Eighteen

42 8 0
                                    

"Apa ini?"

"Tiket ekslusif turnamen"

"Aku tidak mengerti basket, Winter"

"Ayolah, Hime... Ini pertandingan final ku"

"Tidak, lebih baik aku mengerjakan tugas seni murni ku. Kau juga harus menyelesaikan nya, bukan?" Ujar Utahime

"Aku sudah minta izin untuk mengumpulkan setelah turnamen. Jadi datang, ya? Aku membutuhkan support"

"Aku akan mensupport mu dari jauh, lagipula aku yakin kau akan menang"

Winter menghela nafasnya lalu memasukkan tiket yang ia pegang kedalam saku celananya dan pergi dari hadapan Utahime tanpa mengucap satu kata.

Hari turnamen telah tiba. Suasana pagi yang biasanya tenang kini berubah menjadi hiruk-pikuk dengan antusiasme yang membara. Di lapangan, para peserta terlihat sibuk melakukan pemanasan, berkumpul dalam kelompok dan saling memberikan semangat. Penonton mulai berdatangan, memenuhi tribun dengan wajah penuh harap dan dukungan untuk tim kesayangan mereka.

Bendera dan spanduk warna-warni berkibar di sepanjang tepi lapangan, menambah semarak suasana. Suara riuh rendah obrolan dan tawa bercampur dengan gemuruh sorakan, menciptakan atmosfir yang hidup dan penuh energi. Sementara itu, aroma makanan dari kios-kios penjual menggelitik hidung, menambah rasa nostalgia pada hari yang dinanti-nantikan ini.

"Hei, jangan paksakan dirimu" ucap Liam

"Kau tenang saja, aku tidak apa-apa" sahut Winter sedang memakai perekat pada area lutut nya

"Aku hanya mengingatkan, dokter Rascal bilang cedera mu cukup serius.."

Winter tidak menanggapi ucapan temannya itu ia masih sibuk dengan apa yang ia lakukan.

"Sebenarnya hari itu kau kenapa? Bukankah kau seharusnya senang karena Utahime akan datang melihat mu?" Tanya Liam heran

"Berhenti bicara dan bersiap, Liam" ucap Winter langsung pergi menemui pelatih

Liam hanya menggelengkan kepalanya.

"Hari ini adalah hari yang kita tunggu-tunggu. Selamat datang di final turnamen basket yang spektakuler!"

Suara komentator menggelegar ke seluruh stadion, di iringi oleh sorak sorai penonton yang hadir saat kedua tim masuk kedalam lapangan.

Iris abu-abu Winter menjelajah setiap tribun, berharap perempuan itu datang meskipun kecil kemungkinannya. Winter tidak menghubungi atau menemui Utahime lagi sejak dimana Utahime menolak untuk datang ke turnamen. Namun ia menangkap manik mata berwarna biru sedang terduduk diatas sana sembari menyilangkan satu kakinya.

"Mari kita berikan tepuk tangan yang meriah untuk kedua tim yang telah memberikan segalanya untuk sampai ke sini! Jangan lupa, tunjukkan semangat sportif dan dukungan kalian untuk kedua tim!"

Pertandingan pun dimulai, Winter berdiri di tengah lingkaran untuk melakukan jump ball, kedua pemain yang berhadapan harus melompat dan harus mengoper atau memukul bola kearah teman dan tidak boleh di tangkap.

Wasit telah melambungkan bola mencapai titik tertinggi, keduanya loncat dan Winter berhasil mengoper kepada teman nya lalu melakukan serangan. Sebelum Winter ikut serta, ia tersenyum remeh ke arah lawan nya itu.

Tim Neon Knight yang dipimpin oleh Winter berhasil mencetak tiga poin dalam serangan pertama mereka. Tim Cyber tidak tinggal diam, mereka juga langsung melakukan serangan balik. Mereka kesulitan untuk menembus pertahanan dari tim Neon Knight, tim itu dijuluki sebagai tim baja karena semua para pemainnya bertubuh besar dan atletis. Menghadapi nya tidak bisa menggunakan teknik biasa, hingga babak kedua tim Cyber tertinggal limapuluh poin.

Second Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang