4 || become a cat ⌗2

246 18 30
                                    

.    .    .    .

21:30 PM

Seven terbangun dari tidurnya dengan wajah merona, "sialan! Aku... aku ngimpi apaan tadi! Duh mana brutal banget..." Ucapnya dalam hati. Jantungnya berdegup kencang, ia belum pernah bermimpi sedang.... uh 'ehem ehem', apalagi di mimpi itu ia bersama murid besarnya. Telinga kucingnya menurun karena malu, sedangkan ekornya bergerak-gerak kesana kemari.

"Bentar, kok basah..." Seven meraba-raba celana dan seprei nya.

"WHAT THE F–" Seven tersentak, wajahnya semakin memerah padam. Ia buru-buru bangkit dan berlari menuju kamar mandi, tepat di saat ia melewati ruang TV, terdapat Zero tengah bermain ps bersama Astra.

"Aduh, kak Astra jangan nyerang aku terus! Itu musuhnya di depan!"

"Ya maaf! Orang tombolnya ini ngebug."

"Alasan doang, ih!"

Seven tak memperdulikan dua makhluk yang tengah beradu mulut itu, ia buru-buru membuka pintu kamar mandi dan langsung menutupnya dengan keras. Tapi ia tak sadar bahwa di kamar mandi itu masih ada orang.

"G-guru? Ada apa? Kok mukanya panik gitu..." Ucap Leo yang sedikit kaget karena Seven mendobrak pintu kamar mandi, sedangkan sang guru mendongak menatap Leo dan wajahnya kembali merona. "K-kenapa nggak bilang kalau kamu ada di dalam!" Bentaknya, ia langsung keluar dari kamar mandi dengan napas terengah-engah dan jantung yang berdegup kencang. Baru kali ini ia melihat tubuh Leo yang sedang telanjang bulat, apalagi di bawah pancuran air shower membuat imajinasi Seven kian liar.

Sedangkan si singa hanya melongo melihat kepergian gurunya, "Seven kenapa ya... Apa gara-gara efek ramuan itu?" Gumamnya, ia buru-buru menyelesaikan mandinya dan bergegas memakai handuk lalu keluar. Di luar kamar mandi ia melihat Seven yang terduduk di kursi meja makan sambil memegangi kepalanya. "Tuh kan beneran sakit... apa besok aku bawa ke Hospital Wings aja ya" Batinnya, ia sedikit khawatir karena ia juga melihat rona merah di leher Seven.

"Guru, apa guru tidak apa-apa?" Ia memegang bahu Seven, Seven terkejut dan berpura-pura terlihat biasa agar murid besarnya itu tak curiga. "E-eh... iya aku nggak papa, udahlah aku mau ke kamar mandi... A-anu..." Seven berhenti di depan pintu kamar mandi.

"J-jangan masuk ke kamar dulu ya? Ada... uh ada tikus liar soalnya... N-nanti aku beresin tikusnya kok! Yang penting kamu jangan masuk ke kamar dulu..." Ucap Seven sedikit gugup, ia bahkan tak berani menatap manik Leo.

"Hah? Kenapa, kalau ada tikus juga bisa ku usir. Nggak apa-apa guru, tenang aja..." Leo berusaha meyakinkan Seven, "enggak! Aku bilang jangan masuk dulu!" Seven reflek menoleh ke arah Leo, sehingga wajah meronanya terlihat jelas oleh si singa.

"Eh... oke, aku nunggu di ruang TV aja kalau gitu..." Leo menjadi sedikit gugup karena melihat wajah merah Seven.

Di dalam kamar mandi, Seven langsung melepas semua pakaiannya. Ia langsung membersihkan dirinya setelah mimpi panas yang ia alami tadi, jantungnya tak berhenti berdetak kencang. Aroma wangi Leo masih tercium di kamar mandi itu, membuat pikirannya semakin berkelana kesana kemari.

"Ini kenapa aku jadi mikir yang aneh-aneh sih!? Biasanya juga.... nggak kayak gini, apa efek ramuan itu... Atau aku jadi siluman kucing yang suka b–"

Plakkk!

Seven menampar pipinya sendiri, "apaansih! Nggak nggak... kamu tetaplah dirimu sendiri, Seven! Hanya harus membuang pikiran kotor itu..." Baru sedetik ia mengucapkannya, pikirannya kembali mengingat mimpi yang barusan ia alami. Membuat tubuhnya kian panas.

"Sialan..." Wajah Seven kembali merona, setelah mandi ia langsung memakai handuk dan meletakkan pakaian kotornya di ember kosong di samping mesin cuci. Setelahnya, ia buru-buru kembali ke kamar.

Teachers Pet [LeoVen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang