Bab 7

13.2K 63 4
                                    


Pov Azizah



Malam itu kami kembali ke villa kami. Berbeda dengan sebelumnya, Alifah berkendara tanpa menggunakan jilbab karena kain yang harusnya digunakan menutup kepalanya terbang ditiup angin. Aku berhasil meyakinkannya kalau sekarang sudah gelap jadi gak akan kelihatan.

Usai kami sampai di villa, kami berdua langsung bersiap-siap untuk tidur. Alifah segera masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya yang sangat kotor akibat aktifitas yang kami lakukan. Sementara itu aku sudah melepas semua bajuku dan duduk santai sambil memainkan ponsel.

"Ihhhh....kakak gak pakai baju?"Tanya Alifah yang kini keluar menggunakan handuk. Sesuatu yang baru kulihat karena biasanya dia keluar kamar mandi dengan pakaian lengkap.

"Yaelah itu agi, Fah, tadi saja kita bugil kok. Apa sekarang direpotin."

"Iya juga ya kak."

"Sudah, lepas saja handukmu. Sekali-kli bugil di kamar."

"Tapi kak...."

"Tadi kan sudah bugil di pantai. Masa sekarang gak bisa."

"Ah kakak ini suruh aku bugil terus."

"Kan kamu yang mau belajar ngendaliin nafsu."

Aku kemudian mendekati Alifah yang masih nampakmalu-malu. Kemudian dengan satu sentakan aku menarik handuknya sampai lepas. Menampakkan tubuh bugilnya di hadapanku.

"Ih kakak!!!!"

"Hehehehe. Sudah nurut saja. Pokoknya selama di villa kamu harus bugil."

"Iya deh kak."

Akhirnya Alifah menyerah juga. Dia membiarkan dirinya bugil dan merasakan hembusan angin malam yang semilir memasuki villa lewat fentilasi.

Kami beraktifitas seperti biasa. Terlihat Alifah berusaha menutupi tubuh bugilnya karena masih belum terbiasa dengan ketelanjangannya. Namun beberapa jam kemudian, dia mulai bisa melepaskan tangannya dan membiarkan tubuh telanjangnya terlihat sepenuhnya.

Pukul 10 akhirnya kami berdua naik ke atas kasur bersiap untuk tidur.

"Kak, kakak itu sering bugil juga ya?"tanya Alifah yang berbaring di sampingku.

"Hmmm..kenapa tanya begitu."

"Kakak soalnya kayak biasa begitu bugil di dalam rumah."

"Hahahahaha. Ketahuan ya."Aku terkekeh pelan.

"Kakak sejak kapan jadi nakal begini?"

"Maksudmu pamer aurat?"

"Iya. Aku yakin kakak biasanya juga begitu kan di tempat kerja."

"Mmmppphhhh....mungkin sekitar 2-3 bulan abis kerja. Kakak ketemu sama bayak orang dengan berbagai latar belakang. Makanya kakak berusaha open minded. Termausk soal pakaian."

"Jadi kakak kalau di tempat kerja gak pakai jilbab?"tebah Alifah.

"Hehehehe. Iya."

"Kakak gak malu begitu?"

"Kenapa harus malu. Kan justru kamu harusnya seneng karena bisa memperlihatkan tubuhmu."

"Tapi kan itu dosa."

"Kalau begitu kenapa kita diciptakan indah..."bantahku dengan tenang."Kita, sebagai perempuan sudah diberikan keindahan. Masa kita mau menyembunyikannya begitu saja. Kenapa kita gak bagi keindahan yang kita miliki pada orang lain."

Alifah terdiam lama berusaha memproses kata-kataku.

"Udahlah. Tidur sana. Besok kita mau jalan-kalan lagi."

"Ok kak."

Aku pun mematikan lampu dan menarik selimut untuk menutupi tubuh kami berdua.

Entah berapa lama aku teridur, aku merasakan tubuh Alifah yang bergerak-gerak resah di atas kasur seperti cacing yang kepanasan. Gerakan itu bahkan sampai menyenggolku dan membuaku terbangun.

"Ahhhhhh....ahhhhhh...."Alifah mendesah keras dan kencang. Keringat menetes dengan deras seiring dengan suuhu badannya yang memanas.

"Kamu kenapa Fah?"tanyaku seraya menyalakan lampu.

"Ahhhh...***k tahu kenapa ini kak...."

Aku melihat tangan Alifah yang menggosok-gosok memeknya dengan jari jemarinya. Bersamaan dengan tangan satunya yang meremas teteknya.

"Emmm...kamu kegatelan fah?"

"Euhhh...***k tahu......vaginaku rasanya kaya kesetrum."

Aku diam-diam tersenyum melihat efek dari obat itu yang mulai terasa.

Sebelumnya, dengan aksi yang dia lakukan sebelumnya, itu membuat tubuhnya terangsang oleh nafsu yang besar. Kini di malam hari, tubuhnya semakin memanas oleh nafsu.

"Mmmm...coba kakak bantu."

"Kakak mau apa?"

Aku langsung menerkam Alifah dengan sebuah ciuman maut. Bibirku memaut bibirnya.Lidahku terjulur menembus lipatan bibir dan giginya kemdian lidahku mulai melilit lidah Alifah hingga liur kami saling bertukar.

"Kakak ngap...mmmpphhhh...."Suaranya terbungkam oleh permainan mulutku.

Aku kemudian mengulurkan tangan dan mulai memainkan memeknya yang mulai becek hingga membasahi seprei. Tanganku terulur menggesek permukaan memeknya berlanjut dengan menjepit bagian klirotisnya.

"Ahhhh...udah kakkkkk..."ujar Alifah memohon saat aku melepaskan iumanku.

"Kamu gak pernah masukin tangan ke memek ya."

"E...enggak...ahhhhhhh....."

Kata-katanya terputus karena aku menusukkan jari telunjukku ke dalam memeknya. Aku sekarang bisa merasakan bagian dalam memeknya yang mulai lembab dan kenyal. Otot bagian dalamnya cukup sempit hingga jariku terasa seperti terjepit.

"Sudah kamu nikmatin saja."

Sluruuupppp!!Sluruuuuppp!!!Tak cukup dengan rangsangan di memek, kini aku beralih dengan menghisuap kedua puting milik Alifah secara bergantian. Puting tersebut kupelintir dengan lidahku kemudian kutelan dengan bibirku sambil sesekali kugesekkan gigiku untuk memberikan sedikit sensasi pada putingnya.

"Udahhhh....."Alifah mengiba.

Aku tetap melanjutkan aksiku. Aku bahkan mulai semakin kuat memainkan jarinya di dalam memeknya.

"Kakkkk....lepaasssss......"pinta Alifah semakin tidak berdaya.

Aku justru dengan ganas menggigit puting Alifah. Jariku pun kutambah satu lagi yang berada di dalam memek Alifah.

Sementara itu Alifah semakin tak berdaya. Dia berusaha untuk melepaskan diri namun kekuatannya berkurang drastis sering dengan rangsangan yang dia terima.

Rangsangan yang dia terima membuat pertahanan Alifah semakin melemah. Nafsunya semakin bergejolak bagaikan api yang disiram dengan minyak. Hingga tak selang lama, Alifah mencapai punak kenikmatannya.

Klimaks tersebut mulai ditandai dengan tubuhnya yang bergetar bagai dialiri listrik beribu-ribu volt. Kepalanya tersentak sedangkan pahanya merapat dengan keras.

Crotttt!!!!Crooottttt!!!!Croottttt!!!! Memek Alifah yang kemudian mulai mengeluarkan cairan kenikmatannya. Cukup deras bagaikan pintu waduk yang dibuka tiba-tiba. Membasahi tangan dan juga kasur.

"Hahhhhh...hahhhhhh....hahhhhhhh....."Alifah bernafas dengan sangat tersenggal bagai habis berlari marathon.

"Hehehehe. Bagaimana rasanya Fah? Enak gak?"

Alifah tidak menjawab. Semua kekuatannya seakan menghilang bersamaan dengan cairan kenikmatan yang keluar dari badannya.

"Ayo sekarang gantian."Aku kemudian berdiri dan memposisikan memekku di atas wajahku.

"Jangan kakkk......"Alifah menggeleng lemah.

Aku tak peduli. Aku langsung menjatuhkan memekku ke mulut Alifah.

"Hmmmpphhhhhh...."Mulut Alifah langsung terbungkam oleh memekku. Memaksanya untuk menghisap cairan memekku yang mulai keluar akibat melihat aksi erotis yang dilakukan oleh Alifah.

"Jilatin Fah!!!"perintahku.

Entah karena sudah dikuasai oleh nafsu atau apa, Alifah justru menurut. Lidahnya terjulur pelan dan mulai memasuki celah antara dua bilah memeknya.

"Ahhhhhh...aaaaahhhhhhh.....ahhhhaaaahhhhhh...."Aku mendesah kencang. Entah kenapa lidahnya begitu nikmat berada di dalam memekku. Meski aku yakin kalau ini adalah pertama kalinya menjilati memek, namun lidahnya begitu pandai dalam meningkatkan nafsuku.

"Hhhhmmmppppphhhh......aaamammnhhhhhh....."Alifah mulai tersedak ketika merasakan aliran cairan kenikmatan yang mulai keluar dari memeknya.

Ccrrooooottttt!!!!Crrrrooooottttt!!!!!Crrrroooootttt!!!! Keluarlah dari memekku aliran kenikmatan yang mendesak masuk langsung ke dalam mulutnya dan terus mengalir ke dalam tenggorokkannya.

Aku tumbang di samping Alifah. Kekuatanku sepertinya sudah tersedot habis oleh permainan Alifah.

Liburan Kakak dan AdikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang