4 Sejoli Nakal

89 12 7
                                    

Setelah kejadian malam itu, rasanya Katherine udah engga punya muka lagi di depan Harsa. Sudah terhitung 1 minggu pula Katherine terus terusan menghindari Harsa. Ia pun masih sedikit kesal dan mendiami Denara Denara karena kejadian itu. Huh, sukurin tuh Denara, gue kacangin, emang enak??

Lain Katherine, lain pula Harsa. Pria itu nampak tenang saat tak sengaja berpapasan dengan Katherine, dan malah menyapa seperti tidak terjadi apa-apa. Tapi kita sebagai sesama perempuan pasti tau rasanya jadi Katherine. Sudah susah payah menutupi perasaannya, sudah susah payah juga menyangkal bahwa Ia memiliki perasaan untuk lelaki tengil itu, tapi dengan seenak jidat ada yang membuatnya tersadar akan semua yang ia tutupi itu. Tapi dibalik itu semua kan maksud Denara baik. Tapi memang sedikit salah caranya. Tapi ya sudahlah, sudah kejadian juga.

˚₊‧꒰ა ☆ ໒꒱ ‧₊˚

Entah mengapa rasanya hari ini terasa membosankan dan sedikit menyebalkan bagi Katherine. Sudah kesiangan, ditagihin uang kas, dan sekarang malah disuruh mengerjakan 65 soal yang Ia merasa tidak pernah mempelajarinya. Tengok kanan, tengok kiri. Oh lihatlah semua teman temannya yang sibuk mengerjakan itu semua. Bahkan Denara pun sedang asyik berhitung menggunakan kalkulator biru langitnya itu.

Mendengus kasar, Ia lantas beranjak dari tempat duduknya. "Hel, izin ke kamar mandi ya. Ada kesibukan yang harus gue lakuin, kalau lo mau tau kesibukan apa yang gue lakuin, ikut aja yuk hel" ucapnya sembrono. "Lo aja deh Kath, gue mau selesain tugas" Rahel ini selain menjabat sebagai Ketua kelas, Rahel juga terkenal dengan sisi disiplinnya. Jadi ga heran deh kalau ajakan Katherine di tolak mentah mentah.

Opsi terakhir ya cuma Denara. Siapa lagi orang yang mau nemenin dia berbuat nakal seperti ini. Iya, Katherine engga beneran kebelet, dia butuh udara di luar. "Nar, cabs skuy" ujarnya lantang. Katherine, lihatlah sekelilingmu, semua orang yang tadinya sibuk dengan pekerjaan masing masing lantas menoleh serempak kearah nya. Bibir kurang ajarnya mengeluarkan kata yang tak pernah akan disangka-sangka, "Se famous dan sekeren itu ya gue sampai kalian noleh gitu".

Dengan rasa ingin menjambak, Denara lantas menarik Katherine keluar kelas. Kalau dibiarkan terlalu lama, level halusinasi Katherine akan semakin bertambah. Bisa gawat kalau dia terus-terusan berhalusinasi.

Sekali hirup, dua kali hirup, tiga kali hirup, Katherine akhirnya menghela nafas panjang. "Seberat ini ya ternyata hidup" "Jplk dan teman teman, buku besar, para jurnal lain nya, berat banget hidup" lanjutnya mengeluh. Denara lantas melayangkan tinjuan tipis pada lengan Katherine. Ia berpikir otak Katherine sedikit geser berkat ulah nya dan Harsa hari itu. Tapi menurutnya, Katherine yang seperti ini jangan terlalu ditanggapi, makin lama keluhannya seperti berkonsultasi pada psikiater.

Tawa menggelegar terdengar dari ujung koridor. Baju olahraga yang asal-asalan, sepatu yang entah dimana keberadaannya, dan jangan lupakan baju yang penuh keringat itu. Iya, itu Harsa yang habis olahraga. Begitu melihat Harsa yang tengah berjalan di koridor, Katherine hendak melangkahkan kaki nya pergi dari tempat itu. Namun sayang seribu sayang, tangan mungilnya begitu cepat diraih Harsa. Tolong beri apresiasi untuk Harsa yang rela berlari sekencang kilat demi menahan tangan sang pujaan hati.

"Kan aku kemarin bilang mau ngobrol berdua, kamu kabur kaburan terus sih. Ayo ngobrol dulu, nanti aku lepasin deh tangannya. Denara juga kalau mau balik ke kelas sok weh, nanti Katherine dianterin ke kelas dengan selamat sentosa" jelas Harsa panjang lebar. Tanpa melepaskan genggaman tangannya, Harsa kembali mendekat.

"Ngobrolnya pulang sekolah aja ya, ini soalnya izin nya cuma ke toilet" jawab Katherine sembari melepaskan genggaman tangan kedua nya. Tanpa berpamitan Ia segera melangkahkan kaki jenjang nya yang indah itu untuk kembali ke kelas.

Harsaa!! | Haechan-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang