🌻19🌻

1.2K 131 28
                                    

Salma benar-benar dibuat mematung saat melihat layar monitor yang menampilkan Liana dengan tubuh telanjangnya, tak hanya Salma yang dibuat mematung Nabila, Paul dan juga Daniel pun tak kalah mematung, mereka benar-benar tak menyangka Liana akan senekat itu.

Tak bisa Salma pungkiri ada rasa tak terima melihat wanita itu tanpa malu menyerahkan tubuhnya pada sang suami, bahkan Salma tak bisa menyembunyikan rasa sesak didadanya yang membuatnya tak kuasa menahan air mata. Tapi apa boleh buat menghampiri suaminya dan menggampar Liana tak akan menyelesaikan masalah, yang ada hanya akan menambah masalah baru.

"Aku mau pulang aja Bang." Tegas Salma dengan air mata yang sudah membasahi kedua pipinya.

Paul yang mengerti hal ini pasti menyakitkan untuk adiknya membuatnya langsung memeluk Salma.

"Harusnya dari awal aku nurut sama Mas Rony untuk tetap dirumah." Racau Salma dalam tangisannya dipelukan Paul.

Jujur saja Paul pun bingung harus menenangkan adeknya ini seperti apa, sebab Paul sadar tak ada istri manapun yang tak terluka melihat suaminya digoda perempuan lain didepan matanya.

"Rony benar-benar cogil, dia sayang sama lo Sal, sedikitpun dia enggak tergoda sama Liana." Ujar Daniel yang tengah fokus memperhatikan layar monitor.

Ucapan Daniel membuat Salma melepaskan pelukan Paul dan menatap layar monitor.

Dapat terlihat jelas pada layar monitor dimana Rony dengan sigap menarik selimut dan menutupi tubuh Liana tanpa menatapnya.

Melihat sikap tegas Rony yang tak tergoda pada Liana membuat Salma tertegun, dan merasa berdosa pada sang suami, bukankah tadi ia berkata akan percaya pada suaminya, bisa-bisanya ia berpikir yang tidak-tidak terhadap suaminya.

"Maafin Mami ya nak udah berprasangka buruk sama Papi kamu." Batin Salma sembari mengusap perutnya.

"Jadi tetap mau pulang apa tetap disini sampai Kak Rony kembali?" Tanya Nabila sembari mengenggam tangan sahabatnya itu.

"Masih bolehkan aku disini?" Tanya Salma

"Tentu boleh, asal tetap ingat peraturan enggak boleh bawa perasaan, sekali lagi pakai acara minta pulang lah, nangis lah, enggak pakai banyak omong langsung gue bawa pulang." Tegas Paul

"Sayang udah dong jangan dimarahin, adik kamu lagi hamil juga masih aja dimarahin." Ucap Nabila

"Tau tuh Nab, kasih tau tuh calon suami lo." Ucap Salma sembari beranjak duduk kembali yang membuat Paul menggelengkan kepala.

Usai dengan urusan Salma, kini Paul kembali fokus pada layar monitor untuk memperhatikan pergerakan Liana dan dan Rony.

Sementara itu didalam kamar yang tadinya terasa panas dengan situasi yang sedikit mencekam kini berubah menjadi kamar yang penuh dengan tangisan.

Iya, Liana menangis dan luluh dilantai saat Rony dengan sigap menutup tubuh telanjang dengan selimut yang ada di ranjang.

Disaat orang lain ingin menikmati tubuhnya Rony yang ia beri mentah-mentah dengan sukarela tak sedikitpun mau menyentuhnya, membuat Liana merasa menjadi manusia paling hina.

"Sehina itukah diriku di matamu hingga kau tak mau membantuku melupakannya Ron." Ucap Liana

"Kenapa kau bersikeras melupakannya, padahal tak sedetik pun ia pernah melupakanmu Liana." Ujar Rony

"Bahkan semua tentangmu masih ia simpan dengan rapi." Ucap Rony sembari mengambil box milik Juan yang ia bawa tadi.

"Apa ini?" Tanya Liana saat Rony menyodorkan sebuah box pada Liana.

DAMAINA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang