❖BERLAYAR DI TELUK SAMUDRA(07)

707 36 0
                                    

menatap hamparan langit biru, seraya memahat fatamorgana tentangnya
-Ananda Albara Saputra


BERLAYAR DI TELUK SAMUDRA

Langit jingga sudah menunjukkan keindahannya, lapangan luasnya memperjelas bagaimana keindahan angkasa di atas sana, mata ini begitu kuat menangkap setiap keindahan yang ada.

Bara.

Satu nama yang selalu berputar-putar dalam kepala seseorang. Menanyakan hal yang begitu susah untuk di jawab, siapa Bara itu? dari mana Bara itu? sepenting itu kah Bara? kenapa harus Bara? apa hebatnya Bara? Maka Abi akan menjawabnya, cara Bara memandangi-nya itu berbeda, tatapan hangat itu, tatapan soft dan mempesona begitu terekam jelas dalam ingatan.

Seberapa kuat pesona Bara? Jawabannya adalah 1000000000x lipat tak terkalahkan.

Sebarapa hangat tatapan Bara? Jawabannya adalah 100000000°c terasa hangat.

Mendefinisikan tentang Bara tidak cukup dengan kata saja, tangkapan mata tidak akan sebanding dengan rasa yang di alami. Bagaimana tubuh kokoh itu memeluk dengan perlahan, bagaimana tangan berurat itu mengelus helaian rambut, bagaimana senyuman itu terpancar dengan indahnya.

Abi akan selalu mengingat hal tersebut.

Tuk, kepala Abi harus terkena lemparan pena dari anggota OSIS sendiri karena melamun. Ia melirik sekilas ke arah Mora SEKBID KEPEMIMPINAN pelaku pelemparan pena ke arahnya, mereka membahas tentang gedung yang akan di gudang kakak kelas mereka ujian kelulusan nanti.

"Sorry guys, tapi untuk kelanjutan nanti bakal gue info ke grup WA kita, perlu banget gue bahas sama Waka Kesiswaan," ia sedikit memberikan jeda, "gue gak mau masalah keulang kek tahun lalu."

"Oke aja sih kak, untuk masalah kartu ujian udah gue print semuanya sesuai sama data yang lo kirim kak."

"Thanks Win, jadi buat semuanya makasih banget buat waktunya untuk rapat kali ini kalaupun hasilnya gak memuaskan banget. Tapi gue harap semuanya bisa berjalan dengan baik untuk info di tunggu aja. Oke guys."

"Oke kak!!"

Semuanya keluar dari ruangan OSIS termasuk dengan Abi sudah membereskan barang-barangnya. Tak terkecuali dengan Mora, gadis berambut sebahu itu terlihat masih asik duduk di kursinya.

"Lo gak keluar Mor?" tanyanya, ia ingin mengunci ruangan, "ruangnya pengen gue kunci,"

"Hubungan lo sama Bara apa Bi?" mendengar hal itu membuat Abi mengerutkan keningnya bingung, "setau gue lo gak suka sama anak berandalan?"wah..., si Mora emang suka cari masalah.

Abi hanya tersenyum kecil, "suka gak sukanya gue itu urusan gue bukan urusan lo," balasnya sebelum meninggalkan Mora sendirian dalam ruangan.

Apa masalahnya jika Abi dekat dengan Bara terkena nakal? Seharusnya bagus jika ia dekat dengan murid-murid nakal seperti Bara dan Faisal maka sangat mudah untuk di awasi. Dan ia juga tidak suka lingkungan pertemanan di awasi seperti yang di lakukan Mora.

Sesampainya di kantin sudah ramai dengan temannya. "Winda pesenin gue gado-gado dong sama es teh," teriaknya sebelum duduk di samping Kaisar.

"Nih pesanan lo,"

"Ma'achin babu akuh,"

"Alay,"

Enak banget kacang di campur sama kerupuk begini, nikmat mana lagi sih, sambil makan sudah pasti sambil cerita tapi dari awal kenapa Abi belum ketemu sama Bara. Biasanya manusia bongsor itu sudah berkeliaran dengan tampang sok jagoannya dengan The genk.

𝗣𝗮𝗽𝗮 𝗠𝘂𝗱𝗮 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang