Bab 29: Bergandengan Tangan

832 132 47
                                    

My Precious Top Star
Naruto belong to Masashi Kishimoto
Naruto & Hinata Fan Fiction
Don't Like, Don't Read
Tulisan ini tidak sempurna
Semua latar, tempat, penamaan dalam cerita ini hanyalah fiksi
Happy Reading~








"A..ap...apa?"

"Ohh, itu sudah sangat lama. Hanya saja rajin ke ahli kejiwaan—traumatak"

Ding dong. Bel pintu apartemen berbunyi. Naruto mendengus, kenapa rasanya banyak sekali tamu yang datang ke apartemen ini? Sementara Neji masih mengoceh, Naruto sudah kehilangan fokus.

"Uhh Neji, kututup dulu, aku ada tamu." Pamitnya lalu memutus sambungan telepon.

"Hei—"

Tut.

Ding dong. Bel pintu terus berbunyi untuk ke sekian kali, melirik ke arah Hinata yang masih terlelap, Naruto memutuskan untuk segera membuka pintu.

Jegrek.

Naruto membelalak saat mendapati siapa yang bertamu ke apartemennya sepagi ini.

"Sakura?"

Mau tak mau Naruto membiarkannya masuk, namun tetap saja enggan mempersilahkan duduk.

"Morning." Sapa Sakura, lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh unit apartemen tersebut.

"Hmmm? Rupanya tidak banyak berubah. Masih sama seperti saat terakhir kali aku tinggal disini." Komentarnya setelah memindai singkat seluruh ruangan. Begitulah, dia perempuan yang selalu percaya diri.

Naruto mendengus tampak risih, kemudiam melipat tangannya di dada, "Berani sekali kau datang kesini. Apa maumu?"

Peia itu berharap wanita di hadapannya pergi sebelum Hinata terbangun. Ia hanya tidak ingin semua menjadi lebih kacau dari sebelumnya. Meski tahu, takkan mudah membuat Sakura pergi begitu saja.

"Tak menyilahkan aku untuk duduk? Atau jamuan untuk tamu?"

"Tidak. Pergilah." Usir Naruto dengan suara lirih agar istrinya tak terganggu dari tidurnya.

"Haha, baiklah aku tak akan berbasa-basi. Aku sudah bilang yang kau berikan padaku kemarin tidak cukup, Naruto-kun. Berikan apartemen ini sebagai gantinya." Ungkap Sakura penuh harap.

"Apa suamimu sudah tak bisa menghidupimu? sampai kau putus asa mengemis seperti ini?" Ejek Naruto, tentu saja kalimat itu memancing emosi lawan bicaranya. Entah dirinya memang sengaja atau hanya kesal semata.

"Haha. Bagaimanapun apartemen ini hakku. Bukankah kau punya cukup banyak uang untuk membeli lebih dari satu? Bahkan mansion, tuan yang paling sempurna?" Balas Sakura seolah tak memiliki rasa takut.

"Atau, kau hanya tak rela membelikan satu intuk istrimu?" Imbuhnya lagi. Namun Naruto bergeming, tak berminat menanggapinya.

"Ohoo, atau kau sungguh ingin mempertahankan apartemen ini karena terlalu banyak kenangan dari kita hingga sulit membuatmu move on?!" Sambungnya kini berhasil memancing emosi Naruto.

My Precious Top StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang