jangan usai dulu, aku masih mau kamu

84 27 4
                                    

Selamat untuk Asmaradana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat untuk Asmaradana. Terhitung sejak hari ini, kedai kopi yang dikunjungi Kasera untuk kali keduanya, sudah dinobatkan menduduki tahta kedua menyangkut hal-hal yang digemari Kasera-tahta pertama sudah pasti untuk Sajiwa. Kunjungannya kali ini bukan demi Sajiwa. Semburat jingga malu-malu subuh tadi tidak menyaksikan adanya janji temu lain antara Kasera dan Sajiwa. Lantas untuk apa Kasera duduk tanpa teman seperti ini? Semata-mata untuk secangkir kopi karamelnya Asmaradana.

"Diaduk dulu, karamelnya ngumpul di bawah."

Pias bayangnya pada gelombang tenang pekatnya kopi seakan ikut memantulkan senyumnya. Dipikir sampai sejuta kali pun, kalimat dari Sajiwa hari itu amat sederhana. Ajaibnya, sampai sekarang, hatinya Kasera rutin berdesir tiap kali suaranya Sajiwa datang menggema dalam benaknya.

Kepalanya menunduk yang lalu membawa pula helai-helai surainya untuk ikut terjuntai. Jemarinya yang mengapit pena, terangkat naik untuk menyelipkan surainya ke belakang telinga. Huruf A mungil baru saja menggores kertas ketika sesuatu bertamu dengan ketuk pelan pada mejanya Kasera.

Barangkali Asmaradana menawarkan diri untuk melatari setiap episode romansanya Kasera dan Sajiwa, makanya ia jumpai sang pemuda yang tiba dengan tipis senyumnya. Kepalanya mendongak, matanya tak mengerjap. Hanya karena tingkah sepele yang diperbuat Kasera, Sajiwa hampir tertawa.

"Kak Jiwa bukannya nggak suka ko....pi?" Sudah berkata begitu pun (kendati volumenya kian melirih), Kasera masih saja membulat. Seolah-olah bila matanya mengerjap meski barang sekali, Sajiwa akan melebur serupa debu yang ditiup angin sore.

"Iya," tangan kanannya menarik kursi di seberangnya Kasera selagi tangan kirinya menyimpan bingkisan di atas meja, "itu punya Ayah."

Kasera mengangguk sambil tersenyum kecil lantas segera mengemas bukunya.

"Kenapa sendirian?"

"Ah," sebentar, Kasera menerka-nerka. Sekarang ini, di matanya Sajiwa, seorang Kasera pasti nampak nelangsa sebab luntang-lantung begini tanpa seorang teman. "Pengin aja." Kemudian dia meringis kecil.

"Nggak bareng Nilaya?"

Kasera bergeming. Biasanya perasaannya tidak rumit begini, pun semestinya ia baik-baik saja. Tapi entah tumbuh darimana, Kasera merasa sedikit mencelos.

"Kak Jiwa ingat namanya?"

Hanya karena seorang Nilaya juga melekat pada memorinya Sajiwa.

Sang pemuda mengangguk samar. "Aku juga ingat nama lengkapmu," dengan begitu, Kasera sedikit ceria kembali. "Kasera Paradista."

Kepalanya jatuh menunduk. Rabu sore ini kedatangan rintik halus diluar sana. Seiring bertambah derasnya hujan hari ini, Kasera tersipu secara ugal-ugalan. Pipinya menyemburat merah bersama birai yang digigit kecil agar senyumnya terus dirahasiakan dari Sajiwa. Padahal tidak manjur. Sajiwa menoleh, membuang pandangnya namun kabar buruknya, senyumnya masih tak tertahankan.

Until You Smell Like MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang