Bab 9

11.5K 51 0
                                    


Dengan langkah yang ragu-ragu aku akhirnya masuk ke bagian dalam aera klub. Bagian itu dipenuhi dengan meja-meja pantai lengkap dengan payung besar. Lampu kelap-kelip melintang menerangi area sedangkan bagian bawah sepenuhnya adalah pasir putih yang halus.

Di bagian tengah ada sebuah panggung dengan seperangkat alat DJ. Di beberapa sudut juga ada meja yang dipenuhi dengan botol-botol.

Aku melirik ragu ke arah orang-orang yang nampak bergemberia di klub. Sebagian sedang minum-minum di meja. Sebagian lagi tengah bergoyang ria mengikuti alunan musik yang disetel oleh DJ.

Aku tanpa sadar memegang tangan Kak Azizah. Suasana yang penuh hingar bingar dan kemaksiatan di sekitarku terasa sangat menggangguku. Belum ketika merasakan pandangan beberapa orang yang melihat tubuhku yang tidak lagi terututup seperti biasa.

"Kenapa Fah."

"Ehmmmm....."Aku bergumam ragu.

"Sudah. Nikmatin saja, Fah. Sekali-kali ini."

"she look shy."Catherine ikut berkomentar

"Dont worry. Dia bakal menikmati semua. Just few moments."

"Oh. I almost forgot."Cahterine menepuk dahinya sambil tertawa kecil.

"Lagi ngomongin apa sih?"tanyaku curiga.

"Ah. Enggak."Kak Azizah cepat-cepat menggeleng."Eh, itu Alan sudah dapat meja buat kita."

Kak Azizah menunjuk ke arah Alan yang tengah duduk di salah satu meja. Di atas meja sudah terdapat 4 gelas berisi es.

"Nih, kubeliin buat semua."tunjuk Alan.

"Thanks Lan."Catherine langsung meniumnya.

"Kak, ini apa?"tanyaku agak curiga dengan es itu sebelum meminumnya.

"Oh alkohol itu."jawab Kak Azizah santai seraya menenggak isi gelasnya.

"Alkohol!!!"Aku berseru terkejut.

"Santai saja kali fah,"tukas Kak Azizah seraya mengelap mulutnya yang ketumpahan isi minuman."Gak usah kaget itu."

"Kakak kok berani minum itu sih. Kan haram."

"Memang yang selama ini kita lakukan ini gak haram."

Aku terdiam lama. Baru sadar kalau yang selama ini kulakukan adalah perbuatan yang dilarang oleh keyakinanku.

"Sudah-sudah. Kalau gak mau ya udah."Alan bergegas menengahi seraya mengambil salah satu gelas di depanku."Maaf ya. Aku lupa kalau kamu gak minum. Biar aku ganti dulu minumannya."

Aku membiarkan saja tindakan Alan. Pikiranku entah kenapa dipenuhi dengan dilema.Di satu sisi aku takut melanggar larangan dari keyakinanku. Namun di sisi lain aku menikmati sensai melanggar aturan tersebut.

"Are you okay?"tanya Cahterine merangkulku."Kamu kelihatan banyak pikiran."

"Its okay."jawabku meyakinkan.

Alan kembali membawa gelas minuman baru. Sepertinya itu jus jeruk.

"Ini, minuman spesial buatmu."

Aku menerima dengan senang hati dan langsung meminumnya.

"Oh ya cath. Pacarmu di mana?"

"Oh. I think he will arrive in few second."

"Boyfriend?"tanyaku penasaran.

"Yeah. Did i tell you? Aku ada pacar juga. Sama-sama dari australia. Cuma dia memang tinggal di lombok."

Seakan membenarkan perkataan Catherine, datanglah seorang pria bule ke meja kami. Dia bertubuh tinggi besar. Mungkin tingginya hampir mencapai 2 meter. Dengan dada bidang, tubuh berotot, dan rambut hitam panjang bergelombang.

"Hei Honey."Pria itu langsung datang dan menyosor bibir Catherine.

"Ouh. You always like this."Catherine langsung membalas ciuman itu dengan ganas.

Mataku terpana melihat pemandangan itu. Bagaimana bisa 2 orang itu bertingkah mesra di hadapan orang lain.

"Hei. Jangan langsung cium cium dong!"tegur Alan setengah bercanda.

"Oh. I am sorry. Pasti sakit buat jomblo sepertimu melihatnya."

"Gak usah ngeledek. Meski jomblo aku pengalaman ya."Alan tertawa lepas seraya mengulurkan tangannya yang langsung di sambut oleh pria tersebut.

"Nice to meet you again, Azizah."Pria itu lalu berlanjut mengulurkan tangannya ke arah Kak Azizah.

"Me too."Kak Azizah menggenggam tangan pria itu dengan penuh semangat.

"Dia adikmu?"tanya pria sembari menunjukku.

"Iya. Fah, tuh kenalan dulu."bujuk Kak Azizah.

Aku aslinya ingin menghindar. Tapi menatap pandangan Kak Aziah yang mendorong, akhirnya aku mengulurkan tangan menyambut tangan pria tersebut.

Tangan bergetar karena untuk pertama kalinya aku bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahramku. Tangan pria itu terasa kasar dan besar. Kuatnya genggaman yang kurasakan seakan hendak menghancurkan tanganku.

"Hi, i am Peter."ucap pria yang bernama Peter. Dia tersenyum lebar dengan mata berbinar ketika memperkenalkan diri.

"Alifah."jawabku singkat sembari berusaha menghindari kontak mata dengan Peter.

Kami berlima kemudian duduk bersama mengelilingi meja. Di sana untuk perlahan aku mulai merasa semakin rileks untuk berbicara bersama. Dari pembicaraan itulah aku makin mengenal ketiga orang tersebut.

Alan rupanya bekerja sebagai pengurus agen travel di Lombok. Asalnya sendiri dari Flores dan memilih merantau ke Mataram. Agen travel tempat Alan terspesialisasi dalam urusan transportasi bagi wisatawan maupun perusahaan yang membutuhkan akomodasi selama di Lombok. Itulah yang membuat Alan akrab dengan banyak bule. Apalagi dengan kepribadiannya yang memang terbuka dan menyenangkan.

Catherine sendiri bekerja sebagai seorang insinyur dari sebuah perusahaan multinasional di Australia. Ia besar di Melbroune namun memutuskan untuk menetap di Bali karena sebagian besar pekerjaannya melibatkan pembangunan vila di Bali.

Peter sendiri adalah orang Australia juga. Sama seperti Catherine, dia juga bekerja sebagai insinyur untuk membangun banyak vila di Indonesia. Namun bedanya Peter lebih banyak menangani proyek di Lombok.

Aku juga akhirnya tahu hubungan antara ketiga orang itu dengan Kak Azizah. Perusahaan Kak Azizah adalah salah satu pemasok material yang cukup tersohor. Karenanya Kak Azizah sering berhubungan baik dengan Catherine maupun Peter yang merupakan pelanggan perusahaannya. Sementara Alan sendiri sering diminta oleh perusahaan Kak Azizah untuk mengantar pegawainya.

Mereka bertiga nampak ramah dan akrab. Meskipun dengan bahasa Indonesia yang kaku dan masih diselingi dengna beberapa kata dalam bahasa inggris, namun mereka nampak akrab berbicara. Hal itulah yang membantuku untuk berbaur meskipun kami berasal dari latar belakang berbeda bahkan negara berbeda.

Semakin lama obrolan kami semakin asyik. Suara musik yang menggema bukannya mengganggu justru membuatku semakin nyaman.

Peter dan Catherine juga nampak bermesraan di antara kami. Mereka saling cubit dan bahkan bertukar ciuman. Tapi bukannya risih, aku justru mulai tertarik dengan hubungan mereka berdua.

"Ladies and gentlemen!"seru DJ menghentikan sejenak musik yang dimainkannya.

Aku dan yang lainnya sontak melirik ke arah panggung tempat sang DJ.

"Special for this night, please welcome, our special performance, Miss Lusty!"

Tiba-tiba saja ada beberapa lampu sorot ke arah panggung. Di sana juga aku baru menyadari ada sebuah tiang di tengah panggung. Kemudian suara musik mulai mengalun keras dengan dentuman basnya.

Diiringi dengan suara musik itu, naiklah ke atas panggung seorang perempuan dengan tampilan yang teramat seksi. Dia hanya mengenakan mikro bikini berwarna emas. Bagian atasnya hanya menutupi bagian putingnya sedangkan bagian bawahnya bahkan tidak menutupi secara sempurna bagian memeknya.

Dengan penutup seminim itu, maka siapapun dapat mnyaksikan tubuh sintalnya yang menggoda. Sepasang payudara berukuran sedang dengan bentuk bulat sempurna. Pantat yang besar sekali dengan paha yang juga besar. Keduanya berpadu sempurna dengna perut ramping dan wajah cantik serta rambut hitam yang tergerai panjang. Semua itu masih ditambah dengan gelang emas di tangan dan kaki yang bergemericing seiring langkahnya menuju panggung.

"Wuhuuuuuu!!!!!!

"Suittt!!Suittt!!Suitt!!"

Naiknya perempuan yang dipanggil Miss Lucy memicu suitan dan keriuhan orang-orang yang begitu semangat menyambutnya. Lucy melambaikan tangannya disertai dengan langkah gemulai dari kakinya. Matanya sesekali mengedip dengan eskpresi menggoda orang-orang yang menambah keriuhan suasana.

"Hi guys!!!"seru Lucy dari atas panggung.

"Wuuuuuuuuu!!!!!"seru para pentonton dengan penuh semangat.

Musik kemudian kembali dimainkan. Namun dengan ritme yang jauh lebih cepat. Orang-orang berdiri dan berkerumun di antara panggung dengan tatapan menarik.

"Guy, wanna see it?"tanya Peter tiba-tiba.

"Lets gooo!!!!!"sahut Alan semangat

Sementara itu Catherine dan Kak Azizah ikut mengangguk semangat dan mulai beranjak berdiri meninggalkan meja.

"Eh kakak mau kemana?"tanyaku keheranan melihatnya ikut pergi bersama dengan yang lainnya.

"Ikut joget lah."

"Joget?"

"Oh come on!"Cahterine tiba-tiba saja meriah tanganku dan menarikku untuk ikut berdiri dan mengikuti mereka.

"Tapi—"

"Sudah ikut aja. Sekali-kali ini."

Aku tak punya pilihan lain selain mengikuti langkah mereka ke dalam kerumunan yang semakin menggila.

Lucy di atas panggung mulai melengak-lenggokkan tubuhnya mengikuti irama musik. Gerakan panggul dan juga dada yang meliuk bagai ular seakan memancing nafsu dari kaum adam yang melihatnya.

Tak Cuma lelaki saja yang melihatnya. Para perempuan juga nampak menikmati pertunjukkan tersebut. Mungkin karena suasana yang dibangun oleh musik membuat siapapun dapat terlarut dalam euforia yang ada.

"Yuuuuuu!!!!!!"

"Go!Go!Go!Go!

"Suittttt!!!Suuuiiiitttt!!!"

Suitan terdengar sahut menyahut. Membuat suasana semakin semarak. Belum lagi beberapa orang yang menghaburkan uang ke arah Lucy yang masih asyik berlenggak lenggok di atas panggung.

Melihat kerumunan yang semakin menggila, Lucy pun makin lancar meliukkan tubuhnya. Dia tengan terampil bergelayutan di sebuah tiang yang ada di tengah panggung. Tubuhnya melilit tiang itu bagai ular membuat tubuhnya makin terekspos dengan jelas.

Tak cukup melilit, tubuh Lucy kini bahkan berputar-putar dengan posisi naik turun. Kakinya terlipat dan merentang. Membuat memeknya sesekali mengintip di balik bikini yang dikenakannya.

Belum lagi Lucy mulai membuat gerakan yang makin provokatif dengan membuka kakinya lebar-lebar dalam posisi mengakang. Hingga menggoyangkan tubuhnya ke depan. Tepat ke mata penontonnya.

Melihat Lucy yang begitu berani, entah mengapa menimbulkan perasaan lain dari diriku. Itu bukanlah perasaan jijik yang biasanya akan kukueluarkan jika melihat pemandangan yang mempertontonkan aurat ini. Perasaan itu adalah iri.

Aku iri melihat tubuh sintal Lucy yang begitu menggoda. Aku iri dia bisa memperlihatkan tubuhnya tanpa rasa malu. Aku iri melihat orang-orang yang begitu girang menatapnya. Tanpa sadar mulai timbul keinginan untuk bisa sepertinya. Menjadi pusat tontonan dengan mempertontonkan auratku.

"Strip!Strip!Strip!Strip!Strip!"seru orang-orang semakin menggila.

"Are you sure?"tanya Lucy dengan ekspresi menggoda.

"Yeaaaahhhhhh!!!!!!"sahut para penonton.

"Like this?"Lucy menarik tali belakang bikininya nya. Dengan satu sentakan, bagian atas bikinya langsung terlepas. Memperlihatkan dengna jelas speasang puting berwarna merah muda yang nampak mengkilap ditimpa lampu panggung.

"Yeessssss!!!!!"suara pengunjung makin kencang menyambut puting Lucy yang terlihat jelas sekarang.

Lucy memutar-mutar bikini bagian atasnya dengan penuh semangat. Ekspresinya menampilkan senyum penuh kebanggaan seakan menampilkan tokednya secara penuh adalah prestasi besar yang layak dirayakan.

Bikini itu kemudian di lempar ke tengah kerumunan. Orang-orang langsung berebutan untuk mendapatkan sepotong kain mini yang sempat menutupi toked Lucy.

"You want more!"tanya Lucy dengan nada menantang.

"Yeahhhhh!!!!"sahut orang-orang

"Strip!Strip!Strip!"Orang-orang semakin mendesak dengan nada girang. Mendorong Lucy untuk melepaskan penutup terakhir dari auratnya.

Lucy lalu menyelipkan tangannya di simpul tali yang menahan bagian bawah bikininya. Dengan mudah jari-jarinya mampu melepas simpul tersebut.

Tapi Lucy tak langsung melepasnya. Dia justru meliukkan tubuhnya kembali ke tiang. Membuat penonton hanya bisa melihat memeknya yang timbul tenggelam di balik tiang. Hingga akhirnya dengan sekuat tenaga Lucy melepaskan bagian terakhir dari bikininya dan melemparkannya ke arah kerumunan yang semakin riuh mnyambut.

"Yeaahhhhhh!!!!!"kembali terjadi keributan dari orang-orang yang beruasaha mendapatkan potongan terakhir dari bikini Lucy.

Sementara itu Lucy kini berdiri sendiri di atas panggung dalam kondisi telanjang. Tidak ada sehelai kain pun yang kini menghali tubuh bugilnya dengan mata para penonton. Namun bukannya malu, Lucy malah melanjutkan tariannya di tiang. Tubuhnya bagai ular meliuk-liuk di tiang. Menampilkan kesan erotis yang memancing birahi para penontonnya.

"Everybody!"seru DJ di tengah keriuhan pesta."Get cheers for Lucy!!!!!!"

"Yeahhhhhhh!!!!!!!"

"Yuhuuuuu!!!!!!"

Pesta belum selesai setelah penampilan spesial Lucy yang sekarang beranjak turun dengan masih menggunakan langkah gemulai yang tanpa malu mengumbar aurat. Pesta justru baru saja dimulai. Lebih tepatnya bagian gilanya.

"Can we next guys!"tanya DJ dengan nada menantang.

"Neeeexxxxxttttt!!!!!"

"Music!!!!!!"

DJ memulai lagu baru. Lagu ini memiliki ritme yang lebih cepat dengan volume yang jauh lebih keras. Aku dahulu mungkin akan terganggu dengan musik seperti ini. Tapi entah kenapa kali ini tubuhku justru seperti dituntunt untuk bergoyang mengikuti irama musik yang dimainkan DJ.

Suasana riuh terasa makin riuh dengan musik yang dimainkan. Orang-orang bergoyang ke kanan, ke kiri, juga sesekali melompat. Tawa terderang diselingi dengan suara musik yang berdentum lebih keras.

Botol dan gelas bir diangkat ke udara kemudian ditenggak secepat mungkin hingga hilang di balik tenggorokan. Bau alkohol itu tercium juga lewat hidungku yang samar terasa dengan bau manusia dan bau laut.

Rombongan kami juga ikut bergoyang dalam kerumunan. Sejujurnya aku ingin melarikan diri karena tidak terbiasa dengan keramaian di sekelilingku. Tapi situasi yang begitu ramai oleh manusia yang begitu rapat sehingga sangat sulit untuk berjalan keluar.

Mau tak mau aku harus bertahan di tengah kerumunan tersebut. Awalnya aku haya berdiri terdiam tanpa bergoyang. Aku masih berusaha untuk mencerna situasi di sekelilingku. Kondisiku persis seperti orang hilang yang tersasar.

"Ayo dong Fah! Joget!"seru Azizah berteriak keras berusaha mengalahkan kerasnya suara musik agar bisa berkomunikasi denganku.

"Ehmmm...iiii..iii..ii..."

"Come on!!!"ajak Catherine menarik tanganku.

Liburan Kakak dan AdikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang