8: Orang Penting Gracia

835 75 9
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
### Masa Lalu Gito dan Gracia

Gito pertama kali bertemu Gracia di sebuah kafe kecil di sudut kota, tempat yang ramai dengan mahasiswa dan pekerja kantoran yang mencari tempat santai. Gito saat itu sedang mencari pekerjaan part-time untuk membantu biaya kuliahnya. Dia mendengar tentang lowongan di kafe tersebut dan memutuskan untuk mencoba peruntungannya.

Ketika Gito masuk ke kafe, suasananya terasa nyaman dengan dekorasi vintage dan aroma kopi yang menggoda. Di balik meja kasir, Gracia, seorang gadis muda dengan senyuman hangat, sedang melayani pelanggan. Matanya berbinar ketika melihat Gito yang tampak sedikit canggung.

"Selamat datang! Ada yang bisa saya bantu?" sapa Gracia dengan ramah.

Gito tersenyum gugup. "Saya dengar ada lowongan part-time di sini. Saya tertarik untuk melamar."

Gracia mengangguk dan mempersilakan Gito untuk duduk. Mereka berbincang sebentar, dan Gracia terkesan dengan kejujuran serta ketulusan Gito. Meskipun tidak banyak bicara, Gito menunjukkan sikap yang sopan dan penuh semangat. Setelah beberapa pertanyaan, Gracia memutuskan untuk memberi Gito kesempatan.

"Selamat bergabung, Gito. Mulai besok, kamu bisa langsung bekerja," kata Gracia sambil tersenyum.

Gito mengucapkan terima kasih dan pergi dengan perasaan lega. Keesokan harinya, Gito mulai bekerja. Ternyata, Gito adalah pekerja keras dan cepat belajar. Dia segera akrab dengan suasana kafe dan tugas-tugasnya. Gracia senang melihat Gito beradaptasi dengan cepat dan bekerja dengan tekun.

Beberapa minggu berlalu, dan hubungan kerja antara Gito dan Gracia semakin erat. Meski Gito tidak banyak bicara, setiap kali Gracia membutuhkan bantuan, Gito selalu siap membantu dengan cepat dan efisien. Misalnya, saat mesin kopi mengalami masalah, Gito yang cerdas dan teliti berhasil memperbaikinya dengan sedikit bimbingan dari Gracia. Atau ketika ada pelanggan yang marah karena pesanan terlambat, Gito dengan tenang dan sopan menenangkan situasi, membuat pelanggan kembali tersenyum.

Sikap tenang dan bijaksana Gito membuat Gracia merasa nyaman dan terkesan. Dia mulai melihat Gito bukan hanya sebagai rekan kerja, tetapi sebagai seseorang yang istimewa. Pada suatu malam yang sibuk, ketika kafe hampir penuh, Gracia merasa kewalahan. Gito, yang selalu memperhatikan, dengan sigap membantu Gracia mengatur pesanan dan menyajikan minuman. Pada saat itu, Gracia menyadari bahwa dia memiliki perasaan khusus untuk Gito.

Namun, Gracia menyimpan perasaannya dalam hati. Dia tidak ingin mengganggu hubungan profesional mereka atau membuat Gito merasa tidak nyaman. Tetapi setiap kali Gito membantunya, hati Gracia semakin yakin bahwa dia menyukai Gito lebih dari sekadar teman atau rekan kerja.

Suatu hari, ketika mereka sedang beristirahat di sudut kafe yang sepi, Gracia memberanikan diri untuk berbicara tentang hal lain selain pekerjaan.

"Gito, kamu tahu nggak? Aku merasa sangat terbantu setiap kali kamu ada di sini. Terima kasih, ya," kata Gracia dengan senyum tulus.

Gito tersenyum tipis dan mengangguk. "Sama-sama, Gracia. Aku senang bisa membantu."

Gracia merasa ada sesuatu yang hangat dalam jawaban Gito. Dia tidak banyak bicara, tetapi setiap kata yang diucapkan selalu tulus. Sejak saat itu, Gracia semakin memperhatikan Gito. Dia mulai mengundangnya untuk makan siang bersama atau sekadar berbincang ringan setelah jam kerja.

Melalui momen-momen sederhana itulah, Gracia semakin menyukai Gito. Bukan hanya karena bantuan kecilnya atau sikap tenangnya, tetapi karena Gito adalah sosok yang selalu ada ketika dia membutuhkannya, tanpa banyak kata-kata. Gracia menyadari bahwa dia jatuh cinta pada Gito, dan meskipun Gito mungkin belum menyadarinya, dia berharap suatu hari nanti Gito akan merasakan hal yang sama.

CERITA DIBALIK KONTRAK (GITSHAN) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang