Bab 4

23.4K 72 2
                                    


Pov Alifah



Tak banyak yang terjadi di sisa hari itu. Kami berdua makan siang kemudian berisitrahat sejenak untuk memulihkan segala tenaga dan emosi yang sempat terkuras

Tapi setelah aku shalat, tiba-tiba saja Kak Azizah berkata.

"Fah, kamu siap-siap ya. Kita ke villa teman kakak."

"Mau ngapain kak kesana?"

"Ya mainlah. Masa mau di sini saja. Bosenlah."

"Sekarang kak?"

"Tahun depan. Ya sekaranglah. Sana mandi. Kakak tunggu."

"Berarti aku pakai baju yang dibeli itu dong?"tanyaku mulai dilanda rasa takut mengingat bagaimana rupa bajuku yang baru saja kudapatkan

"Iyalah. Kan kotor bajumu yang ini. Nanti ilang loh cantiknya."

Dengan setengah hati aku pun segera mandi dan memakai sebuah gaun pantai tanpa lengan dengan hiasan bunga-bunga warna kuning di atas dasar warna putih. Aku kemudian merangkapnya dengan cardigan berwarna biru. Terakhir aku menggunakan kain pantai warna putih pulus dan melilitkannya sebagai pengganti jilbab. Dalemannya sendiri aku menggunakan bikini warna biru yang meskipun tidak terlalu nyaman saat kupakai.

"Sudah itu kak."kataku usah menata jilbabku.

"Ok. Tunggu sebentar ya."

Kak Azizah kemudian mandi. Hanya selang 10 menit dia lalu keluar dengan hanya menggunakan handuk yang melilit tubuhnya.

"Ih kakak gak ganti baju di kamar mandi?"tanyaku keheranan karena memang kami berdua semenjak kecil dibiasakan untuk mengganti baju di kamar mandi sehingga tidak ada kemungkinan orang melihat kami.

"Napa sih rese amat. Inget ya janjimu,"ujar Kak Azizah mengingatkan.

Aku mendengus kesal karena sering kali diingatkan soal janji itu. Entah kenapa watu itu aku mau-mau saja berjanji seperti itu.

Kak Azizah kemudian melepaskan handuknya sehingga kau bisa melihat tubuh bugilnya secara langsung. Aku sontak memalingkan pandanganku tak mau melihat semua aurat Kak Azizah.

"Kamu ini gak usah malu begitu napa?"

"Kakak yang harusnya malu."

Kak Azizah kemudian cepat-cepat memakai pakaian yang akan digunakannya untuk perjalanan ke tempat temannya sedangkan aku masih membelakanginya.

"Sudah ini kamu boleh balik badan."

Begitu aku berbalik, aku langsung ternganga melihat pemandangan di depanku.

Kak Azizah mengenakan gaun pantai pendek yang bahkan tidak menutupi lututnya. Selain itu gaun warna biru muda polos itu juga tak berlengan.

"Ih kakak mau keluar pakai baju itu."

"Memang kenapa? Cantik gak?"

"Kak inget aurat kak. Dosa tahu!"

"Sudah ah. Aku gak mau berdebat."cetus Kak Azizah tak peduli."Ayo cepetan kita pergi. Sudah ditungguin temanku ini."

Aku pun tak punya pilihan selain mengikuti Kak Azizah yang menaiki sekuternya.

Motor kami akhirnya melaju menelusuri jalanan lombok. Berkali-kali aku berusaha menahan agar jilbabku tidak terlepas ditiup angin. Kak Azizah memang tidak memberikanku helm karena katanya tempat temeannya dekat.

Sebaliknya Kak Azizah justru nampak menikmati penampilan barunya. Dia tak peduli rambut hitamnya yang terlihat jelas lengkap dengan lengan dan betisnya. Bahkan sesekali pahanya terlihat karena rok bagian bawahnya tersingkap. Beruntung jalanan yang kami lalui agak sepi sehingga tak banyak yang bisa melihatnya.

Lima belas menit berkendara, akhinrya kami berdua sampai ke sebuah kompleks villa yang jauh lebih mewah. Bangunan di sini kebanyakan berlantai 2 dengan gaya minimalis namun elegan dan berpadu sempurna dengan pantai-pantai yang ada.

Kak Azizah membelokkan motor ke salah satu villa yang nampak paling besar dengan 2 lantai pula. Kulihat ada juga kolam renang di balkon. Ada juga taman luas dengan gazebo yang sepertinya cukup nyaman untuk dipakai.

"Eh, nyampe juga akhirnya kamu zah!"seru sebuah suara yang menyambut kami begitu kami berdua sampai di halaman.

"Iya ini. Maaf agak telat. Adekku banyak dramanya sih."

Jantungku berdegup kencang melihat tampilan 2 orang perempuan yang menyambut kami.

Mereka berdua punya rambut yang sama-sama dipotong pendek. Wajah mereka pun identik dengan kulit sama-sama kecoklatan. Sekilas sepertinya mereka adalah saudara kembar.

Tapi penampilan mereka berdua jauh membuatku terkejut hingga membelalakkan mata. Mereka mengenakan sepasang bikin berwarna merah yang terlihat cukup kecil sehingga tetek mereka terlihat jelas dan seperti hendak tumpah. Bagian bawahnya sendiri mereka tutupi dengan kain pantai namun bagian sampingnya seperti sengaja dibuka hingga keseluruhan paha mereka bisa terlihat.

"Woi, Fah, kenalan dulu sama temenku."seru Kak Azizah menyadarkanku dari lamuanku.

"Eh, iya kak."kataku tergagap.

"Hai, kenalin aku Echa."ujar salah satu dari mereka. Kalau kuperhatikan, dia punya perbedaan dengan perempuan satunya dimana ada tahi lalat di dagunya.

"Aku Icha."perempuan satunya langsung menjabat tanganku.

"A...a...aku Alifah."kataku dengan suara masih tergagap."Kalian kembar?"

"Iya dong. Masa gak keliatan,"tukas perempuan yang bernama Echa."

"Adikmu gemesin ya, Zah,"seru Icha yang serta merta mencubit hidungku.

"Ihhhh...."Aku sontak mundur menghindari tangan Icha.

"Hehehhehehe."Icha justru tertawa seakan tak merasa bersalah.

"Eh, enaknya kita main apa ini?"tanya Kak Aziah langsung.

"Gak duduk-duduk dulu ini?"

"Ah males. Nanti malem saja kita ngobrolnya."

"Ya sudah gimana kalau kita main voli saja."

"Main voli?"

"Iya nih. Kebetulan pantai lagi kosong. Gak banyak yang nginep di villa soalnya."

"Kok bisa ?"

"Iya baru selesai renovasi. Mungkin baru minggu depan dibuka. Maklum masih banyak sisa proyeknya."

"Oh pantes kayak masih ada sisa proyek."

"Bagaimana fah? Mau ikut gak?"tanya Echa tiba-tiba.

"Eh....main voli?"

"Iya. Kamu bisa kan?"

Aku meringis. Aku tentu bisa bermain voli. Itu adalah olah raga yang mungkin satu-satunya yang kulakukan selain lari semenjak aku di pondok.

"Bisa dong!"jawab Kak Azizah sebelum aku sempat bersuara.

"Kakak!"seruku memprotes dirinya yang selalu seenaknya saja.

"Udahlah. Ikut saja. Toh kita diundang ini."

"Ok. Tunggu dulu ya. Aku mau siapin dulu lapangannya."

Echa dan Icha kemudian segera kembali masuk ke dalam villa meninggalkanku dan Kak Azizah dan yang duduk di gazebo.

"Kakak kenapa sih mau saja ikut."kataku langsung mengungkapkan keluh kesahku.

"Lah emangnya kenapa? Kan sekalian olah raga, Lagian kamu sendiri sudah lama gak olah raga kayaknya."

"Nanti kan aku keringatan. Bagaimana dong."

"Ya tinggal mandi apa susahnya sih, Fah."

"Terus bajuku bagaimana? Tadi naik motor kakak saja jilbabku hampir lepas."

"Itu sih lebih gampang lagi."

Kak Azizah dengan cepat menarik kain yang kupakai sebagai jilbab darurat itu hingga kemudian rambutku yang sepanjang punggung langsung tersingkap.

"KAKAAK!!!!"Aku berseru marah hendak mengambil kembali kain yang sudah dirampas Kak Azizah.

"Hehehehehe."Kak Azizah justru melemparkan kerudungku yang seketika langsung disambar oleh hembusan angin hingga menerbangkannya entah kemana.

"Ahhhhhh!!!!!"Aku berlari berusaha mengejarnya tapi kain itu langung hilang dari pandangan.

"Yah, ilang deh."ujar Kak Azizah dengan senyum nakal di wajahnya.

"Kakak nih!!!!!"Aku yang dikuasai amarah langsung menerkam Kak Azizah dan hendak menjambaknya.

"Woi biasa aja kali."Kak Azizah langsung menahan tanganku.

"Terus kalau rambutku keliatan bagaimana!!!!!"Aku balas meraung bagai harimau.

"Kalem fah. Malu noh kalau nanti diliatin Echa sama Icha."

Aku melirik ke arah villa yang kenop pintunya mulai di putar. Cepat-cepat aku melompat menjauh. Setidaknya aku tak ingin kelihatan sedang berkelahi dengan Kak Azizah. Itu jauh lebih memalukan.

"Loh ngapain baring di situ, Zah?"tanya Echa keheranan.

"Ah enggak Cuma jatuh aja."Kak Azizah langsung berdiri sambil menepuk-nepuk bajunya.

"Ayo semua kita ke belakang. Lapangannya sudah siap."

"Lets go!!!!

Liburan Kakak dan AdikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang