Halo Pacar!

85 11 9
                                    

Masih di hari yang sama, dengan perasaan canggung yang sama. Sudah terhitung 10 menit Harsa dan Katherine saling berdiam diri seakan enggan mengeluarkan suara. Kedua nya larut dalam pikiran masing masing. Beberapa kali hembusan nafas kasar yang ditumbulkan Katherine membuat Harsa terkejut saking sunyi nya.

Menghela nafas yang entah keberapa kali akhirnya Katherine memberanikan diri memulai obrolan. "Sebenernya ngajak ketemu tuh mau ngapain sih? Kalau cuma mau diem diem gini mending pulang aja deh". Dengan raut terkejut Harsa menggenggam tangan Katherine erat, isyarat agar tidak lekas beranjak, "Eh iya maaf maaf. Aku sebenernya mau tau aja sih, omongan kamu malam itu beneran?" ucapnya sembari memberanikan diri menatap siluet hazel milik Katherine. Sang empu yang sedang ditatap merasa sedikit terganggu sebab merasa hangat yang menjalar pada pipinya. Entah kedua nya sadar atau tidak, pipi merah merona Katherine menjadi bukti perasaan nya untuk lelaki dengan bahu lebar didepan nya ini.

"Menurut kamu, aku tipe orang yang suka main main sama perasaan ya?" balas Katherine dengan sedikit menaikan nada. Hei Harsa, asal kamu tau ya, tidak pernah sedikitpun hati Katherine berdetak santai saat Ia dan Harsa sedang bersama. "Maksudku engga begitu, aku cuma mau denger dari kamu langsung" "Kamu mau denger apa memangnya?" alis tipis Katherine dibuat sedikit mengangkat sebagai tanda Ia sedang kebingungan. Oh ayolah, Katherine gini gini juga punya gengsi, Tolong mengerti ya Harsa!

"Ya aku mau denger kamu ngomong— oh begini aja deh, Katherine aku suka sama kamu. Aku suka kamu dari awal kita ketemu, aku sedikit berterimakasih sama bencong waktu itu," "aku sama Sheila selama ini bareng karena dia sepupuku. Aku minta maaf kalau buat kamu salah paham." Bagus, ini yang mau Katherine dengar selama ini. Tapi ada sedikit perasaan kesal lantaran Harsa tidak pernah memberi tahu tentang itu. Tapi setelah dipikir-pikir, memangnya siapa Katherine sampai Harsa harus memberi tahu semua hal tentang dirinya.

"Sebenernya engga perlu sih ngejelasin Sheila itu siapa, lagian gue engga salah paham kok. Tapi karna lo terlanjur jelasin ya gue hargain kejujuran lo" Ucapnya seperti tidak pernah kepikiran tentang hubungan persepupuan itu. "ehm, gue juga Sa" Lanjutnya kembali dengan salah tingkah nya yang menurut Harsa sangat lucu. "Juga apa Kath? Juga sepupuan sama Sheila?" Tawa indah menggema di koridor sekolah sore itu. "Anu maksudnya tuh, gue juga suka sama lo" "Eh lo jangan besar kepala dulu ya tapi!".

"Gimana engga besar kepala, bisa bisanya aku di taksir sama kamu. Kalau engga boleh besar kepala, aku boleh engga ngelunjak dikit?" "kalau aku mau macarin kamu boleh engga, Kath?" Rasanya seperti waktu berhenti bergerak sejenak. Kening Katherine berkerut, dan bibir mungilnya sedikit terbuka membentuk huruf O tanda Ia terkejut dengan ucapan yang Harsa katakan barusan. "Ini mah ngelunjak banget namanya, Sa."

Jemari Harsa bergerak mendekati wajah Katherine, dengan telaten Ia menyelipkan rambut yang menghalangi wajah cantik Katherine ke belakang telinga. "Kalau engga mau gapapa, aku masih punya banyak waktu buat jailin kamu sampai kamu mau jadi pacarku." memang yang namanya Harsa tidak bisa lepas dari sikap tengilnya. Ya mau bagaimana lagi, mereka saling suka, dan Katherine rasa tidak ada salahnya kan mencoba membuka lembar baru dihidupnya sebagai pacar Harsa. Terlepas dari sikap jail dan aneh nya Harsa, lelaki itu sering membuat Katherine merasa aman dan nyaman saat sedang bersama.

"Aku kayaknya bakal jadi orang bego sih kalau nolak kamu, Sa." "Jadi?" sedikit menghela nafas sebagai jeda dari jawabannya, "Iya Sa, aku mau".

˚₊‧꒰ა ☆ ໒꒱ ‧₊˚

Hari berganti hari, namun tak ada yang berubah dengan perasaan Katherine dan Harsa. Malah semakin hari semakin bertambah rasa cinta dan sayang yang tumbuh ditengah hubungan mereka. Cukup banyak orang yang iri dengan hubungan Katherine dan Harsa. Keduanya tak segan berbagi kebahagiaan didepan banyak orang. Bahkan guru guru pun sudah mengetahui tentang hubungan mereka. Tak sedikit pula siswa siswi mengeluh patah hati sebab orang yang selama ini mereka sukai sudah memiliki pacar, mana ternyata terlihat serasi kita bersanding berdua. Mereka jadi makin iri!

Baik Harsa maupun Katherine sudah saling mengenal dan akrab dengan orang tua satu sama lain. Tak jarang Harsa sarapan di rumah Katherine karena sang Papa harus buru buru ke Kantor untuk memulai rapat. Seperti saat ini, Harsa sedang sarapan bubur dengan khidmat bersama keluarga Katherine. Tak ada canggung sedikitpun, malah tak jarang terdengar gelak tawa saat saling melempar candaan.

Setelah acara sarapan bersama selesai, mereka berdua bergegas untuk berangkat kesekolah. Namun bukan Harsa namanya kalau tidak memberikan Katherine kejutan. "Ay, ini buat kamu. Hope u like it." ucapnya sembari memberikan setangkai bunga matahari. Kalau kalian belum tau, bunga ini Ia yang menanam sendiri dengan bantuan sang Papa. Usai kembali setelah mengantar Katherine sore itu, Ia merengek agar Papa nya membuatkan lahan untuk menanam sesuatu yang bisa Ia beri untuk Katherine. Jadilah sang Papa memberikan lahan dan bibit bunga matahari.

"Eh, Makasih banyak Harsa! Aku suka semua yang kamu kasih ke aku, kapan kapan aku buatin kue ya?" Ungkap Katherine. Rambut nya yang sedikit bergelombang sebab dicatok Ia biarkan tergerai membuat penampilan nya sangat cantik. Harsa rasanya mau nangis kalau liat pacarnya cantik banget begini, "Ay aku nangis aja apa ya? Terimakasih untuk para ilmuan yang sudah menemukan minyak bumi yang digunakan untuk bahan bakar kendaraan sehingga Mami nya pacarku bisa segera melahirkan pacarku yang geulis, yang luar biasa ini dirumah sakit dengan sehat dan selamat." Kan, Harsa tetaplah Harsa. Kalau lengan nya tidak di cubit pelan oleh Katherine, kemungkinan mereka akan terlambat sampai ke sekolah karna Harsa terpesona dengan pacarnya itu. Sekali lagi kita tekankan bahwa Katherine sekarang adalah Pacar Harsa.






Hatur nuhun ya Gusti, sudah mempertemukan Mami dan Papi nya pacarku hingga lahirlah pacarku yang luar biasa ini. Kalau boleh ngelunjak, mau dong jadi teman hidupnya pacarku. —Harsa

Harsaa!! | Haechan-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang