Bab 42: Sekaligus

1.2K 166 66
                                    

My Precious Top Star
Naruto belong to Masashi Kishimoto
Naruto & Hinata Fan Fiction
Don't Like, Don't Read
Tulisan ini tidak sempurna
Semua latar, tempat, penamaan dalam cerita ini hanyalah fiksi
Happy Reading~






Suasana masih hening, semua orang di ruangan itu mencerna apa yang telah mereka baca dan apa yang dikatakan oleh Hinata. Jika pernikahan keduanya hanyalah sebuah kontrak yang harus diakhiri, seharusnya tak akan pernah ada kehamilan. Namun jika apa yang dikatakan Hinata adalah sebuah kebenaran, maka perceraian tidak bisa dilaksanakan.

Tapi, yang masih menjadi pertanyaan, apakah selama ini Naruto dan Hinata melakukan hubungan suami istri tanpa cinta atau ketertarikan satu sama lain?

Lalu, kemesraan keduanya yang selama ini mereka lihat, apakah memang sengaja dipertontonkan sebagai sandiwara belaka? Dan yang paling penting, apakah penyataan hamil tersebut hanya pura-pura? Begitulah kira-kira pikiran kedua belah pihak keluarga.

Disisi lain, Hinata sama sekali tak menyangka jika Sakura lah yang mencuri berkas itu lalu membongkarnya di hadapan seluruh keluarga seperti ini. Hinata memang terlihat tak berkutik saat Sakura mengungkapkan padanya mengenai kompensasi perceraian yang telah dibuat oleh Naruto.

Ia juga bisa menangkap reaksi Naruto yang menatapnya dengan gelisah.Mungkin suaminya itu sempat berpikir ia akan marah, namun sebaliknya, Hinata sudah yakin bahwa kompensasi itu dibuat sebelum mereka sepakat untuk membatalkan kontrak.

Wanita itu mengingatnya, jauh sebelum ini Naruto mencari berkas perjanjian tersebut yang tiba-tiba menghilang.

'Kertas perjanjian kontrak pernikahan kita, aku lupa menaruhnya.'

'Kertas itu kurangkap dengan berkas lain, seharusnya menjadi lebih mudah menemukannya karena menjadi tidak hanya selembar kertas.'

Dulu saat Naruto mengatakannya, Hinata sama sekali tidak curiga atau penasaran dari kalimat tersebut. Tapi saat Sakura mengungkapkannya barusan, ia langsung paham bahwa yang hilang bersama kertas perjanjian itu adalah kompensasi perceraian, yang seharusnya sama-sama dimusnahkan.

Jadi, penuturan Sakura sama sekali tak membuat Hinata berpikiran buruk. Karena ada hal buruk lainnya saat hal itu terungkap, yaitu respon keluarga, seperti sekarang.

Padahal, Hinata berencana akan memberitahu Naruto lebih dulu mengenai kehamilannya, lalu pergi ke dokter kandungan bersama setelah mediasi selesai.

Namun, adanya kejadian ini membuatnya berpikir untuk mengatakannya saja ke hadapan seluruh keluarga saat itu juga, dengan harapan dapat membuat mereka semua lupa dengan kontrak tersebut dan menyambut kehamilannya dengan sukacita.

Setelah merasa situasi cukup kondusif dan suaranya memungkinkan untuk bisa didengar, Hinata kembali memberanikan diri untuk bicara.

"Etto...mm..ma..mari kita lupakan sejenak—bukan, maksudku sebaiknya kita tunda dulu membahas kertas itu. Uhh, Aku berencana pergi memeriksakan kandungan hari ini. Bagaimana kalau—"

"Mama ikut." Sahut Kushina tanpa pikir panjang. Meski dalam hati masih merasa bingung dan waswas, ia masih berharap semua yang dikatakan Hinata bukanlah pura-pura. Kushina tak ingin terlanjur merasa kecewa. Kebenaran mengenai kertas itu juga belum pasti.

"Aku juga ikut." Timpal Hiashi yang masih merasa shock atas semua yang terjadi barusan.

"Aku juga harus ikut." Sahut Neji sambil melirik dengan sinis ke arah Naruto.

My Precious Top StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang