6. Curhat Dong Mah

859 131 3
                                    

Rion menghisap rokoknya dengan pelan, kepalanya belakangan ini berkecamuk. Ia merasa cukup terganggu akan keberadaan Amy di sekitar Caine, meskipun tak satu kelas, keduanya sangat sering berkontakan. Sudah seminggu ini Cainenya terus-terusan di monopoli oleh perempuan dengan rambut pirang itu.

Bahkan Caine sempat menolak tawaran Rion untuk pulang bersama lantaran Amy lebih dulu mengajaknya, jujur saja Rion ingin bertanya apa hubungan mereka sebenarnya. Tapi ia takut Caine merasa risih karena tingkahnya, apalagi hubungan mereka masih belum jelas saat ini.

Pintu kamarnya dibuka, “Buset galau amat itu muka Yon, kaya lagi putus cinta aja lu.” celetuk Marcel melihat keadaannya sekarang.

Suara lelaki lain terdengar, “Caine lagi, kah?” Rion menoleh untuk mengetahui siapa yang menanyakan hal itu, Imbot ternyata.

Rion menghela nafas gusar dan mengangguk, Marcel dan Imbot langsung bertatapan karenanya. Lalu mereka mendekati Rion dan ikut duduk di sebelah lelaki yang paling muda.

“Mau curhat nggak? Lagi siap menjadi pendengar nih gue.” ujar Marcel dengan maksud bercanda.

Rion hanya diam, tak bergeming dengan candaan yang dikeluarkan oleh kakak laki-lakinya itu, namun ia akhirnya mengangguk pelan. Tiba-tiba Imbot terkekeh pelan tanpa sebab, sepertinya ada rencana aneh yang terlewat dipikirannya.

“Boleh kalau mau curhat, Yon. Tapi sebutin passwordnya dulu.” ucap Imbot yang menghasilkan reaksi berbeda dari dua kakak adik di hadapannya.

Rion langsung menatapnya dengan masam, sedangkan Marcel terlihat kebingungan. Wajar jika mengingat Marcel yang merupakan perantau.

“Seriusan lu Mbot? Harus banget gue nyebut passwordnya sekarang?” tanya Rion tak habis pikir.

Tawa Imbot terlepas begitu saja karenanya, namun lelaki itu juga mengangguk. “Iya, kaya biasa lu mau curhat ke gue aja. Ayo sebutin passwordnya.” pinta Imbot tak sabar.

“Password apa nih anjir? Gue ketinggalan apaan?” tanya Marcel yang masih kebingungan.

Rion dan Imbot kompak mengabaikan pertanyaan pemuda itu, sementara Rion menghela nafasnya beberapa kali, Imbot masih tertawa kecil ditempatnya.

“Curhat dong, Mbot.” ucap Rion tiba-tiba, lengkap pula dengan nada yang khas dari suatu acara di televisi.

Imbot kembali tertawa tanpanya, kemudian ia mengacungkan ibu jarinya kepada Rion sambil menyeka air matanya yang sedikit keluar. Sementara Marcel yang baru menyadari apa maksud Imbot dengan password akhirnya ikut tertawa juga.

“Udah elah anjing, ini jadi kaga dengerin gue curhat?” tanya Rion dengan alis yang menukik, menandakan bahwa si empunya sedang kesal sekarang.

Imbot berusaha meredakan tawanya sambil memegangi perutnya, lalu ia mengangguk dan memberi gestur ke Rion untuk mulai bercerita. Marcel dan Imbot memperhatikan tiap perkataan Rion dengan seksama, membiarkan si surai ungu menyelesaikan ceritanya terlebih dahulu.

“Jadi lo cemburu karena Caine lebih sering ngehabisin waktu sama si Amy Amy itu?” Tanya Imbot sekali lagi, yang hanya dibalas anggukan oleh Rion.

“Tapi ya wajar aja kali Yon si Caine sama Amy deket, mungkin aja emang Amy nya belum nemu temen jadi maunya sama Caine terus.” celetuk Marcel mengeluarkan pendapatnya.

“Ya masa Cainenya mau terus-terusan digangguin sama Amy, Cel.” keluh Rion.

Namun Marcel malah mencubit mulut Rion, “Cel Cal Cel Cal Cel, gue abangan lu ya anjing. Gue cabein juga nih mulut.” ungkapnya dengan sebal.

Sedangkan Imbot menatap keduanya dengan jijik, “Jorok puki.” setelahnya Marcel langsung melepaskan cubitannya dari mulut Rion.

“Lagian nih ya Yon, lu tau darimana si Caine ngerasa terganggu sama Amy? Nanya hubungan mereka sebenernya apa aja lu kaga berani.” ejek Marcel ke adik laki-lakinya itu.

“Ya gini nih efek hubungan belum jelas, tapi cemburunya melewati batas.” tambah Imbot, yang membuat suasana hati Rion makin memburuk.

“Tai lah, gue curhat minta solusi malah di ejek.  Minggat lu semua minggat!” usir Rion pada keduanya.

“Kalau mau solusi, sini passwordnya dulu.” celetuk Marcel secara tiba-tiba, “Passwordnya sama kaya yang Imbot tadi, beda belakangnya aja.” tambahnya lagi.

Rion yang mendengarnya berkacak pinggang, “Babi, siap jadi pendengar tapi jadi pendengarnya kaga niat anjing. Minta solusi doang harus ada passwordnya.”

Imbot berdehem, berusaha menetralkan kembali suaranya setelah tertawa. “Tapi ya, yang gue bilang sama Marcel tadi nggak salah. Emang harusnya lu perjelas dulu status lu sama Caine, baru punya hak buat ngerasa cemburu.” ungkap Imbot sambil menatap serius ke arah Rion.

Marcel mengangguk setuju dengan ucapan sepupunya itu, “Kalau cuma atas dasar suka sama suka ya nggak nyambung lah, kan salah satu dari lu berdua bisa aja lost interest atau gimana gitu. Tapi kalau lu berani tanya langsung ya bisa aja, resiko Caine ngerasa risih mah belakangan.” jelasnya dengan panjang lebar.

“Kalau nggak, coba tanya-tanya soal Amy ke anak kelas lain atau anak kelas lu. Siapa tau ada yang kenal atau tau info soal si Amy?” usul Imbot.

Rion yang sedaritadi mendengarkan ocehan mereka dalam diam akhirnya hanya mengangguk pelan, “Nanti... Gue pikir-pikir lagi deh.” ucapnya dengan suara lirih.

Marcel tersenyum, ia mengusak pelan rambut ungu milik adiknya. “Hadeh, udah gede aja adek gue. Udah bisa cinta-cintaan.” celetuknya berlagak terharu.

Imbot yang melihatnya tergelak, “Tai, gue malah jadi saksi reuni antara adik dan kakak.”

Marcel beranjak dari duduknya, begitu juga dengan Imbot. “Dah ah, gue sama Imbot mau cabut dulu. Pikiran omongan kita tadi baik-baik ye, gue yakin Caine juga kaga mau ngeribetin lu.” ungkapnya lagi.

Imbot berjalan keluar lebih dulu, menarik badan Marcel dan merangkulnya sambil berjalan ke lantai bawah.

“Ntar gue buat podcast kali ya, CMB namanya.”

Marcel menoleh ke arahnya, “Apaan tuh CMB?” tanya pemuda itu dengan penasaran.

“Curhat dong Mbot.” jawab pemuda itu dengan cengiran di akhir.

Marcel langsung tergelak karenanya, “Bajingan, ada aja omongan lo.” ia menarik nafas dahulu, “Tapi boleh juga sih, ntar gue jadi co-host nya.”

Dua anak adam itu akhirnya terlarut dengan pembicaraan tanpa arah yang bisa bergerak kemana saja, memilih untuk membiarkan Rion berkutat dengan pikirannya sendirian di kamar miliknya.

TBC

jujur saya sebagai author kadang pengen nulis ketawa di narasi jadi "awkaowkakkwaowo" atau ngga "wkwkwkwk" karna berasa lebih gampang 😔😔 tapi gaboleh, bakal merusak penulisan + bukan style writing aku t___t

One Year to Love You || RioncaineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang