Bab 38: Kekacauan

790 138 46
                                    

My Precious Top Star
Naruto belong to Masashi Kishimoto
Naruto & Hinata Fan Fiction
Don't Like, Don't Read
Tulisan ini tidak sempurna
Semua latar, tempat, penamaan dalam cerita ini hanyalah fiksi
Happy Reading~






"Direktur, Nyonya. Saya mendapat kabar dari Omoiyari bahwa Nakano Shiori-san telah meninggal dunia. Pihak yayasan menunggu konfirmasi anda untuk pemakaman." lapor Shino dengan raut panik.

"Apa?"

Naruto menoleh ke arah Hinata dengan gelisah. Keduanya saling beradu pandang dengan perasaan masing-masing yang semakin sulit diartikan.

"Kau istirahat saja di kamar, aku akan bicarakan ini pada Otou-sama dan Neji." Ujar Naruto.

"Aku ikut." Sahut Hinata dengan suara serak. Tak banyak waktu untuk berpikir, Naruto lantas mengiyakan. Kemudian mereka keluar dari kamar mencari keberadaan Hiashi dan Neji.

Mereka berempat berada di ruang kerja Hiashi. Butuh beberapa waktu untuk Naruto menjelaskan situasinya. Tentang bagaimana mereka mencari tahu sampai menemukan keberadaan ibu kandung Hinata, yang sebetulnya harus tetap dirahasiakan darinya. Lalu kemudian menyampaikan informasi yang barusan mereka dengar mengenai kondisi Nakano Shiori.

Baru diketahui saat itu juga, Hyuga memang sengaja menutupi, bahkan selalu menggagalkan setiap informan yang Hinata suruh. Namun Hiashi dan Neji tidak menduga bahwa Naruto ikut andil dalam pencarian, sehingga membuatnya lolos dari antisipasi.

Tak banyak menjelaskan, Hiashi sebagai kepala keluarga meminta maaf saat itu juga karena harus menyembunyikan ini semua. Pria paruh baya itu juga meyakinkan putrinya, meski kelahiran Hinata tidak terduga, namun ia adalah anugerah terindah yang selalu Hiashi syukuri dan sama sekali tak menyesal putrinya itu telah lahir.

Tak ada masalah yang berarti, Hinata memaklumi. Rasa sayang pada ayahnya tak akan berubah atau berganti meski telah mengetahui ini semua. Toh bukan salahnya juga bisa lahir di dunia. Hiashi juga melakukan tanggung jawabnya sebagai ayah dengan baik. Jadi, tak ada yang harus disesali dengan peristiwa ini.

Jika sudah begini juga apa boleh buat, yang bersangkutan sudah meninggal. Mulanya Hiashi meminta Hinata untuk tidak pergi, melainkan dirinya dan Neji saja yang mengurus semuanya. Namun demikian, Hinata bersikeras untuk memakamkan ibunya. Setidaknya untuk terakhir kali bisa melihat wajah sang ibu.

Tak bisa mengelak, akhirnya Hiashi mengijinkan. Ia dan Neji akan menjemput Naruto dan Hinata di bandara saat mereka kembali pulang ke Tokyo. Hiashi juga menyarankan agar Naruto dan Hinata membawa orang seminimal mungkin agar tak menarik perhatian media.

Malam itu, Naruto dan Hinata tak lagi tidur di kamar terpisah. Besok pagi mereka harus segera berangkat. Setelah menyiapkan beberapa barang untuk dibawa, keduanya memutuskan untuk segera tidur.

Namun, tak ada dari mereka yang lekas terlelap. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Padahal, masalah keduanya belum mencapai kesimpulan, Hinata juga belum memutuskan apapun. Adanya berita tersebut membuat semuanya menjadi gamang.

Naruto tak berniat untuk membahas masalah mereka lebih lanjut, sengaja menundanya untuk sementara. Setidaknya sampai pemakaman ibu mertuanya selesai dan mereka telah kembali ke Tokyo.

Lelaki itu memiringkan tubuhnya, menatap Hinata yang telah memejamkan mata. Hatinya berisik sejak tadi. Sungguh ia tak ingin pergi dari sisi Hinata, namun bagaimana jika istrinya itu tak memilih untuk tetap tinggal bersamanya?

My Precious Top StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang