareng-bareng aja lah."

Seperti janji di sekolah kemarin. Mereka memasak ayam pedas, telur balado dan membuat agar-agar dan es buah segar. Semuanya berjalan dengan baik tidak ada yang merusuh, kegiatan ketiganya di temani dengan lelucon dan cerita Bian yang pergi kencan dengan kekasihnya.

Keadaan rumah benar-benar ramai padahal hanya mereka bertiga saja, sungguh suara Abi dan Bian paling kencang di sana. Tangan Kaisar sangat lincah memberikan cubitan pada Abi dan Bian jika keduanya mengolok-olok dirinya terkait kedekatan ia dan Dafa.

Jika mereka dekat masalahnya apa?

Rumah Abi tidak sesepi biasanya.

Di tambah kedatangan dua temannya semakin membuat heboh. Selesai masak-masak bukannya makan ketiganya malah bermain di halaman depan rumah Abi bersama si gembul berbulu. Tidak ada yang bisa di mainkan kecuali bola milik Rafael memang sengaja di tinggalkan di sana.

𝗣𝗮𝗽𝗮 𝗠𝘂𝗱𝗮 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang