nona manis 27 Juli

71 15 4
                                    

Dirgantara hari ini bermula oleh segaris senyum yang merekah, jam dinding yang baru melangkahkan jarum pada angka 4 pagi, juga seutas kalimat sederhana namun sakti membuat hati berdentum keras. Gelembung berisi kalimat Kasera berulang tahun hari ini, berhasil menguras habis persoalan rumit yang berenang-renang pada kepalanya. Sajiwa tidak pernah se-menyala ini hanya karena peringatan hari ulang tahun dari facebook, pun tidak pernah merangkai agenda perayaan ulang tahun dalam kepalanya.

Sekarang Sajiwa mengerti sudah. Kasera untuknya berarti sebuah sederhana yang sempurna.

Surai sepekat malam yang Nilaya jumpai lewat jendela bus, membuatnya mengangkat tangan seraya berpesan pada seorang pria 60 tahunan di depan sana,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Surai sepekat malam yang Nilaya jumpai lewat jendela bus, membuatnya mengangkat tangan seraya berpesan pada seorang pria 60 tahunan di depan sana,

"Pak! Tunggu sebentar!"

Si manis Kasera merangsek masuk manakala nafasnya sibuk ditata kembali. Nilaya sedikit bertanya-tanya. Seorang Kasera Paradista semestinya sedang diagung-agungkan oleh Najingga, dibawa berkeliling kota sambil ia puja-puja sebab ini peringatan ke-18 tahun dirinya menempati bumi. Tahun-tahun sebelumnya, gambaran seperti itu yang ditatap Nilaya tiap kali tanggal 27 Juli tiba. Jadi, kenapa anak ini malah menumpang bus alih-alih terduduk manis dengan sepeda motor sekeren Brian?

"Kamu berantem? Sama Najingga?" Tanda tanyanya melanting bahkan sebelum Kasera bersinggah pada kursi di samping Nilaya.

"Sebentar, Kak." Tangan kanannya menginterupsi manakala kepalanya bersandar sembari memejamkan mata. "Aku udah minta maaf kemarin. Aku kira dia udah nggak ngambek lagi, ternyata masih."

Nilaya mengangkat alisnya. "Masalahnya seserius itu? Sebelum-sebelumnya dia selalu minta maaf sebesar apapun penyakit ngambeknya kalau ulang tahunmu udah dekat. Kali ini nggak? Ngambeknya naik level?"

Sekotak sandwich yang direncanakan untuk sarapan pagi bersama-sama terakhir kali, tidak sampai dinikmati Nilaya teriring dengan cakap-cakap dengan Kasera atau Najingga. Kemarin, Kasera pamit selepas memberi sandwich miliknya Nilaya tanpa sempat mendongeng perihal Najingga yang merengut kecut.

"Sebenarnya kemarin waktu beli sandwich, ada kejadian lumayan serius buat Najingga."

Roda-roda bus mulai menggelinding dan Nilaya siap membuka mata sekalipun sampai mengering semata-mata untuk tidak melewatkan sepatah kata pun dari ceritanya Kasera hari ini.

"Aku ketemu Kak Jiwa," Kasera menarik nafas, "tapi sama teman-temannya. Mereka lagi diskusi kelompok di sana. Karena tokonya lumayan ramai, jadi Najingga ngantre sebelum kelamaan nunggu ditanya pesanan sama pelayannya. Terus temannya Kak Jiwa datang, duduk di depanku, Kak Jiwa juga ikut."

Nilaya sudah sempurna mengubah posisi duduknya terpusat sepenuhnya untuk Kasera, pun bersama atensinya yang tak akan surut.

"Sejujurnya aku agak nggak nyaman sama temannya. Mungkin dia bercanda kayak Kak Bumi waktu itu, tapi nggak tahu kenapa aku sedikit risih. Kak Jiwa tahu itu, dia minta temannya pergi tapi masih tetap duduk di sana. Dia sampai mau pegang tanganku tapi..."

Until You Smell Like MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang