"Makasih, Sya," ucap Rora dengan suara getirnya.
"Santai, Ra, duluan, yaaa!" kata Farsya, sebelum berlalu.
Kini tangan Rora sudah menggapai gagang pintu sebuah ruangan yang setengah lebih kecil dibandingkan kelasnya. Dingin, remang, nan sunyi mampu menjelaskan atmosfer ruangan tersebut.
Suara pintu berderit. Meskipun hening, dalam ruangan telah terdapat Bu Qoriah-selaku guru BK- Windy, dan yang amat tak terduga lelaki dengan punggung tegap, tangannya yang kekar di atas meja, serta wajahnya yang ... entahlah sulit dijelaskan, sama sulitnya dengan maksud keberadaannya di sini.
"Waalaikumussalam, Ra," sindir Bu Qori, yang melihat Rora duduk tanpa permisi.
"Ehiyaa maaf, Bu."
"Belum." Bu Qori menjeda ucapannya dengan menatap amat dalam Rora, yang membuat ia tertunduk, "tapi ibu harap kamu sudah mencari tahu kesalahan sebelum sampai ke sini."
Tangannya Rora bergetar, ia hanya mampu menatap ke arah sepatunya. Berharap Iqbal yang ada di sampingnya berusaha menenangkannya, akan tetapi belum ada reaksi apapun.
"Maaf, Bu."
"Maaf?" tanya Bu Qori.
"Maaf, Win," kata Rora mengangkat tatapannya,"gue salah."
"Salah apa, Ra?"
Lidah Rora kelu. Semua huruf, kata, maupun kalimat seakan tercecer entah ke mana. Bukan, bukan karena ia tak tahu letak masalahnya, melainkan ia hanya takut semakin memperburuk suasana, dan ini sangat gawat jika di depan Iqbal.
"Rora ... ditanya itu."
Iqbal membuka suara, tanpa panggilan kasih layaknya panggilan hari demi hari, yang membuat Rora terdesak untuk segera memilih kalimat.
"Saya numpahin minuman ke Windy, soalnya salah pa-"
"Numpahin aja!? Rambut gue kusut-"
"Windy, Rora harus bicara dulu!"
"Sa-saya numpahin minuman ke Windy. Saya juga ja-jambak gara gara dia ngajak Iqbal jalan."
"Gue udah jelasin ya di tempat itu! Lo nya aja yang bebel! Gue sama Iqbal mau bahas liga basket!"
"Harus banget ke kafe? Pinter juga modusnya!"
"Harus banget gantiin pacarnya tanpa konfirmasi ke pacarnya?"
Windy ingin kembali angkat bicara, namun lebih dulu Iqbal bersuara.
"Bal?"
Rora bertanya memastikan. Memastikan sebuah pertanyaan yang membuat batin Rora tergores.
"Tapi aku juga lakuin ini buat kita, Bal.""Kita, Ra?"
"Cukup! Cukup. Ibu sudah ada gambaran. Intinya ini salah paham, berujung main fisik, dan melebar ke media sosial kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
When Strawberry Meet Sandwich (Wattpad Version)
Teen FictionDi ambang kesedihan akibat ditinggalkan sang kekasih secara sepihak, Rora si gadis generasi Z, haus akan atensi, memutuskan untuk memulai project bersama seorang yang baru dikenal untuk membuktikan bahwa keputusan mantan meninggalkannya salah, tanpa...