❖JEMBATAN MENUJU ROMA(11)

550 31 3
                                    

jangan mau gak sekolah, karena kalau kamu gak sekolah juga diri kamu sendiri yang rugi bukan orang lain
-Ananda Albara Saputra

JEMBATAN MENUJU ROMA

Masalah Rafael itu masih menjadi tanda tanya, karena mbak Ririn tidak ada memberikan kabar kembali terkait masalah Yayasan. Tiba-tiba saja langsung menghilang, sempat di telpon pada nomor yang menelpon Bara namun tidak terhubung, mengirim pesan lewat media sosial juga tidak di gubris sama sekali tiba-tiba media sosisnya, instagram, twitt itu akun privat

Bara tidak mempermasalahkan sama sekali. Secara sederhana ia menyimpulkan jika hak asuh Rafael pada mbak Ririn itu palsu, omnya juga masih mencari siapa orang tua kandung Rafael jika memang tidak ada maka Baralah menjadi orang tua dari si kecil bintang lima ini.

Liburan masuk sekolah masih lama, jadi Bara bantu-bantu temannya yang tahun ini bakal daftar kuliah. Untuk Sepa sendiri ia dapat undangan dari Universitas luar kota, kata mboknya di terima sama Sepa, mungkin bulan depan sudah berangkat ke luar kota.

"Ya lo juga njing napa milih kuliah jauh-jauh," kelekar Dafa tidak menyetujui, "kampus sini emang jelek? bagus-bagus aja njir bang Agus juga milih sini lo aja sok mentang-mentang dapat undangan langsung milih di sana,"

"Kali-kali kita pisah juga gak buat kamu mati Daf Daf," Sepa juga tidak rela pisah dari sahabatnya, dari kecil sampai ia lulus SMA memang tinggal di sini tidak kemana-mana, "lo ga mau liat gue sukses?" tanyanya di balas gelengan dari Dafa, "gue sukses lo juga harus sukses napa Daf, emak juga bahagia dapat kabar anaknya nih di undang dari Universitas luar kota lo mau gue nyusul emak?"

"Kagak setan! Lo jadi TKW nanti mbok sama siapa dodol."

Emaknya Sepa memang jadi TKW semenjak suaminya meninggal dunia waktu Sepa kelas 1 SMP mulai menjadi TKW untuk keluarganya. Karena bapak Sepa itu anak rantau, kerabat dekat saja tidak ada semuanya di sini begitu juga dengan emak hanya tinggal mbok saja tidak ada siapa-siapa.

"Takut banget di tinggalin sama bang Sepa," celetuk Gion berharap sama seperti Dafa, "kuliah di sini aja lah bang kak Lastri aja kuliah di sini ngambil jurusan kedokteran."

"Yon biarlah bang Sepa nya milih," tegur Nala. Ia yakin pasti Sepa menjadi bingung jika Gion sudah merengek seperti sekarang, "bang Sepa sukses lo juga enak."

"Kan bisa Nal sukses di sini aja. Bang Agus juga kuliahnya di sini bukan di luar,"

"Itukan pilihan bang Agus bukan bang Sepa. Orang milih tempat kuliah dimana itu hak mereka berdua juga Yon, Daf jangan lo berdua buat orang mikirin lagi. Bang Sepa gak bakal lupa sama kita paling juga nanti lo berdua yang lupa sama bang Sepa," sarkas Nala, "gak usah di dengar omongannya bang mau kuliah di sana juga itu hak lo kita cuma dukung aja,"

"Lo tuh gak paham Nal perasaan kita yang emang dekat dari ati sama bang Sepa," bela Dafa sudah membelakangi yang lain, mereka berada di rumah Agus ceritanya ingin bermain PS tapi berubah haluan setelah Sepa mengatakan akan sekolah di luar, kabar tentang itu langsung mengubah semuanya, "coba lo sama Gion ke pisah rasanya gimana? gue sama bang Sepa udah dekat dari kecil dah gue anggap sodara lakik sendiri otomatis gue gak rela dia sekolah jauh ninggalin gue, bunda, ayah, mbok belum lagi si jago di belakang. Itu siapa yang ngurus? emang tega ninggalin keluarga sendiri emak juga kerja di sana buat nyekolahin bang Sepa kenapa harus ngejar-ngejar yang jauh kalau ada yang dekat,"

𝗣𝗮𝗽𝗮 𝗠𝘂𝗱𝗮 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang