🥪 Semua Hancur! (2)

17 4 0
                                    

Rora mempertanyakan alasan mereka putus-Rora mempertanyakan apakah dirinya layak dicintai-Rora berpegang teguh bahwa Iqbal selingkuh-Mengapa dia begitu terobsesi dengan Iqbal?-Bagaimana Ia Bisa memata matai Iqbal?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rora mempertanyakan alasan mereka putus-Rora mempertanyakan apakah dirinya layak dicintai-Rora berpegang teguh bahwa Iqbal selingkuh-Mengapa dia begitu terobsesi dengan Iqbal?-Bagaimana Ia Bisa memata matai Iqbal?

Kita butuh waktu masing-masing, untuk saling memperbaiki diri, Ra.

Gue harap hidup lo terus berlanjut, dunia nggak berputar hanya tentang gue.

Merdunya suara bel istirahat untuk yang kedua kalinya tak membuat Rora beranjak dari singgasananya. Kelasnya sudah sepi, tetapi tak membuatnya tersadar karena pikirannya tenggelam dengan tuturan kata yang Iqbal ucapkan.

Nggak, ini salah paham, Bal. Apa yang kita lakukan itu benar menurut versi kita masing-masing, seandainya Lo ngertiin posisi gue. Batin Rora, berteriak tanpa suara.

Lo bisa bahagia meskipun tanpa gue, atau bahkan lebih bahagia, tanpa rasa khawatir dan cemas tentang hal yang tak perlu, meskipun pria yang lain.

Tentu saja tidak, bukan? Rora mempertanyakan kalimat itu sendiri. Ia melirik arah jarum jam menunjukan pukul dua belas, belum ada tiga jam dari transisi perubahan status percintaannya, ia sudah merasa tersiksa.

Demi apapun, ia merasa mual. Dirinya ingat akan kotak makan yang ia bawa tadi pagi secara terburu-buru, waktu yang menipis, hingga melupakan jam makannya untuk mengalihkan waktunya mempersiapkan kotak bekal pria idamannya tersebut.

Suara gesekan sepatu, bola yang terpantul, teriknya sinar mentari tepat di atas kepala yang ditemani dua roti lapis berisikan krim strawberry merupakan aktivitas sehari-hari Rora menghabiskan jam istirahat. Ia akan sibuk melihat kelincahan dan kelihaian Iqbal bermain, hingga tak tersadar pria tersebut datang dan memakan roti yang sudah dirinya siapkan.

Setiap hari, dan terus berulang. Akan tetapi saat ini, detik ini dan ke depannya, ia harus terbiasa meninggalkan hal itu? Ia benar-benar frustasi membayangkannya.

Jangankan jam makan siang, sudah dapat Rora pastikan bahwa hidupnya selalu diisi dengan Iqbal sebanyak enam puluh persen, dan tersisa untuk ibu dan kedua sahabat dekatnya.

"Isi dulu, nanti sakit."

Intan, Rio, beserta susu dan bolu strawberry telah di hadapannya. Jika boleh jujur, perutnya yang baru mengalami kenaikan badan itu langsung tidak bisa kompromi. Diraihnya makanan favoritnya itu, akan tetapi sayang, pandangannya langsung bertubrukan dengan pria jangkung tegap meskipun sekilas.

Entah apa yang diinginkan semesta. Dirinya pun seakan reflek untuk melihat ke arah lapangan. Dan hal yang paling menyakitkan, pria tersebut membuang muka terlebih dahulu.

Tak ada senyuman,

maupun sapaan renyah layaknya hari hari sebelumnya.

Sederhana, tetapi sukses membuat Rora gemetar. Rio yang melihat itu pun segera menusukan sedotan ke dalam susu kotak, serta meraih pergelangan tangannya. Berbanding terbalik dengan Intan, yang memutar bola matanya malas.

When Strawberry Meet Sandwich (Wattpad Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang