Chapter 21

10 1 0
                                    

Untuk Simon tersayang,

Kalau dipikir-pikir, ini pertama kalinya aku menulis surat untukmu. Sungguh ironis, mengingat kita sudah saling kenal selama lebih dari 20 tahun. Namun, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

Sejujurnya, jika bukan karena hari itu, aku mungkin tidak akan bisa menulis surat untukmu, apalagi berbagi cerita denganmu.

Bukankah takdir itu menarik?

Ya, memang. Menyelamatkanmu pada hari itu ... bukan hanya takdirmu yang kuselamatkan, tapi juga takdirku.

Jika aku tidak menyelamatkanmu hari itu, aku yakin aku sudah lama mati. Seorang anak berusia enam tahun, sendirian di gang belakang tanpa ada yang melindungi, kemungkinan hal itu tidak menguntungkanku.

Ingatanku pada hari itu jadi agak kabur, tapi aku masih ingat dengan jelas suara yang kudengar saat aku duduk berjam-jam, tanpa bergerak. Suara yang mengerikan seolah-olah ada sesuatu yang menggaruk atau menggerogoti sesuatu.

Ketika aku akhirnya mengangkat kepala, yang aku lihat adalah beberapa tikus abu-abu sedang menggigit kuku kakiku. Sepertinya mereka mengira aku sudah mati, dan mungkin itu benar, karena aku belum makan selama berhari-hari, dan pikiranku sudah tidak berfungsi dengan baik.

Lalu, tiba-tiba, aku melihat seorang pria bermata satu membawamu pergi. Seperti terjadi masalah yang mendesak karena dia bahkan belum menyiapkan sesuatu untuk membungkus tubuh kecilmu. Buru-buru membungkusmu dengan sepotong kecil syal bulu dan membawamu ke gang.

Di balik syal itu, ada seberkas rambut hitam berkilau dan wajah putih nan cantik.

Aku tidak menyebutkan hal ini kepadamu saat itu, tapi menurutku kau adalah semacam peri atau malaikat. Haha, bukankah itu lucu? Salah mengira penyihir paling temperamen dan pemarah di dunia sebagai seorang malaikat.

(Hei, tersenyumlah sedikit. Kau pasti mengerutkan kening dan memancarkan aura dinginmu lagi. Santai sedikit, Simon.)

Aku entah bagaimana tertarik padamu, seolah aku harus menyelamatkan anak itu. Seolah takdir membisikkan kepadaku bahwa aku harus melakukannya.

Aku tidak pernah memberitahumu, tapi saat aku melihatmu, aku terpesona. Rasanya seperti tubuhmu memancarkan cahaya yang menyilaukan. Satu-satunya hal yang ada di pikiranku adalah menyelamatkanmu.

Aku harus menyelamatkan anak itu, apa pun yang terjadi.

Sesuatu, mungkin takdir, berbisik kepadaku.

Bagaimanapun, keputusan yang kubuat saat itu mungkin merupakan keputusan terbaik yang pernah kubuat dalam hidupku, meskipun itu berarti menyelamatkanmu lebih seperti keselamatan bagiku.

Jadi, Simon ....

Kau adalah penyelamatku.

Aku bersyukur bisa menyelamatkan dirimu hari itu.

Aku sangat senang menjadi temanmu. Aku senang memiliki saudara laki-laki. Aku bahagia bisa berbagi setiap suka dan duka bersamamu.

Aku paham jika kau merasa dikhianati dengan kepergianku yang tiba-tiba tanpa ada perpisahan. Tapi tolong, sekali ini saja, mengingat 20 tahun kita bersama, maafkan aku karena tidak bisa mengatakan apa pun kepadamu.

Mohon dipahami bahwa keputusan ini bukan hanya demi diriku.

Naluriku ... bukan, takdir membuatku percaya bahwa inilah saatnya untuk pergi.

Sama seperti hari ketika aku menyelamatkanmu ....

Aku berjanji itu adalah keputusan yang bukan hanya tentang aku. Namun tentang dirimu, aku, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kita.

The Baby isn't YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang