Bab 22: Jawaban

995 154 39
                                    

My Precious Top Star
Naruto belong to Masashi Kishimoto
Naruto & Hinata Fan Fiction
Don't Like, Don't Read
Tulisan ini tidak sempurna
Semua latar, tempat, penamaan dalam cerita ini hanyalah fiksi
Happy Reading~










Sarapan kali ini terlalu tenang untuk keluarga kecil Uzumaki. Setelah semalam keduanya tidur dengan saling memunggungi, hari ini bahkan tak ada yang berinisiatif membuka suara
lebih dulu. Naruto fokus dengan makanannya, sementara Hinata sesekali melirik suaminya, namun terlalu takut untuk sekedar mengucapkan selamat pagi.

Tidak seharusnya hubungan mereka menjadi renggang seperti ini jika Hinata memiliki keberanian untuk segera mengambil keputusan. Entah apa yang masih menghalangi sampai membuatnya hanya diam tak memberikan jawaban dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun selama berhari-hari.

Hinata yang salah, ia menyadari hal itu, namun meminta maaf dan menyatakan 'aku setuju dan ingin hidup bersamamu sebagai istri sesungguhnya' bukanlah perkara mudah. Lalu, apa yang menjadikannya sulit?

Bukankah Naruto sudah mengatakan secara terang-terangan bahwa ia ingin menghapus kontrak lalu menjadikan pernikahan ini bukan lagi sebagai sandiwara yang harus mereka mainkan?. Atau mungkin ada jawaban lain yang Hinata harapkan?

"Naruto-san, aku—"

"Tidak perlu menjawabnya dengan terburu-buru, aku orang yang sabar dalam hal menunggu. Sudah kukatakan sebelumnya kalau aku tidak ingin mendengar penolakan." Potong Naruto saat mendengar Hinata mulai mencicit padanya. Bukan bermaksud untuk bersikap kejam atau terlalu percaya diri. Naruto hanya ingin istrinya lebih berani mengakui perasaannya sendiri.

Selama ini apa yang ia lakukan pada Hinata, atau yang Hinata lakukan padanya selalu saling bersambut dengan baik. Tak ada kalimat suka atau tidak suka dengan sikap masing-masing. Mungkin memang benar jika perlakuan mereka terhadap satu sama lain didasari oleh kewajiban diatas kertas dan berbatas waktu. Namun Naruto tak akan memungkiri jika selalu melibatkan perasaan jika itu tentang istrinya, dan seharusnya Hinata juga merasakan hal yang sama.

"Gochisousama." Ucap Naruto yang telah menghabiskan sarapan yang Hinata masak. Melirik jam tangan sekilas, ia berdiri lalu merapikan piring kotor dan menaruhnya di wastafel.

"Hari ini ada rapat lanjutan dengan brand baru, mungkin aku akan pulang sore. Ittekimasu." Terang Naruto berpamitan sebelum berangkat. Tak ada senyuman hangat, hanya wajah murung dan senyum kecil yang dipaksakan. Membuat Hinata lagi-lagi merasa bersalah, ia tak suka jika harus seperti ini bahkan untuk beberapa hari kedepan. Bukankah kebingungan ini harus segera diakhiri?

"Itterashai." Balas Hinata lalu menghela napas panjang. Meski Naruto tetap memperlakukannya dengan baik seperti biasa, namun wanita itu dapat menangkap jika  suaminya sedang tidak baik-baik saja, dan itu karena ulah Hinata sendiri yang seakan gemar menunda-nunda.

Tidak bisa terus begini jika ingin memiliki hubungan yang sehat. Mau tidak mau, suka tidak suka, rela tidak rela, keduanya memang harus bicara empat mata, dari hati ke hati. Entah akan saling berteriak atau berpelukan, setidaknya itu lebih baik daripada saling menghindar.



🧸🧸🧸🧸🧸



Selama rapat, Naruto masih bisa untuk bersikap profesional. Namun tak seperti biasanya, hari ini semangatnya turun. Bahkan ia sering mendengus karena merasa gusar yang sedikit-sedikit melirik jam tangan. Ia ingin segera menyelesaikan semua pekerjaan ini dan kembali pulang.

My Precious Top StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang