4. White Lilies and Cookies

1K 150 8
                                    

Sore ini Caine dan Rion kembali bertemu, bukan kencan yang bermegah-megahan, hanya lepas rindu setelah disibukkan dengan kegiatan sekolah. Hiperbola? Memang. Padahal keduanya juga masih dalam kelas yang sama.

Rion disambut dengan senyuman lembut dari si tuan rumah, keduanya memilih untuk tetap diam sampai akhirnya Rion mengeluarkan buket bunga dari paperbag yang ia bawa, "For you." ucapnya singkat.

Sepasang mata Caine melebar, kemudian tersenyum ketika menerima bunga darinya. Buket bunganya tak terlalu besar, hanya terdapat beberapa tangkai bunga lili putih— Kurang dari sepuluh mungkin? Yang juga dihiasi dengan baby’s breath, tapi mata Rion dapat dengan jelas menangkap rona merah di pipi Caine.

"White lilies!" Caine berujar dengan semangat, kemudian menghirup wangi bunganya. Rasanya dunia seolah berhenti jika Rion sedang bersama Caine, ia terpukau akan betapa indahnya bunga itu ketika lelaki itu memegangnya. Bunga-bunga itu tampak senada dengan kaos putih yang sedang Caine gunakan.

"Makasih udah bawa ini ya, Rion." ucap Caine dengan tulus, Rion hanya mengangguk kikuk.

Caine mempersilahkan dirinya untuk duduk di sofa, sementara Caine sibuk mondar-mandir dengan bunga pemberiannya. Rion melihat Caine mengambil vas bening yang ada di dekat sofanya, kemudian membuang beberapa tangkai mawar merah yang ada di dalamnya dengan acuh. Mengisi vas bening itu dengan air bersib yang baru, lalu dengan telaten memotong ujung batang bunga lili dan kemudian menaruhnya sengan berhati-hati ke dalam vas itu.

Terlalu asik mengagumi si pujaan hati di dalam kepalanya, Rion tak sadar bahwa Caine sudah berada di sampingnya sekarang. "Thank you, Riri." ucapnya sekali lagi.

Ah, panggilan itu. Riri adalah panggilan yang diberikan Caine untuknya karena dulu ia merasa nama Rion terdengar seperti penjahat. Panggilan yang cukup menggelikan karena keduanya telah tumbuh dewasa sekarang, tapi jika boleh jujur, Rion merasa hatinya dipenuhi ketenangan saat Caine memanggilnya dengan itu.

"Nggak perlu bilang makasih terus-menerus, Caine. It's not a big deal, it's just a bunch of white lilies, you can buy it yourself."

Bibir Caine maju beberapa senti setelah mendengar perkataan Rion, "Tapi bunganya dari kamu..." gumamnya dengan suara lirih, kurang setuju dengan perkataan dari Rion.

Rion terkekeh kecil mendengarnya, tak kuasa menahan gemas. Namun tiba-tiba suara oven dari arah dapur berbunyi, membuat Rion menimbulkan tatapan tanya.

"Aku tadi ngebuat beberapa cookies, cemilan kecil buat kita aja." Jawab Caine sembari berjalan ke arah dapur.

Bak anak ayam yang mengikuti induknya, Rion juga mengikuti Caine ke dapur. Memperhatikan Caine yang sedang sibuk dengan dua baking tray yang di isi dengan kue-kue kering hasil buatan Caine.

Caine mengeluarkan piring kecil dan dua gelas, menuangkan susu coklat hangat yang sepertinya juga sudah ia siapkan sebelum Rion datang ke dua gelas itu, lalu ia menaruh beberapa kue itu di atas piring.

Ada suatu hal yang membuat Rion suka saat Caine sedang sibuk dengan kegiatannya sendiri, entah saat jari-jarinya menari di atas laptop untuk mengerjakam tugas, saat ia disibukkan dengan kanvas kecil yang hasil lukisannya selalu membuat Rion bertepuk tangan, atau seperti sekarang, saat Caine sedang sibuk dengan hasil masakannya.

Caine menaruh satu toples kaca yang berisikan kue kering buatannya, ia berkacak pinggang dengan bangga. "Yang ini nanti buat orang rumah, jangan lupa dibawa ya."

Rion mengangguk, "Mama Shina lagi pengen yang manis-manis belakangan ini."

Caine membawa nampan berisikan dua gelas susu dan piring tadi, "Oh yeah? Pleased to hear that, nanti sampein kalau aku titip salam ya."

Rion mengangguk, ia melihat Caine yang berjalan ke arah tangga. "Kita mau makan di atas kah?" tanyanya sembari berjalan mendekat ke arah Caine.

Caine mengangguk, "Makan di balkon kamarku sih, biar sekalian ngeliat sunset. Atau mau di bawah aja?"

Rion menggelengkan kepalanya, ia mengambil alih nampan itu dari tangan Caine. "Ya kali aku ngelewatin kombo paling indah di dunia ini, rugi banget." ucapnya sambil berjalan menaiki anak tangga lebih dulu.

Caine tertawa kecil di belakang sana, "Kombo apa emangnya yang paling indah?"

"Sunset and you."

Dan suara apapun tak terdengar lagi dari Caine, si surai merah terlalu sibuk untuk menenangkan detak jantungnya yang tak beraturan.

Dan, sekarang keduanya sudah berada di balkon kamar milik Caine. Rion baru sadar bahwa di balkon milik temannya ini ada dua bangku dan meja kecil di tengahnya.

Lagu ‘Sunset With You’ hasil kolaborasi Cliff dengan Yden diputar dari handphone milik Caine, volumenya tak terlalu besar agar keduanya masih tetap bisa mendengarkan suara satu sama lain saat sedang berbincang.

"Kamu tahu nggak kenapa aku mutusin buat bawa bunga lili putih?" pertanyaan itu Rion lemparkan secara tiba-tiba.

Caine menoleh ke arahnya, lalu menggeleng pelan. Menatap penuh penasaran ke arah Rion, lucu sekali. Rion memutuskan tatapan mereka terlebih dahulu, tak kuat beradu tatap terlalu lama dengan Caine.

"Because it make me think of you."

Rion bisa melihat mata Caine yang melebar dan berkilat di bawah bulu matanya yang panjang dan lentik, seolah terpana dan tak bisa berkata. Ia yakin Caine tahu apa arti dari bunga lili putih, dan itu membuat Rion tersenyum tipis. Kemudian mengalihkan pandangannya lagi ke arah langit senja yang sekarang seolah ikut merona malu karena sedaritadi memperhatikan mereka.

White lily — faith, rebirth, purity, beauty.

His lily, his precious lily.

TBC

so sorry for the late update, hope you guys still enjoy it! (udah lama ga nulis huhuu t___t)

One Year to Love You || RioncaineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang