•
•
•
•
•
•
_______________________
Harry duduk sendirian di ruang kerja Draco yang remang-remang. Bahunya membungkuk dan tangannya gemetar hebat. Dia tidak benar-benar yakin sudah berapa lama dia duduk di sana dengan surat-surat Draco berserakan di pangkuannya. Tatapannya tertuju pada tulisan tangan kursif yang anggun yang menyampaikan perasaan begitu mentah dan tidak terjaga sehingga dia tidak bisa memahaminya.Waktu berlalu tanpa henti, dan ruangan di sekelilingnya terasa semakin sempit saat dia duduk tak bergerak. Matanya berkaca-kaca, dadanya sesak karena rasa tanggung jawab, penyesalan, dan rasa bersalah yang mendalam dan menghancurkan.
Beberapa jam yang lalu ketika dia pertama kali memasuki ruang kerja, dia memusatkan perhatiannya pada laci. Jari-jarinya membuka isinya dengan tidak sabar. Dia membaca dan membaca surat-surat itu berulang-ulang sampai beban kata-kata Draco dan harapannya yang hancur mencengkram jantungnya keras sedemikian rupa.
Jantungnya menjadi sedingin es, rasa dingin yang membekukan merembes ke dalam dadanya seperti infeksi. Matanya, yang tadinya melebar karena kesedihan, kini kehilangan fokus. Ruangan itu sendiri sepertinya menyerap sisa-sisa keterkejutannya, udara menebal saat rasa bersalah mengukir kekosongan di dalam jiwanya.
Pada saat dia muncul kembali dari jurang keputusasaan yang dia alami, tengah malam telah menyelimuti dunia di sekelilingnya. Menelan keras-keras, dia dengan hati-hati meletakkan surat-surat itu di atas meja dan bangkit menatap ruang kerja dengan tatapan kosong.
Penyesalan melekat padanya seperti jubah tebal, dan berbagai skenario buruk menghantuinya tanpa ampun saat dia mengambil langkah maju dengan bingung, mengamati ruang kerja Draco dengan kaku.
Cukup rapi, kecuali bekas debu di sana-sini yang menumpuk selama koma. Aroma terpentin, perkamen tua, dan berbagai jenis cat masih tercium di udara.
Di salah satu sisi ruangan, sebuah meja panjang bersandar pada dinding, penuh dengan kuali tua yang kotor dengan retakan yang tak terhitung jumlahnya di permukaannya. Beberapa bahan ramuan, buku teks, dan peralatan berserakan di dekatnya, menunggu untuk digunakan.
Diam-diam Harry mendekati meja dan menatap kuali yang rusak. Saat tangannya menyentuh tepian yang lebar, rasa sakit yang berongga menetap jauh di dalam dirinya.
Sebuah kursi kayu kecil dan meja usang yang penuh dengan berbagai macam kuas, tabung warna, palet berantakan, dan perlengkapan seni lainnya menempati bagian tengah ruangan. Cangkir kopi kosong dan bak besar berisi cat juga dijejali di tepi meja kecil. Percikan cat kecil menghiasi lantai, dan tatapan Harry mengikuti mereka dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Needs Dady's Help [Harco]
FanficKehidupan Harry sepenuhnya berkisar pada pekerjaan akhir-akhir ini, dan dia sangat asyik dengan pekerjaan itu. Setidaknya sampai sebuah panggilan darurat dari Ron tiba-tiba mengubah dunianya menjadi terbalik. Rupanya, seorang gadis berusia empat tah...